14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. DOSIS DAN KEMASAN BAHAN PENYERAP
Penentuan dosis dilakukan untuk memperoleh dosis zeolit yang paling optimal sebagai bahan penyerap etilen dalam penyimpanan buah salak pondoh menggunakan kemasan aktif. Sedangkan
penentuan kemasan bahan penyerap dilakukan untuk mengetahui jenis kemasan bahan penyerap terbaik sesuai dengan karakteristik zeolit.
Tabel 4. Hasil pengamatan penentuan dosis zeolit Dosis zeolit
Hasil pengamatan Mulai timbul kapang pada buah, tekstur daging
buah sedikit lembek, warna daging buah kuning kecokelatan, dan terdapat banyak gas di dalam
kemasan. 5
Penampakan secara keseluruhan buah baik, tekstur daging buah segar, warna dan bau netral, dan ada
sedikit gas di dalam kemasan. 10
Penampakan secara keseluruhan buah baik, tekstur daging buah segar, warna dan bau netral, dan ada
sedikit gas di dalam kemasan. 15
Penampakan secara keseluruhan baik, mulai timbul bintik hitam pada daging buah, warna buah kuning
kecoklatan, aroma sedikit lebih asam, dan kemasan normal.
Pada Tabel 4. dapat dibandingkan beberapa parameter fisik buah salak pondoh yang disimpan menggunakan kemasan aktif dengan dosis zeolit yang berbeda. Setelah hari ke-7 penyimpanan, buah
salak pondoh yang dikemas dengan plastik polietilen dan polipropilen tanpa menggunakan tambahan bahan penyerap mulai timbul kapang pada buah salak yang disimpan. Selain itu, tekstur daging buah
sedikit lebih lembek dan kemasan menjadi mengembang akibat adanya tekanan gas yang ada di dalam kemasan. Buah salak pondoh yang disimpan dalam kemasan aktif dosis zeolit 5 dan 10 memiliki
hasil yang hampir sama, dimana keadaan buah salak pondoh yang disimpan sama seperti buah salak pada awal penyimpanan dilakukan. Pada dosis bahan penyerap ini, keadaan utuh buah salak masih
baik, tekstur daging buah masih segar, warna dan aroma yang dihasilkan juga masih normal yakni warna dan aroma khas salak pondoh. Namun terdapat sedikit gas di dalam kemasannya, sehingga
kemasan plastik menjadi sedikit mengembang. Sedangkan buah salak pondoh yang disimpan dalam kemasan aktif dosis zeolit 15, memiliki penampakan buah salak secara utuh cukup baik, tetapi mulai
timbul bintik-bintik hitam di sekitar daging buahnya, selain itu mulai timbula aroma asam pada buah. Berbeda halnya dengan dosis zeolit 5 dan 10, kemasan aktif dosis zeolit 15 kondisi kemasan
cenderung lebih stabil dan tidak mengembang. Beberapa bahan kemasan yang digunakan untuk mengemas zeolit adalah kertas saring, kain
kasa kain mori, dan keras multi polietilen. Zeolit yang telah dihaluskan dimasukkan kedalam masing-masing bahan kemasan dan selanjutnya dikelim sehingga membentuk kemasan sachet.
15 Tabel 5. Hasil pengamatan penentuan kemasan bahan penyerap
Kemasan Hasil pengamatan
Kertas saring Tidak dapat dikelim dengan panas seal,
ketersediaan cukup, kurang tahan terhadap air. Kain kasa mori
Tidak dapat dikelim dengan panas seal, ketersediaan cukup, tahan terhadap air.
Kertas berlapis polietilen Dapat dikelim dengan panas seal, ketersediaan
cukup, tahan terhadap air. Jika dilihat dari pengamatan yang dilakukan berdasarkan pada Tabel 5. maka kertas berlapis
polietilen menjadi pilihan yang paling tepat untuk diaplikasikan secara komersial. Selain mudah dalam aplikasinya, karena dapat dikelim dengan panas seal kertas berlapis polietilen lebih tahan
terhadap air, sehingga kerusakan akibat air yang dihasilkan dari proses respirasi buah dan pengaruh kelempaban pada lingkungan penyimpanan dapat diminimalkan. Kertas saring dan kain mori sebagai
kemasan bahan penyerap pada dasarnya memiliki tingkat daya serap yang relatif baik, namun dalam aplikasinya kedua jenis kemasan tersebut memiliki kelemahan yaitu tidak dapat dikelim atau seal
sehingga sulit dalam aplikasinya. Berdasarkan perbandingan yang telah dilakukan pada perlakuan suhu penyimpanan dan dosis
bahan penyerap maka diperoleh hasil terbaik adalah penyimpanan suhu dingin dengan dosis zeolit 5 dan 10. Penyimpanan suhu dingin menjadi pilihan karena salah satu cara untuk menjaga kesegaran
buah-buahan adalah penyimpanan pada suhu rendah. Penyimpanan dibawah suhu 15ºC dan diatas titik beku adalah dikenal sebagai penyimpanan dingin chilled storage. Penyimpanan dingin merupakan
salah satu cara untuk menghambat turunnya mutu buah-buahan disamping pengaturan kelembapan dan komposisi udara serta penambahan zat-zat pengawet kimia. Pendinginan juga akan mengurangi
kelayuan karena kehilangan air, menurunkan laju reaksi kimia dan laju pertumbuhan mikroba pada buah yang disimpan. Selain itu, dengan menggunakan suhu rendah juga akan menghambat atau
mencegah reaksi kimia, reaksi enzimatis atau pertumbuhan mikroba Winarno dan Jenie, 1983. Dosis zeolit 5 dan 10 menjadi pilihan karena keduannya memiliki hasil yang sama baik selama
penyimpanan. Sedangkan kemasan bahan penyerap yang dipilih adalah kertas berlapis polietilen karena memiliki ketahanan yang baik dan mudah diaplikasikan. Hasil terbaik yang dipilih pada tahap
ini, selanjutnya akan dijadikan taraf perlakuan pada penelitian selanjutnya untuk penyimpanan buah salak pondoh dengan menggunakan teknik kemasan aktif.
B. KARAKTERISTIK BUAH SALAK PONDOH LUMUT