15 Tabel 5. Hasil pengamatan penentuan kemasan bahan penyerap
Kemasan Hasil pengamatan
Kertas saring Tidak  dapat  dikelim  dengan  panas  seal,
ketersediaan cukup, kurang tahan terhadap air. Kain kasa mori
Tidak  dapat  dikelim  dengan  panas  seal, ketersediaan cukup, tahan terhadap air.
Kertas berlapis polietilen Dapat  dikelim  dengan  panas  seal,  ketersediaan
cukup, tahan terhadap air. Jika  dilihat  dari  pengamatan  yang  dilakukan  berdasarkan  pada Tabel  5.  maka  kertas  berlapis
polietilen  menjadi  pilihan  yang  paling  tepat  untuk  diaplikasikan  secara  komersial.  Selain  mudah dalam  aplikasinya,  karena  dapat  dikelim  dengan  panas  seal  kertas  berlapis  polietilen  lebih  tahan
terhadap  air,  sehingga  kerusakan akibat  air  yang  dihasilkan  dari  proses  respirasi  buah  dan pengaruh kelempaban pada lingkungan penyimpanan dapat diminimalkan. Kertas saring dan kain mori sebagai
kemasan bahan penyerap  pada dasarnya memiliki tingkat daya serap yang relatif baik, namun dalam aplikasinya  kedua  jenis  kemasan  tersebut  memiliki  kelemahan  yaitu  tidak  dapat  dikelim  atau  seal
sehingga sulit dalam aplikasinya. Berdasarkan perbandingan yang telah dilakukan pada perlakuan suhu penyimpanan dan dosis
bahan penyerap maka diperoleh hasil terbaik adalah penyimpanan suhu dingin dengan dosis zeolit 5 dan 10. Penyimpanan suhu dingin menjadi pilihan karena salah satu cara untuk menjaga kesegaran
buah-buahan adalah penyimpanan pada suhu rendah. Penyimpanan dibawah suhu 15ºC dan diatas titik beku  adalah dikenal  sebagai  penyimpanan  dingin  chilled  storage.  Penyimpanan  dingin merupakan
salah  satu  cara  untuk  menghambat  turunnya  mutu  buah-buahan  disamping  pengaturan  kelembapan dan  komposisi  udara  serta  penambahan  zat-zat  pengawet  kimia.  Pendinginan  juga  akan mengurangi
kelayuan  karena  kehilangan  air,  menurunkan  laju  reaksi  kimia  dan  laju  pertumbuhan  mikroba  pada buah  yang  disimpan.  Selain  itu,  dengan  menggunakan  suhu  rendah  juga  akan  menghambat  atau
mencegah reaksi kimia, reaksi enzimatis atau pertumbuhan mikroba Winarno dan Jenie, 1983. Dosis zeolit  5  dan  10  menjadi  pilihan  karena  keduannya  memiliki  hasil  yang  sama  baik  selama
penyimpanan.  Sedangkan  kemasan  bahan  penyerap  yang  dipilih  adalah  kertas  berlapis  polietilen karena memiliki ketahanan yang baik dan mudah diaplikasikan. Hasil terbaik yang dipilih pada tahap
ini,  selanjutnya  akan dijadikan  taraf  perlakuan  pada  penelitian  selanjutnya  untuk  penyimpanan  buah salak pondoh dengan menggunakan teknik kemasan aktif.
B. KARAKTERISTIK BUAH SALAK PONDOH LUMUT
Buah  salak  pondoh  di  Indonesia  terdiri  dari  berbagai  macam  jenis  yang  berbeda,  baik  pada kondisi fisik buah seperti ukuran, warna kulit dan jumlah biji, maupun karakteristik komponen kimia
yang  ada  di  dalamnya.  Perbedaan  jenis  dan  tingkat  kematangan  yang  ada  pada  buah  salak  pondoh akan berpengaruh terhadap masa simpan buahnya.
Bahan  baku  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini  adalah  buah  salak  pondoh  lumut  yang diperoleh  dari  Banjarnegara,  Jawa  Tengah  dengan  tiga  tingkat  kematangan  yaitu  kematangan  80,
90  dan  campuran.  Pemilihan  tiga  kematangan  tersebut  didasarkan  pada  ketersediaan  buah  salak yang  sesuai  dengan  minat  konsumen  atau  kebutuhan  pasar.  Hasil  karakterisasi  buah  salak  pondoh
lumut  disajikan  pada  Tabel  6.  untuk  mengetahui  komposisi  yang  terkandung  dalam  buah,  sehingga dapat  dijadikan  sebagai  acuan  atau  pembanding  terjadinya  perubahan-perubahan  selama
penyimpanan.
