Analisa Gugus Fungsi Busa Poliuretan dengan Fourier Transform

Tabel 4.2 Pita Serapan FT-IR Lignin Isolat Serbuk Kayu Jati No Standar Kisaran Pita Serapan cm -1 Indulin AT cm -1 Lignin Isolat cm -1 Keterangan 1 3450-3400 3411,36 3448,72 Rentangan OH 2 2940-2820 2936,36 2939,52 Rentangan OH pada gugus metil dan metilena 3 1605-1600 1602,27 1620,21 Vibrasi cincin aromatik 4 1330-1325 - 1319,31 Vibrasi cincin siringil 5 1270-1275 1270,45 1219,01 Vibrasi cincin guaiasil 6 1085-1030 1031,82 1111,00 Deformasi C-H, C-O Hergert, H. L. 1971 Dari tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa lignin isolat yang berasal dari serbuk kayu jati memiliki unit guaiasil yaitu pada serapan 1219,01 cm -1 dan unit siringil pada serapan 1319,31 cm -1 . Kedua unit tersebut merupakan ciri khas dari lignin isolat dari jenis kayu daun lebar. Hal ini sesuai dengan Hergert, H. L. 1971 yang menyatakan bahwa unit penyusun lignin berupa siringil pada umumnya muncul pada daerah bilangan gelombang sekitar 1330-1325 cm -1 . Pergeseran bilangan gelombang mungkin saja terjadi akibat adanya pengaruh struktur batas bordering pada inti aromatik yang terkandung dalam bahan yang dianalisis Fengel and Wegner. 1995. Sugesty, dkk 1986 menyatakan bahwa lignin pada jenis gymnosperms kayu daun jarum terdiri dari unit guaiasil, lignin pada jenis angiosperms kayu daun lebar terdiri dari unit guaiasil dan siringil, sedangkan pada jenis rumput-rumputan terdiri dari unit guaiasil, siringil, dan p- hidroksifenil.

4.2.3 Analisa Gugus Fungsi Busa Poliuretan dengan Fourier Transform

Infrared FT-IR Berdasarkan data uji permeabilitas yang telah dilakukan, diperoleh bahwa perbandingan tawas yang paling baik adalah busa poliuretan dengan perbandingan busa poliuretan : tawas 30 : 70. Selanjutnya busa poliuretan dengan perbandingan busa poliuretan : tawas 30 : 70 tersebut diuji dengan FT-IR. Hasil analisa FT-IR yang diperoleh dibandingkan dengan busa poliuretan tanpa penambahan tawas dan menghasilkan spektrum seperti pada gambar 4.8 berikut : 4000 3500 3000 2500 2000 1500 1000 500 2353, 16 2326, 15 1319, 31 1126, 43 1647, 21 3005, 10 3414, 00 1126, 43 1315, 45 1647, 21 3008, 95 3425, 58 T ra ns m ita ns i T Bilangan Gelombang cm -1 PUF tanpa tawas PUF+tawas Gambar 4.8 Spektrum FT-IR PUF tanpa tawas dan PUF+tawas Hasil identifikasi sampel busa poliuretan tanpa tawas yang diuji dengan FT-IR dapat ditunjukkan pada tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Pita Serapan FT-IR Busa Poliuretan Tanpa Tawas No Sampel Busa Poliuretan Tanpa Tawas Bilangan Gelombang cm -1 Pita Serapan Asal 1 3425,58 3500-3400 Serapan gugus N-H terikat 2 3008,95 3100-3000 Serapan gugus C-H 3 2326,15 2500-2000 Serapan C=O dari NCO 4 1647,21 1650-1580 Serapan vibrasi N-H 5 1315,45 1350-1000 Serapan vibrasi C-N 6 1126,43 1300-1100 Serapan C-O Sedangkan hasil identifikasi FT-IR untuk sampel busa poliuretan dengan tawas ditunjukkan pada tabel 4.4 berikut. Tabel 4.4 Pita Serapan FT-IR Busa Poliuretan+Tawas No Sampel Busa Poliuretan+Tawas Bilangan Gelombang cm -1 Pita Serapan Asal 1 3414,00 3500-3400 Serapan gugus N-H terikat 2 3005,10 3100-3000 Serapan gugus C-H 3 2353,16 2500-2000 Serapan C=O dari NCO 4 1647,21 1650-1580 Serapan vibrasi N-H 5 1319,31 1350-1000 Serapan vibrasi C-N 6 1126,43 1300-1100 Serapan C-O Dari hasil analisa spektrum FT-IR, tampak bahwa spektrum busa poliuretan tanpa tawas dengan spektrum busa poliuretan+tawas tidak memperlihatkan perubahan yang signifikan. Hal ini menyatakan bahwa penambahan tawas ke dalam busa poliuretan tidak mengalami interaksi kimia melainkan hanya interaksi fisika. Dengan kata lain, tawas hanya terbungkus oleh molekul busa poliuretan dan tidak mengalami pengaruh dari busa poliuretan tersebut, sehingga mengakibatkan tidak adanya reaksi antara keduanya. Hal inilah yang menyebabkan spektrum FT-IR yang terlihat hanya mengalami pergeseran bilangan gelombang yang sedikit.

4.2.4 Analisa Sifat Morfologi Busa Poliuretan dengan Scanning Electron