4.5. Analisis Lokasi Kesesuaian Budidaya Keramba Perikanan Laut
Pemodelan kawasan budidaya keramba perikanan laut KJA dan KJT, dilakukan dengan menspasialkan data setiap parameter yang didapat baik dari
hasil interpolasi maupun dari hasil penurunan citra setelah itu dilakukan klasifikasi ulang untuk memudahkan dalam pengkodean. Pengkodean dari setiap
sel atau piksel dilakukan secara otomatis berdasarkan nilai setiap selang kelas. Overlay dilakukan untuk menggabungkan semua parameter baik kimia maupun
fisika yang telah dikelaskan. Metode overlay yang digunakan dalam penelitian ini yaitu weight overlay.
Berdasarkan hasil overlay zona kesesuaian budidaya keramba perikanan laut dibagi kedalam tiga kelas yaitu sangat sesuai S1, dimana pada lokasi ini
tidak terdapat faktor pembatas sehingga dapat memenuhi persyaratan minimal dalam melakukan kegiatan budidaya keramba secara optimal. Kelas yang kedua
yaitu sesuai S2, pada kawasan ini cukup berbermanfaat untuk dikembangkan untuk kegiatan budidaya, namun wilayah ini mempunyai faktor pembatas yang
berpengaruh terhadap kegiatan budidaya. Faktor pembatas tersebut dapat meningkatkan biaya yang diperlukan untuk melakukan kegiatan budidaya. Kelas
Tidak Sesuai S3, dimana pada kawasan ini tidak dapat diusahakan untuk kegiatan budidaya meskipun dilakukan penambahan perlakuan sekalipun.
Peta kawasan budidaya keramba perikanan laut wilayah Kepulauan Seribu dapat dilihat pada Gambar 30. Pada gambar terlihat dengan metode berbasis sel
dapat dibentuk spot-spot zona potensial yang direpresentasikan dengan warna hijau dan kuning, sedangkan untuk zona tidak potensial atau tidak sesuai
direpresentasikan dengan warna biru. Pada gambar terdapat titik-titik berwarna
merah melambangkan kegiatan budidaya keramba perikanan laut yang sudah ada pada wilayah Kepulauan Seribu.
Hasil survey lapang diambil titik lokasi budidaya keramba yang telah ada sebelumnya, ini berguna sebagai perbandingan lokasi budidaya yang sudah ada
dengan wilayah yang akan dikembangkan berikutnya. Seperti yang terdapat pada Gambar 30 terdapat point atau titik berwarna merah yang melambangkan keramba
yang sudah ada, jika dilihat pada umumnya lokasi keramba yang sudah ada berada pada wilayah potensial. Jumlah pembudidaya keramba baik jaring apung dan
keramba jaring tancap pada wilayah kajian masih terpusat pada sekitar wilayah Pulau Panggang dan Gosong Karang Lebar.
Hasil pemodelan kawasan budidaya perikanan diperoleh bahwa pada umumnya lokasi potensial untuk budidaya banyak terdapat pada wilayah sekitar
gosong karang dan goba seperti yang terdapat pada goba karang lebar dan goba Pulau panggang. Sedangkan kawasan yang tidak sesuai terdapat pada perairan
yang relatif dangkal dan wilayah laut lepas, karena pada wilayah laut lepas sangatlah tidak terlindung dari pengaruh faktor oseanografis seperti arus dan
gelombang besar yang dapat merusak, serta mengganggu dalam kegiatan budidaya.
Zona yang sangat sesuai berada pada goba atau sekitar gosong karang, hal ini memungkinkan bahwa pada wilayah tersebut faktor pendukung dalam
melakukan kegiatan budidaya sangat besar. Pada wilayah sekitar goba banyak terdapat terumbu karang yang dapat menyokong kehidupan habitat di sekitarnya,
selain itu pada wilayah ini pula sangat terlindung dari faktor alam seperti arus serta gelombang yang besar.
