batu gamping hanya untuk jangka waktu tertentu yang berarti nilai ini akan habis serta menyebabkan hilangnya Gunung Cibodas dan hilang pula nilai yang lain.
Pemanfaatan unsur non-tambang secara lestari akan mempertahankan keberadaan dan keberlanjutan nilai dari Gunung Cibodas. Menurut penuturan para pemanjat
tebing, kegiatan penambangan batu gamping yang dilakukan di Gunung Cibodas mengancam kelestarian tebing. Pengambilan batu gamping bisa menghilangkan
tebing panjat dan membahayakan pemanjat tebing saat melakukan pemanjatan. Kondisi ini terlihat nyata di lapangan dari menipisnya tebing. Kondisi serupa juga
terjadi pada goa-goa di Gunung Cibodas. Lorong-lorong goa terlihat pada dinding batu gamping yang terus digali dan berakibat pada rusak dan hilangnya goa di
Gunung Cibodas. Kerusakan goa akan menyebabkan perubahan mikro-klimat di dalam goa yang berpengaruh buruk bagi biota goa, hilangnya goa akan
mengakibatkan hilangnya habitat walet dan kelelawar goa yang mengancam kelestarian serta manfaat ekonomi dari satwa tersebut KLH 2009. Masyarakat
setempat juga memaparkan kejadian longsor di Gunung Cibodas yang terjadi akibat pengambilan batu gamping. Mata air Cipanas merupakan mata air karst
yang juga akan rusak jika batu gamping yang membentuk ekosistem karst tersebut hilang. Menurut KLH 2009, kegiatan pengambilan batu gamping pada
ekosistem karst akan menyebabkan rusaknya tata air dan kelestarian keanekaragaman hayati pada ekosistem karst. Kawasan yang berfungsi sebagai
penyimpan dan penyalur air akan hilang. Hilangnya mata air Cipanas akan berakibat pada hilangnya sumber air bagi masyarakat Kampung Mekarjaya dan
sekitarnya yang memanfaatkan air tersebut untuk kebutuhan air rumahtangga. Merurut Noerjito 2006, alih fungsi sebagian lahan Gunung Cibodas menjadi
tempat penggalian batu gamping memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ekosistem tersebut. Berbagai jenis satwa akan hilang karena habitat yang terdapat
di gunung tersebut rusak akibat eksploitasi batu gamping. Satwa dan tumbuhan yang terdapat di Gunung Cibodas memiliki nilai potensial lebih tinggi dari nilai
batu gamping.
5.2.4 Nilai potensial Gunung Cibodas
Pemanfaatan tumbuhan yang dilakukan masyarakat tidak seluruhnya dinilai. Kampung Bubulak merupakan salah satu kampung yang masyarakatnya
melakukan pengambilan kayu bakar, apabila penilaian dilakukan di seluruh kampung tentu saja nilai tumbuhan yang diperoleh akan lebih besar. Pemanfaatan
kayu bakar juga dilakukan oleh masyarakat Kampung Jatake, Kampung Tegal, Kampung Mekarjaya, Kampung Padatimondok, dan kampung lainnya di sekitar
Gunung Cibodas. Apabila jumlah pemanfaatan kayu bakar di setiap kampung sama dengan 20 dari pemanfaatan kayu bakar di Kampung Bubulak, maka nilai
pemanfaatannya sebesar Rp 64.704.000. Nilai kayu bakar di Kampung Bubulak adalah Rp 80.880.000 per tahun, sehingga nilai potensial seluruh pemanfaatan
kayu bakar mencapai Rp 145.584.000 per tahun. Satwa yang ditemukan di Gunung Cibodas memiliki nilai yang belum bisa
diduga. Beberapa jenis yang memiliki nilai ekonomi tinggi misalnya walet goa yang menghasilkan sarang walet yang bernilai ekonomi. Menurut penuturan
masyarakat setempat, hasil pengambilan sarang walet saat ini tidak sebanyak jumlah seperti dahulu. Masyarakat menduga jumlah sarang walet menurun akibat
adanya gangguan dari kegiatan penambangan batu gamping yang menggunakan bahan peledak, namun ada pula yang beranggapan bahwa penurunan jumlah
tersebut terjadi karena intensitas pengambilan yang tidak mempertimbangkan siklus hidup burung walet. Menurut Noerjito 2006, perubahan produksi sarang
walet di Gunung Cibodas sejak tahun 2000 sampai tahun 2004 tercatat mulai 30 kg, 13,5 kg, 7,5 kg, dan 4,5 kg. Sarang yang dihasilkan adalah sarang hitam dan
sarang putih. Pada saat ini, sarang hitam memiliki harga Rp 2.000.000 - Rp 4.000.000 per kilogram dan sarang putih Gambar 18 memiliki harga Rp
12.000.000 - Rp 14.000.000 per kilogram. Harga sarang walet tergantung dari kualitas sarang yang dipanen, sarang putih bisa mencapai harga Rp 20.000.000
per kilogram Trubus 2000. Apabila jumlah panenan sarang walet di Gunung Cibodas dianggap tetap dari tahun 2004 dan jumlah sarang walet yang dihasilkan
adalah 50 sarang hitam dan 50 sarang putih, maka nilai sarang walet adalah Rp 31.500.000 dalam satu siklus panen. Menurut Prayugo 2009, siklus
regenerasi walet bisa mencapai empat bulan. Pada saat musim bertelur, waktu yang diperlukan untuk membuat sarang walet adalah 45-60 hari. Proses
perkawinan dan pengeraman telur berlangsung selama 26-29 hari. Anak walet sudah memiliki bulu dan kuat terbang pada umur 45 hari. Apabila pemanenan
sarang burung walet dilakukan satu kali dalam empat bulan dengan memperhatikan siklus regenerasinya, maka nilai sarang walet di Gunung Cibodas
bisa mencapai Rp 94.500.000 per tahun.
