3.6. Penentuan Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Keramba Perikanan
Laut
Analisis untuk penentuan kawasan budidaya dilakukan dengan metode cell based modelling. Parameter-parameter baik dari hasil survei, data sekunder
maupun pengolahan citra yang berpengaruh terhadap kegiatan budidaya dikelompokan untuk membuat sebuah basis data serta dilakukan proses editing
untuk menghilangkan data yang tidak sesuai error. Dalam pembuatan peta tematik setiap parameternya dilakukan interpolasi dari data yang diperoleh,
adapun metode interpolasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode inverse distance weighted IDW. Sebelum dilakukan proses interpolasi terlebih
dahulu dilakukan pengisian data pada wilayah terluar area kajian dengan memberikan nilai yang sama pada setiap parameternya, hal ini dimaksudkan agar
pada saat dilakukan interpolasi pada wilayah terluar tersebut dapat memberikan nilai pada setiap parameternya
Penentuan kawasan budidaya memerlukan kriteria kesesuaian yang berkorelasi dengan keadaan lingkungan daerah penelitian. Kriteria atau matriks
yang disusun merupakan hasil kajian dan modifikasi dari berbagai sumber serta diskusi dengan pakar. Pembuatan kriteria atau matriks kesesuaian ini berdasarkan
tingkat pengaruh dari setiap parameter terhadap daerah yang berpotensi dijadikan kawasan budidaya perikanan laut. Matriks atau kriteria yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari 9 parameter seperti dijelaskan pada Tabel 2.
Tabel 2. Sistem penilaian kesesuaian kawasan Budidaya Perikanan Laut Keramba Jaring Apung dan Keramba Jaring Tancap.
No Parameter
Bobot Sangat
Sesuai Skor
Sesuai Skor
Tidak Sesuai
Skor 1
Salinitas 7.5
32 4
32-35 3
27 dan 32
1
2 Suhu
7.5 28-30
4 31-32
3 22 dan
32 1
3
DO 7.5
5 4
3-5 3
3 1
4 pH
7.5 7.5-8
4 7-7.5 dan 8-
8.5 3
7 dan 8.5
1
5
TDS 7.5
25 4
25 - 80 3
80 1
6 Kedalaman
15 10-30
4 4-10
3 4 dan
30 1
7
Substrat Perairan 17.5
Berkarang 4
Karang Berpasir
3 Lumpur
1
8 Arus
12.5 0.2-0.4
4 0.05-0.2
3 0.05 dan
0.5 1
9
Keterlindungan 17.5
Sangat Terlindung
4 Terlindung
3 Tidak
Terlindung 1
Sumber: Dinas Kelautan dan Pertanian, DKI Jakarta 2010
Pembobotan setiap parameter berdasarkan pada dominasi pengaruh parameter tersebut dalam zona budidaya. Pembobotan parameter dalam kajian ini
diberikan kisaran antara 1-4. Pemberian scoring dimaksudkan untuk menilai faktor pembatas pada setiap parameter. Proses overlay dilakukan setelah semua
parameter diberikan bobot serta scoring, proses tersebut dilakukan melalui software yang digunakan dan akan dihasilkan klasifikasi kawasan budidaya
perikanan laut berdasarkan dari parameter yang dianggap paling penting dalam penentuan kesesuaian perairan. Nilai tiap kelas didasarkan pada perhitungan
dengan rumus sebagai berikut:
N =ΣB
i
x S
i
..............................................4 Keterangan : N = Total bobot nilai
B
i
= Bobot pada tiap criteria Si = Skor pada tiap kriteria
Selang kelas diperlukan untuk membagi kelas kedalam jumlah kategori yang ditentukan. Interval kesesuaian budidaya dilakukan dengan metode equal
interval. Selang tiap-tiap kelas diperoleh dari jumlah perkalian nilai maksimum tiap bobot dan skor dikurangi jumlah perkalian nilai minimumnya yang dapat di
tuliskan pada persamaan berikut:
Selang tiap kelas =
Σ B – Σ B
........................................5
Nilai selang kelas dari proses perhitungan diperoleh sebesar 0.51667, dari nilai ini dapat diperoleh nilai kelas tidak sesuai S3 didapat dari skor total kelas
S3 2.25 ditambah dengan 0.51667. Nilai kelas sesuai S2 didapat dari selang maksimum S2 2.7666 ditambah dengan 0.51667. Nilai kelas sangat sesuai S1
didapat dari hasil penambahan anatara selang kelas maksimum S1 3.2833 dengan 0.51667. Oleh karena itu masing-masing kelas tersebut adalah:
Sangat sesuai S1 dengan selang 3. 833 S1 ≤ 3.799
Sesuai S dengan selang .7666 S ≤ 3. 83
Tidak Sesuai dengan selang . 5 S1 ≤ .7665
Berdasarkan perhitungan selang kelas klasifikasi kesesuaian budidaya keramba dibagi kedalam 3 kelas yaitu sangat sesuai, sesuai, dan tidak sesuai. Masing-
masing kelas tersebut didefinisikan sebagai berikut Bakosurtanal dalam Muzaki, 2008:
Kelas sangat sesuai S1, wilayah ini sangat sesuai untuk kawasan budidaya. Pada wilayah atau zona ini tidak terdapat faktor pembatas yang
berpengaruh dan tidak mengurangi produktivitasnya. Pada wilayah ini kegiatan budidaya dapat berlangsung secara optimal. Kelas sesuai S2, wilayah ini
mempunyai faktor pembatas yang berpengaruh terhadap kegiatan budidaya. Faktor pembatas tersebut dapat meningkatkan biaya yang diperlukan untuk
melakukan kegiatan budidaya. Kelas tidak sesuai S3, pada wilayah perairan ini mempunyai faktor pembatas yang besar. Kegiatan budidaya tidak dapat dilakukan
meskipun diberikan perlakuan khusus terhadap wilayah ini.
31
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pendugaan Parameter Zona Potensial Budidaya dengan Citra Satelit 4.1.1. Pengolahan Awal Citra Satelit
Citra yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra satelit ALOS akusisi 21 November 2008. Citra satelit ALOS dipilih untuk memodelkan lokasi
budidaya karena memiliki resolusi yang cukup tinggi yaitu 10 x 10 m. Satuan piksel tersebut cukup merepresentasikan lokasi-lokasi zona potensial budidaya
sebagai dasar dari Cell Based Modelling. Citra satelit ALOS yang digunakan dalam penelitian ini telah terkoreksi
radiometrik. Koreksi radiometrik dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor yang dapat menurunkan kualitas dari citra satelit yang disebabkan oleh kondisi
atmosfer dimana terjadi penyerapan atau hamburan dari radiasi sinar matahari, untuk itu nilai-nilai digital setiap piksel band akan direkonstruksi dan
mendapatkan masukan [raw] data perekaman sensor yang terkalibrasi secara fisik Prahasta, 2008. Metode koreksi radiometrik yang digunakan yaitu penyesuaian
histogram histogram adjustment, dimana nilai digital dari citra satelit terendah pada setiap kanalnya adalah nol. Oleh karena itu dilakukan pengurangan nilai
digital setiap piksel pada semua kanal sehingga nilai minimumnya nol. Koreksi geometrik dilakukan untuk memberikan informasi geografis pada
citra satelit. Koreksi geometrik yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode image to map registration berdasarkan titik-titik kontrol bumi Ground
Control Point yang mudah diidentifikasi pada peta maupun citra yang akan dikoreksi, seperti : percabangan sungai, perpotongan jalan, atau perpotongan
sungai dengan jalan. Koreksi geometrik dilakukan dengan menggunakan