Dimensi Kualitas Layanan Kualiatas Pelayanan Perpustakaan

13 The service quality is very important to be practices in public library services because the users satisfaction in based on the quality of service that they received. Service quality will lead to customer satisfaction, according to Vavra 1997 in Zakaria et.al 2009, 52-53. Dari beberapa pendapat para ahli dapat dipahami bahwa sebuah perpustakaan harus berkualitas yang memebrikan pelayanan sesuai dengan yang diharapkan oleh pengguna.

2.2.1 Dimensi Kualitas Layanan

Untuk mengetahui apakah suatu perpustakaan dapat mengembangkan pelayanan yang berkualitas kepada pengguna maka diharapkan perpustakaan tersebut mampu menilai seberapa baik kinerjanya dalam pelayanan. Setiap pelayanan, baik di perusahaan maupun di perpustakaan dapat mengevaluasi dengan dimensi kualtas pelayanan. Menurut Parasuraman et.al dikutip lupiyoadi 2001, 148 dalam mengevaluasi kualitas pelayanan yang diberikan kepada pengguna digunakan lima dimensi pokok yang menjadi indikator yaitu: tangibles, reliability, responsiveness, assurance dan empaty. Menurut Garvin dikutip Nasution 2001, 17 mendefinisikan delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menganalisis karakteristik kualitas produk yaitu: 1. Performa performance berkaitan dengan aspek fungsional dari produk dan merupakan karakteristik utama yang dipertimbangkan pelanggan ketika ingin membeli suatu produk. 14 2. Fitur atau ciri-ciri tambahan features merupakan aspek kedua dari performa yang menambah fungsi dasar, berkaitan denga pilihan-pilihan dan pengembangannya 3. Keandalan reliability berkaitan dengan kemungkinan suatu produk berfungsi secara berhasil dalam periode waktu tertentu di bawah kondisi tertantu. 4. Konformitas conformance berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. 5. Daya Tahan durability merupakan ukuran masa pakai suatu produk. 6. Kemampuan pelayanan service ability merupakan karakteristik yang berkaitan dengan kecepatan atau kesopanan, kompetensi, kemudahan, serta akurasi dalam perbaikan 7. Estetika aesthetics merupakan karakteristik mengenai keindahan yang bersifat subyektif sehingga berkaitan dengan pertimbangan pribadi dan refleksi dari preferensi atau pilihan individual. 8. Kualitas yang dipersepsikan perceived quality bersifat subyektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk, seperti meningkatkan harga diri. Menurut Bery dan Parasuraman dikutip Nasution 2001, 18 mengidentifikasi lima kelompok karakteristik yang digunakan oleh para pelanggan dalam mengevaluasi kualitas jasa, yaitu sebagai berikut: 1. Bukti langsung tangibles meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai dan sarana komunikasi. 2. Keandalan reliability yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera dan memauskan. 3. Daya tanggap responsivenessyaitu keinginan para staf untuk membentu para pelanggan dan memberika pelayanan dengan tanggap. 4. Jaminan assurance mencakup kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf; bebas dari bahaya, risiko atau keragu- raguan 5. Empati, meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan memahami kebutuhan para pelanggan. Dimensi kualitas pada industri jas menurut Garvin dikutip MengSc dan MengSc 2013, 11mencakup antara lain: 1. Communication: hubungan antara penerima jasa dan pemberi jasa 15 2. Credibility: kepercayaan pihak penerima jasa terhadap pemberi jasa 3. Security: keamanan terhadap jasa yang ditawarkan 4. Knowing the customer: pemahaman pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan pemakai jasa 5. Tangibles: pemberian pelayanan kepada pelanggan harus dapat diukur atau dibuat standarnya 6. Reliability: konsistensi kerja pemberi jasa dan kemampuan pemberi jasa memenuhi janji para penerima jasa 7. Responsiveness: tanggapan pemberi jasa terhadap kebutuhan dan harapan penerima jasa 8. Competence: kemampuan atau keterampilan pemberi jasa memberikan jasanya kepada penerima jasa 9. Access: kemudahan pemberi jasa dihubungi oleh penerima jasa 10. Courtesy: kesopanan, respek, perhatian, dan kesamaan pada hubungan personil 2.2.2Perspektif Kualitas Setelah diketahui dimensi kualitas, harus diketahui bagaimana perspektif kualitas, yaitu pendekatan yang digunakan untuk mewujudkan kualitas suatu produk. Menurut Garvin dikutip Nasution 2001, 18 adanya lima alternatif perspektif kualitas yang digunakan yaitu: 1. Transcendental approach, menurut pendekatan ini kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit dioperasionalkan. 2. Product-based approach, pendekatan ini menganggap kualitas sebagai karakteristik atau atribut yang dapat dikuantifikasikan dan dapat diukur 3. User-based approach, pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang menggunakannya dan produk yang paling memuaskan preferensi seseorang misalnya perceived quality merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. 4. Manufacturing-based approach, perspektif ini bersifat supplay-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan manufakturing, serta mendefinisikan kualitas sama dengan persyaratannya conformance to requirements 5. Value-based approach, pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. 16 Menurut Russel dikutip purnama 2006, 14 menyatakan bahwa terdapat dua perspektif terhadap kualitas yaitu: a. Producer’s perspective Perspektif produsen Menurut perspektif produsen, kualitas produk dikaitkan dengan standar produk dan biaya, artinya produk dinilai berkualitas jika memiliki kesesuaian terhadap spesifikasi dan memenuhi persyaratan biaya. b. Consumer’s perspektif perspektif konsumen Menurut perspektif konsumen, kualitas produk dikaitkan dengan disain dan harga artinya kualitas produk dilihat dari karakteristik kualitas dan harga yang ditentukan.

2.2.3 Kriteria Pengukuran Kualitas Pelayanan