Kadar Protein Metode Kjeldahl AOAC 1999 Kadar Karbohidrat by difference AOAC 1999

33 refluks pada suhu yang sesuai dengan titik didih pelarut yang digunakan. Selama proses refluks, pelarut secara berkala akan merendam sampel dan mengekstrak lemak yang ada pada sampel. Refluks dihentikan sampai pelarut yang digunakan untuk merendam sampel sudah berwarna jernih tidak ada lagi lemak yang terlarut. Jumlah lemak pada sampel dapat diketahui dengan menimbang lemak setelah pelarutnya diuapkan. Jumlah lemak per berat bahan yang diperoleh menunjukkan kadar lemak kasar crude fat, artinya komponen yang terekstraksi oleh pelarut organik bukan hanya lemak, tetapi komponen lain yang larut dalam pelarut organik, seperti vitamin larut lemak A, D, E, dan K serta karotenoid. Persiapan analisis kadar lemak yang dilakukan, yaitu labu lemak terlebih dahulu dikeringkan dalam oven bersuhu 100-110 o C, didinginkan dalam desikator, dan ditimbang. Sampel dalam bentuk bubuk ditimbang sebanyak 5 gram, dibungkus dengan kertas saring dan dimasukkan ke dalam alat ekstraksi soxhlet yang telah berisi pelarut dietil eter atau heksana. Refluks dilakukan minimal selama 5 jam dan pelarut yang ada di dalam labu lemak didistilasi. Selanjutnya, labu lemak yang berisi lemak hasil ekstraksi dipanaskan dalam oven pada suhu 100 o C hingga beratnya konstan, didinginkan dalam desikator, dan ditimbang. Kadar lemak BB = x 100 Keterangan: W = bobot contoh g W1 = bobot labu lemak + lemak hasil ekstraksi g W2 = bobot labu lemak kosong g

d. Kadar Protein Metode Kjeldahl AOAC 1999

Penentuan kadar protein dengan metode Kjeldahl didasarkan pada pengukuran kadar nitrogen total yang ada di dalam sampel dan metode ini dapat digunakan untuk analisis protein semua jenis bahan pangan. Kandungan protein dihitung dengan mengasumsikan rasio tertentu antara protein terhadap nitrogen untuk sampel yang dianalisis. Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kandungan nitrogen di dalam protein adalah 34 sekitar 16. Angka faktor konversi 10016 atau 6.25 digunakan untuk mengonversi dari kadar nitrogen ke dalam kadar protein. Namun untuk beberapa jenis bahan pangan memiliki faktor konversi yang digunakan berbeda. Sejumlah kecil sampel sekitar 0.1-0.25 gram kira-kira membutuhkan 3-10 ml HCl 0.01 N atau 0.02 N ditimbang dan diletakkan ke dalam labu Kjeldahl 30 ml, kemudian ditambahkan 1.0 g K 2 SO 4 , 40 mg HgO, dan 2 ml H 2 SO 4 . Jika bobot sampel lebih dari 15 mg, ditambahkan 0.1 ml H 2 SO 4 untuk setiap 10 mg bahan organik di atas 15 mg. Sampel dididihkan selama 1-1.5 jam sampai cairan menjadi jernih. Larutan kemudian dimasukkan ke dalam alat destilasi, dibilas dengan akuades, dan ditambahkan 10 ml larutan 60 NaOH-5 Na 2 S 2 O 3 . Gas NH 3 yang dihasilkan dari reaksi dalam alat destilasi ditangkap oleh 5 ml H 2 BO 3 dalam erlenmeyer yang telah ditambahkan 3 tetes indikator campuran 2 bagian methylene red 0.2 dalam alkohol dan 1 bagian methylene blue 0.2 dalam alkohol. Ujung tabung kondensor harus terendam di bawah larutan H 2 BO 3 . Kondensat tersebut kemudian dititrasi dengan HCl 0.02 N yang sudah distandarisasi hingga terjadi perubahan warna kondensat menjadi abu-abu. Penetapan blanko dilakukan dengan menggunakan metode yang sama seperti penetapan sampel. Kadar protein N dihitung dengan menggunakan rumus: N = . Kadar protein BB = N x faktor konversi 6.25

e. Kadar Karbohidrat by difference AOAC 1999

Penentuan kadar karbohidrat by difference diperoleh dari hasil pengurangan angka 100 dengan persentase komponen lain yang terkandung di dalam sampel, seperti air, abu, lemak, dan protein. Kadar karbohidrat by difference dapat ditentukan dengan rumus: Kadar kabohidrat BB = 100 - KA + A + L + P 35 Keterangan: KA = Kadar air A = Kadar abu L = Kadar lemak P = Kadar protein

f. Analisis Serat Kasar AOAC 1999