4.2.2. Salinitas
Salinitas perairan merupakan kadar garam yang terkandung dalam satu kilogram air laut. Toleransi kisaran salinitas untuk budidaya yaitu antara 30 -35
ppt, salinitas yang tidak sesuai akan mengakibatkan tidak maksimalnya tingkat produksi dari kegiatan budidaya tersebut. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ikan
akan terganggu serta menyebabkan gangguan keseimbangan dari biota yang dibudidayakan, maka dari itu dalam penentuan kawasan budidaya keramba
perikanan laut tidak disarankan pada wilayah yang dekat dengan daratan sebab pada wilayah tersebut banyak terdapat masukan air tawar yang dapat
menyebabkan salinitas pada wilayah tersebut tidak sesuai Kisaran salinitas diperairan Kepulauan Seribu yaitu antara 32
– 34 ppt Gambar 17. Nilai salinitas semakin tinggi ke arah laut lepas, hal ini ini
disebabkan pada perairan dekat dengan daratan adanya masukan air tawar dari darat. Kisaran nilai salinitas perairan yang cocok dalam kegiatan budidaya
keramba perikanan laut yaitu 32 ppt yang dikategorikan wilayah sangat sesuai. Nilai salinitas antara 32
– 35 termasuk kedalam kategori sesuai, sedangkan pada kisaran salinitas 27 dan 35 ppt wilayah perairan tersebut dikategorikan tidak
sesuai untuk kegiatan budidaya. Dilihat dari kisaran nilai salinitas tersebut perairan Kepulauan Seribu merupakan wilayah yang sesuai dijadikan kawasan
budidaya. Berdasarkan hasil pembobotan salinitas perairan, wilayah yang sangat sesuai berada pada sekitar Karang Bongkok serta Goba Karang Lebar. Peta
Kesesuaian budidaya keramba perikanan laut berdasarkan salinitas perairan ditunjukkan pada Gambar 18.
Gambar 17. Sebaran Salinitas Perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
Gambar 18. Klasifikasi Kesesuaian Berdasarkan Salinitas Perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
4.2.3. Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan jumlah oksigen yang terlarut dalam air, yang diukur dalam unit satuan miligram per liter mgl. Kadar oksigen dapat
menggambarkan tingkat produktivitas primer dari suatu perairan, semakin tinggi kadar oksigen terlarut disuatu perairan maka semakin tinggi juga tingkat
produktivitas primer perairan tersebut. Jumlah kadar oksigen diperairan menjadi faktor pembatas bagi kehidupan organisme atau biota yang dibudidayakan, jika
jumlah oksigen terlarut kadarnya berlebihan juga akan menyebabkan kematian pada biota yang dibudidayakan.
Kadar oksigen terlarut yang disarankan dalam kegiatan budidaya yaitu antara 5
– 8 mgl, karena pada nilai kisaran tersebut ikan atau biota dapat hidup dengan baik. Nilai kisaran kadar oksigen terlarut pada lokasi penelitian diperoleh
melalui hasil interpolasi data pengukuran lapang. Nilai kadar oksigen pada lokasi penelitian berkisar antara 5
– 8.6 mgliter Gambar 19, dari nilai kisaran tersebut perairan Kepulauan Seribu dikategorikan sangat sesuai untuk kegiatan budidaya.
Kelas kesesuaian zona budidaya dari nilai kadar oksigen terlarut dibagi kedalam tiga kelas yaitu pada nilai 5 mgliter perairan dikategorikan sangat sesuai, nilai
oksigen terlarut pada kisaran 3 – 5 mgliter dimasukan kedalam kategori sesuai,
sedangkan perairan yang memiliki nilai kadar oksigen 3 mgliter tidak cocok untuk dilakukan kegiatan budidaya pada wilayah tersebut, sehingga wilayah
tersebut dikategorikan tidak sesuai. Pada wilayah kajian Kepulauan Seribu nilai sebaran DO termasuk kedalam zona sangat sesuai yaitu pada nilai 5 mgl.
Sebaran spasial oksigen terlarut dapat dilihat pada.Gambar 20.
Gambar 19. Sebaran DO Perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
Gambar 20. Klasifikasi Kesesuaian Berdasarkan DO Perairan Kepulauan Seribu, DKI Jakarta
4.2.4. Potential of Hydrogen pH