Gambar 30. Kesesuaian Budidaya Keramba Perikanan Laut Perairan Kepulauan
Seribu, DKI Jakarta
Luas dari wilayah kajian dalam penelitian ini yaitu sekitar 14723.76 ha dimulai dari Pulau Air di Sebelah Selatan hingga Pulau Kelapa Dua di sebelah
Utara. Dari kajian ini diperoleh daerah potensial untuk pengembangan lokasi budidaya perikanan laut yang luasnya mencapai sekitar 2305.46 ha. Luas
keseluruhan kawasan potensial tersebut terdiri dari lokasi yang dikategorikan sangat sesuai memiliki luas sekitar 351.89 ha, serta wilayah yang termasuk
kedalam kategori sesuai memiliki luas sekitar 1953.57 ha seperti yang tercantum pada Tabel 4.
Tabel 4. Luas Wilayah Potensial Budidaya Keramba Perikanan Laut
No Nama Pulau
Luas Ha Sangat Sesuai
Sesuai
1 Pulau Air 30.42
113.18 2 Pulau Bongkok
11.28 263.99
3 Pulau Harapan dan Kelapa 9.47
180.92 4 Pulau Kaliage Besar
42.14 30.73
5 Pulau Kaliage Kecil 1.31
18.93 6 Pulau Karang Congkak
72.63 224.19
7 Pulau Karya dan Panggang 44.87
223.11 8 Pulau Kelapa Dua
8.24 107.88
9 Pulau Kotok Besar 3.46
77.73 10 Pulau Kotok Kecil
0.42 31.14
11 Pulau Opak Besar 9.72
71.47 12 Pulau Opak Kecil
4.52 30.58
13 Pulau Pramuka 3.23
83.62 14 Pulau Sekati
0.26 22.01
15 Pulau Semak Daun 109.71
462.84 16 Pulau Semut
0.216 11.25
Total 351.89
1953.57
Tabel 4 menjelaskan mengenai luasan zona potensial dari setiap pulau pada wilayah kajian, berdasarkan tabel tersebut dapat dilihat hampir disetiap pulau
pada wilayah kajian dapat dilakukan kegiatan budidaya. Pulau yang memiliki area terluas dalam pengembangan kegiatan budidaya yaitu pada sekitar Pulau
Semak Daun yang memiliki luasan potensial sekitar 109.71 ha untuk zona sangat sesuai serta 462.84 ha untuk zona sesuai. Luasan wilayah potensial budidaya
perikanan laut yang didapat dari hasil pemodelan secara spasial ini belum merupakan luasan yang dapat dijadikan wilayah budidaya, dikarenakan pada
penelitian ini belum dimasukan faktor-faktor pendukung lainnya seperti dari aspek sosial.
Pengembangan budidaya keramba jaring apung dan keramba jaring tancap berpeluang cukup besar sebab area yang belum termanfaatkan masih cukup luas.
Namun dalam proses pengembangan usaha budidaya perlu diperhatikan prinsip kelestarian dan berkelanjutan. Untuk itu, potensi yang ada sebaiknya tidak
dimanfaatkan seluruhnya , tetapi disediakan untuk penyangga yang berguna dalam mengurangi efek penurunan kualitas lingkungan. Untuk itu diperlukan penataan
dalam mendirikan keramba-keramba agar pada lokasi tersebut tidak terlalu padat.
70
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Perairan Kepulauan Seribu merupakan wilayah yang berpotensi untuk dijadikan kegiatan budidaya perikanan air laut keramba jaring apung dan tancap,
hal ini terlihat dari jumlah luasan wilayah potensial yang mencapai 15 dari luas wilayah kajian. Berdasarkan hasil penelitian ini didapat luasan zona potensial
budidaya perikanan laut sebesar 351.89 ha untuk kategori sangat sesuai sedangkan kategori sesuai sebesar 1953.57 ha. Zona potensial berada pada sekitar goba dan
gosong karang, pada wilayah ini faktor pendukung dalam melakukan kegiatan budidaya sangat besar seperti banyak didapati terumbu karanng pada wilayah
tersebut serta terlindung dari pengaruh faktor oseanografis. Perairan sekitar Pulau Semak Daun dan Karang Congkak mempunyai luas
wilayah yang paling besar untuk kegiatan budidaya perikanan laut baik keramba jaring apung maupun keramba jaring tancap, luas potensial untuk wilayah ini
yaitu 109.71 ha untuk zona sangat sesuai serta 462.84 ha untuk zona sesuai. Sementara itu keramba yang telah ada pada kawasan jika diplotkan kedalam peta
kesesuaian hamper keseluruhan berada pada wilayah potensial.