16 Tabel 6. Karakteristik buah salak pondoh lumut dalam 100 g bahan
Komponen Kematangan
80 90
Campuran Kadar air
77.05 79.17
78.12 Kadar serat
10.24 7.93
9.09 TPT
o
Brix 15.00
18.00 17.00
Vitamin C mg100 g 2.20
2.40 2.60
Kadar protein 0.50
0.53 0.40
Kadar lemak Organoleptik :
- Kesukaan Panelis 100 - Warna Kulit
- Warna Daging Buah - Tekstur
- Rasa 0.08
100 Cokelat kekuningan
Putih kekuningan Getas dan renyah
Manis 0.07
100 Cokelat
Kuning Masir
Manis 0.08
100 Cokelat kekuningan
Kuning Masir
Manis Dari Tabel  6.  dapat diketahui  bahwa  komponen  penyusun  tertinggi  buah  salak  pondoh  lumut
adalah  air.  kadar  air  tertinggi  sebesar  79.17    adalah  buah  salak  pondoh  kematangan  90,  diikuti oleh kematangan campuran sebesar 78.12  dan kematangan 80 sebesar 77.05 . Kadar air buah
salak  pondoh  lumut  tinggi  karena  salah  satu  faktor  yang mempengaruhinya  adalah  tempat  budidaya tanaman tersebut, dimana pada umumnya salak pondoh lumut dibudidayakan di daerah pegunungan.
Kandungan kadar air yang tinggi inilah yang membuat ketahanan dan daya simpan buah salak jenis ini sangat rendah. Dalam hal ini, buah salak pondoh kematangan 90 memiliki tingkat ketahanan yang
paling  rendah  dibandingkan  dengan  kematangan  campuran  dan  80.  Berbeda  dengan  kandungan kadar  airnya,  kandungan  serat  tertinggi  buah  salak  pondoh  lumut  dimiliki  oleh  buah  dengan
kematangan  80  sebesar  10.24    yang  diikuti  oleh  kematangan  campuran  sebesar  9.09    dan kematangan 90 sebesar 7.93 . Perbedaan kandungan serat ini dikarenakan perbedaan tekstur buah
salak pada masing-masing tingkat kematangan. Buah salak kematangan 80 dan campuran cenderung memiliki tekstur yang renyah dan getas, sedangkan buah salak kematangan 90 tekstur buahnya lebih
lembut atau masir. Hasil pengujian nilai total padatan terlarut nilai tertinggi adalah buah salak pondoh kematangan  90  sebesar  18.00
º
Brix,  sedangkan  kematangan  campuran  sebesar  17.00
º
Brix  dan kematangan  80  sebesar  15.00
º
Brix.  Tinggi  rendahnya  nilai
º
Brix  ini  berpengaruh  pada  tingkat kemanisan  buah  salak  pondoh.  Dalam  hal  ini  berarti  buah  salak  kematangan  90  memiliki  tingkat
kemanisan yang paling tinggi dibandingkan dengan kematangan campuran dan 80. Berdasarkan  hasil  uji  organoleptik,  tingkat  kesukaan  panelis  terhadap  tekstur  buah,  warna
daging buah, dan rasa buah salak pondoh menunjukkan respon yang positif dengan nilai 100 suka. Warna  daging  buah  pada  tingkat  kematangan  80  dan  90  yaitu  berwarna  putih  kekuningan  dan
kuning.  Untuk  warna  daging  buah  pada  kematangan  campuran  bervarisai  mulai  dari  putih,  putih kekuningan hingga yang berwarna kuning. Tekstur buah salak renyah dan getas dihasilkan dari buah
salak  pondoh  kematangan  80,  dan  tekstur  masir  serta  lembut  dihasilkan  dari  buah  salak  pondoh kematangan 90. Buah salak kematangan campuran, tekstur buah menunjukkan hasil yang bervariasi
mulai  dari  getas  dan renyah hingga  lembut  dan masir.  Hal  ini  dapat  terjadi  dikarenakan  buah  salak pondoh kematangan campuran merupakan buah salak yang diperoleh dari hasil panen tanpa dilakukan
grading,  sehingga  di  dalamnya  terdapat  berbagai  macam  tingkat  kematangan  berdasarkan  usia pemanenan. Jika dilihat dari rasa buah, buah salak pondoh memiliki rasa yang manis baik buah salak
pada tingkat kematangan 80, 90 maupun campuran.
17
C. PERUBAHAN FISIK BUAH SALAK PONDOH