Menurut Boyd 1982 tingkat keracunan NH
3
berbeda- beda untuk tiap spesies, tetapi pada kadar 0.5 mgl dapat berbahaya bagi organisme. Kadar amoniak yang
ideal untuk suatu perairan yaitu berkisar antara 0.25-0.45 mgl.
f. Oksigen Terlarut
Konsentrasi dan ketersediaan oksigen terlarut merupakan salah satu faktor pembatas bagi ikan yang dibudidayakan. Oksigen terlarut sangat dibutuhkan bagi
kehidupan ikan dan organisme air lainnya. Konsentrasi oksigen dalam air dapat mempengaruhi pertumbuhan, konversi pakan, dan mengurangi daya dukung
perairan. Selain itu Oksigen terlarut di perairan sangat dibutuhkan sumua organisme yang ada di dalamnya untuk proses respirasi dalam rangka
melangsungkan metabolisme dalam tubuh. Ikan akan hidup dengan baik pada kandungan oksigen 5
–8 ppm BBL Lampung, 2001.
g. Bahan Organik
Bahan organik merupakan berbagai bentuk ikatan kimia karbon dan hidrogen dengan unsur-unsur lain yang terikat pada atom karbon. Bahan organik
dalam perairan biasanya berasal dari sisa-sisa organisme yang telah mati maupun yang berasal dari daratan yang dibawa oleh sungai. Pengaruh bahan organik
secara langsung terhadap organisme yang dipelihara yaitu dapat mengakibatkan gangguan sistem pernapasan.
h. Sumber Polutan
Sumber polutan pada lingkungan perairan secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu sumber polutan tetap dan sumber polutan tersebar. Sumber
polutan tetap berasal dari industri, sedangkan sumber polutan tersebar berasal dari rumah tangga, peternakan, tempat akhir pembuangan sampah, limpasan daerah
pertanian. Selain itu sumber polutan dapat berasal dari pakan ikan yang dibudidayakan itu sendiri, pakan ikan yang tidak termakan akan jatuh ke dasar
perairan jika jumlahnya berlebih maka akan menimbulkan yang signifikan terhadap perubahan lingkungan perairan Prihadi et al, 2008. Hendaknya untuk
memilih lokasi yang akan digunakan dalam kegiatan budidaya jauh dari sumber- sumber polutan.
2.3. Sistem Informasi Geografis SIG
Sistem Informasi Geografis adalah alat untuk mengumpulkan, menyimpan, menayangkan kembali data spasial dari dunia nyata real world
untuk kepentingan-kepentingan tertentu Prahasta, 2001. Sistem informasi geografis sering juga diartikan sebagai suatu integrasi dari perangkat keras dan
lunak beserta manusianya yang dapat membantu dalam mempresentasikan dan menganalisis data berbasis geografi. Sistem ini mereferensi koordinat dunia
nyata. SIG dapat juga menyimpan data atribut yang mengandung informasi yang menjelaskan fitur peta. Informasi ini biasanya diletakan terpisah dari data grafis,
dalam suatu file database, tetapi tetap terkait dengan data grafis yang ada. Secara umum terdapat dua jenis data yang dapat digunakan untuk
merepresentasikan atau memodelkan fenomena-fenomena yang ada di dunia nyata. Pertama yaitu data spasial, jenis data ini merepresentasikan aspek-aspek
keruangan dan fenomena yang bersangkutan. Sedangkan yang kedua merupakan jenis data yang merepresentasikan aspek-aspek deskriptif dari fenomena yang
dimodelkan. Aspek deskriptif ini mencakup items atau properties dari fenomena
yang bersangkutan hingga dimensi waktu, data ini sering disebut juga data non spasial.
Data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format yaitu data vektor dan data raster GIS Konsorsium Aceh Nias, 2007. Data vektor merupakan
bentuk bumi yang direpresentasikan dalam bentuk garis, area, titik dan nodes titik perpotongan antar dua garis. Sementara data raster atau data grid yaitu data yang
dihasilkan dari sistem penginderaan jarak jauh. Pada data raster, objek direpresentasikan sebagai struktur sel grid yang disebut dengan piksel. Resolusi
tergantung pada ukuran piksel, dengan kata lain resolusi piksel menggambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi yang diwakili oleh setiap pikselnya.
Contoh dari data vektor dan data raster seperti yang terdapat pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Sumber: ESRI 2002 Gambar 1. Data Vektor
Sumber: ESRI 2002 Gambar 2. Data Raster
Analisis dalam SIG dikenal suatu metode yang disebut cell based modelling. Menurut ESRI 2002, cell based modelling merupakan analisis
spasial pada data raster yang bekerja berdasarkan sel atau piksel. Operasi piksel pada cell based modelling dibagi menjadi lima kelompok Gambar 3,
yakni meliputi : 1 Local function adalah operasi piksel yang hanya melibatkan satu sel
dimana nilai piksel output ditentukan oleh satu piksel input. 2 Focal function adalah operasi piksel yang hanya melibatkan beberapa sel
terdekat. 3 Zonal function adalah operasi piksel yang hanya melibatkan suatu
kelompok sel yang memiliki nilai atau keterangan yang sama. 4 Global function yang melibatkan keseluruhan sel dalam data raster dan
gabungan antara keempat kelompok tersebut. 5 Application function adalah gabungan dari keempat operasi diatas yang
meliputi local function, focal function, zonal function, dan global function.
Local Function Focal Function
Zonal Function Global Function
Sumber: ESRI 2002 Gambar 3. Ilustrasi Operasi Piksel pada Cell Based Modelling
Keunggulan menggunakan metode cell based modelling dibandingkan analisis lainnya adalah struktur data raster yang lebih sederhana sehingga lebih
mudah dalam pemodelan dan analisis serta kompatibel dengan data citra satelit serta memiliki variabilitas spasial yang tinggi dalam merepresentasikan suatu
kondisi lapangan Muzaki, 2008. Dasar cell based modeling dapat diperoleh melalui data penginderaan jarak jauh, setiap piksel dari citra satelit memiliki
informasi cakupan area yang dapat diidentifikasi. Integrasi SIG dengan data penginderaan jarak jauh dapat membantu dalam suatu kegiatan perencanaan
Mainassy, 2005 , seperti informasi mengenai peluang pengembangan berbagai berbagai jenis budidaya yang didasarkan pada jenis dan kuantitas lahan serta dapat
memperoleh keuntungan dalam hal perlakuan-perlakuan secara komprehensif dan
terintegrasi terhadap kriteria pengembangan budidaya perikanan laut dibandingkan dengan metode lain yang menggunakan teknik analitik dan
pembuatan peta secara manual.
2.4. Penginderaan Jarak Jauh