4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisa Permeabilitas Busa Poliuretan
Busa poliuretan yang telah dimodifikasi dengan variasi tawas selanjutnya dilakukan uji kinerja dengan melakukan uji permeabilitas. Busa poliuretan
terlebih dahulu dialirkan akuades sebanyak 100 mL sampai akuades melewati busa poliuretan dan permeat ditampung. Selanjutnya sampel air payau dialirkan
melewati masing-masing busa poliuretan dan dicatat waktu pengaliran sampai permeat habis tertampung. Proses analisa permeabilitas ini dapat dilihat pada
gambar 4.4 berikut :
Gambar 4.4 Proses analisa permeabilitas Manik, D. R. 2014
Dari hasil analisa permeabilitas yang telah dilakukan, diperoleh data yang diperlihatkan dalam tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Data Perolehan Fluks Setiap Busa Poliuretan Variasi Tawas
dalam Busa Poliuretan
Diameter Foam m
Ketebalan Foam m
Waktu Alir s
Nilai Fluks Lm
2
.s 50
0,04315 0,015
160 0,417
60 0,04315
0,015 199
0,335 70
0,04315 0,015
247 0,270
80 0,04315
0,015 217
0,310 90
0,04315 0,015
203 0,330
Filtrat Air payau
Busa poliuretan Kolom d = 4,5 cm; p = 20
Dari tabel 4.1 di atas, diperoleh waktu alir yang paling lama pada variasi tawas dalam busa poliuretan sebanyak 70 7 gram yaitu sebesar 247 sekon. Hal
ini menyatakan bahwa busa poliuretan dengan filler tawas sebanyak 7 gram telah terdistribusi cukup sempurna di dalam busa poliuretan dibandingkan busa
poliuretan dengan variasi tawas yang lain, walaupun masih terdapat aglomerasi pengelompokan filler tawas pada titik-titik tertentu. Aglomerasiini disebabkan
karena tidak adanya interaksi kimia yang terjadi antara tawas sebagai fillerdengan busa poliuretan sebagai matriks, melainkan yang ada hanya interaksi fisika saja.
Selain itu Manik, C. 2015 menyatakan bahwa hubungan antara jumlah air dengan permeabilitas sejalan dengan hubungan antara jumlah filler dengan
jumlah volume permeat yang dapat dihasilkan dari analisa permeabilitas. Semakin banyak sampel air payau yang dituangkan ke dalam kolom yang telah diisi
terlebih dahulu dengan busa poliuretan, maka semakin banyak pula jumlah volume permeat yang dapat dihasilkan. Namun, jumlah volume permeat yang
dihasilkan juga bergantung pada jumlah tawas filler yang ditambahkan ke dalam busa poliuretan. Dalam penelitian ini, jumlah volume permeat yang paling sedikit
yang dapat dihasilkan adalah pada variasi busa poliuretan-tawas 30-70, sehingga menghasilkan nilai fluks yang paling rendah yaitu sebesar 0,270 Lm
2
.s. Hal ini disebabkan karena tertahannya partikel-partikel yang terlarut maupun yang
terendap dalam air payau oleh molekul tawas.
Ahmad, S. 2009 menyatakan bahwa fluks dikontrol oleh dua fenomena yaitu polarisasi konsentrasi dan fouling. Polarisasi konsentrasi adalah terjadinya
penumpukan molekul pada permukaan membran sehingga dapat memperkecil harga fluks, sedangkan fouling adalah proses dimana solute atau partikel
mengendap pada permukaan membran atau dinding pori membran yang juga mengakibatkan pengurangan laju alir fluks. Dalam hal ini, molekul tawas yang
tersebar pada permukaan busa poliuretan mengalami pengendapan yang menyebabkan pori-pori permukaan semakin banyak dan semakin rapat sehingga
sampel air payau yang masuk ke permukaan busa poliuretan akan semakin lama mengalir dan akhirnya menyebabkan fluks memiliki nilai yang kecil.
Selain itu, Mulder, M. 1996 menyatakan bahwa pori yang semakin kecil akan mengurangi kecepatan aliran permeat melalui membran, namun kemampuan
membran untuk memisahkan suatu partikel akan semakin baik. Fenomena inilah yang menyebabkan terbentuknya busa poliuretan dengan fluks yang semakin
berkurang.
Adapun grafik yang menggambarkan hubungan antara waktu pengaliran sampel air payau dan variasi tawas dalam busa poliuretan terdapat dalam gambar
4.5 berikut :
Gambar 4.5 Grafik hubungan waktu pengaliran Vs variasi tawas dalam PUF
50 60
70 80
90 50
100 150
200 250
300
W akt
u P enga
lir an
s
Variasi tawas dalam PUF Busa poliuretan
Sedangkan grafik pada gambar 4.6 berikut menunjukkan hubungan antara nilai fluks sampel air payau dan variasi tawas dalam busa poliuretan.
50 60
70 80
90 0,00
0,05 0,10
0,15 0,20
0,25 0,30
0,35 0,40
0,45 0,50
N ila
i f lu
ks L
m
2
.s
Variasi tawas dalam PUF Busa poliuretan
Gambar 4.6 Grafik hubungan nilai fluks Vs variasi tawas dalam PUF
4.2.2 Analisa Gugus Fungsi Lignin Isolat dengan Fourier Transform