Gambar 18 Sarang dan telur walet sarang putih yang ditemukan di Goa Sidempet. Kelelawar goa merupakan satwa penghasil guano tumpukan kotoran
kelelawar yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk. Pemanfaatan guano di Gunung Cibodas teridentifkasi dari bekas penggalian pada lantai Goa Sipanjang dan Goa
Siwandra serta informasi dari masayarakat setempat. Pemanfaatan ini belum bisa dinilai karena keterbatasan informasi. Harga jual guano di pasar mulai dari Rp
1.000 – Rp 7.500 per kilogram. Menurut pemaparan penjual pupuk guano,
efisensi satu kilogram pupuk guano setara dengan tiga puluh kilogram kotoran kambing atau dua puluh kilogram kotoran sapi atau setara dengan sepuluh
kilogram kotoran kuda. Apabila jumlah guano yang terdapat di seluruh goa diketahui, maka nilai potensial guano bisa diduga. Kelelawar dan walet hanya
sebagian kecil satwa yang bisa diduga nilainya, apabila seluruh satwa yang teridentifkasi diketahui nilainya, nilai yang diperoleh bisa jadi lebih besar dari
nilai pemanfaatan batu gamping. Contoh lain adalah monyet ekor panjang yang berusia dua sampai tiga tahun dijual dengan harga Rp 250.000 di online pet shop
Tokobagus.com 2010. Harga tersebut sudah termasuk dengan biaya pemeliharaan. Apabila diasumsikan biaya pemeliharaan sebesar 30 dari harga
jual, maka harga monyet adalah Rp 175.000. Pengamatan monyet ekor-panjang di tiga lokasi di Gunung Cibodas mencatat 87 indvidu yang terdiri dari 10 bayi, 26
anak, dan 51 individu dewasa. Apabila penilaian dilakukan dengan mengabaikan usia monyet, maka nilai yang diperoleh dari 87 individu monyet adalah Rp
15.225.000.
Burung-burung yang ditemukan bisa diperoleh nilainya berdasarkan harga pasar, namun penilaian tidak bisa dilakukan karena kesulitan menduga populasi
setiap burung yang ditemukan. Beberapa jenis burung di Gunung Cibodas dijual di Pasar Ciampea. Menurut pedagang burung, jenis burung yang diambil dari
alam biasanya jarang diperdagangkan, burung yang banyak diminati pembeli biasanya burung hasil budidaya yang sudah dewasa, memiliki penampilan bagus,
dan kicauan yang merdu. Jenis burung yang ditemukan di Gunung Cibodas dan dijual di Pasar Ciampea tercantum dalam tabel berikut Tabel 7.
Tabel 7 Daftar harga burung di Pasar Ciampea
No. Jenis Burung
Harga Jual Rp Harga Beli Rp
1 Gemak pupuyuhan
40.000 25.000
2 Tekukur biasa
20.000 10.000
4 Cucak kutilang
30.000 20.000
5 Merbah cerukcuk
30.000 20.000
6 Gelatik
50.000 30.000
7 Perenjak
50.000 30.000
8 Bondol
2.000 -
9 Burung-gereja erasia
1.500 -
Nilai burung bisa didekati berdasarkan harga jual setiap jenis burung dikalikan dengan populasi setiap jenis. Apabila populasi seluruh jenis burung
diketahui, maka nilai burung bisa diduga. Nilai potensial lainnya berasal dari air yang tidak seluruhnya
dimanfaatkan, sehingga berpotensi lebih besar dari nilai pemanfaatan aktual. Berdasarkan kajian tim Lawalata IPB 2010, mata air Cipanas memiliki debit 24
liter per detik. Pengukuran ini dilakukan pada bulan Februari tahun 2010. Apabila debit ini diasumsikan merata sepanjang tahun, maka potensi air Cipanas adalah
756.864.000 liter per tahun atau sekitar 756.864 kubik per tahun. Berdasarkan nilai air yang berlaku di Kampung Mekarjaya, nilai potensial air Cipanas adalah
Rp 75.686.400 per tahun. Gunung Cibodas juga memiliki satu mata air lainnya yang digunakan untuk pengairan lahan pertanian. Selain manfaat yang telah
disebutkan, aliran air dari Gunung Cibodas juga digunakan untuk mencuci kendaraan bermotor. Manfaat tersebut tentunya mampu menggambarkan nilai air
dari Gunung Cibodas yang memiliki peran penting bagi masyarakat.
Manfaat dari unsur biofisik Gunung Cibodas belum teridentifikasi seluruhnya, sehingga masih banyak nilai potensial yang belum terungkap. Nilai
potensial yang bisa terduga dari beberapa unsur yang telah dijelaskan bisa dilihat pada tabel berikut Tabel 8.
Tabel 8 Pendugaan nilai potensial Gunung Cibodas
No. Unsur biofisik
Nilai Rp Keterangan
1 Kayu bakar
145.584.000 Diduga dari empat kampung
2 Sarang walet
94.500.000 Pemanenan 3x per tahun
3 Pupuk guanokotoran kelelawar
1.000 - 7.500 Harga per kilogram
4 Monyet ekor panjang
15.225.000 Asumsi harga di pet shop
5 Burung
1.500 - 30.000 Harga per individu
6 Air
75.686.400 Nilai debit air per tahun
7 Tebing
150-300 jutathn Asumsi seluruh populasi 8
Herpetofauna Tidak diketahui
Tidak ada data 9
Satwa lain invertebrata, dll Tidak diketahui
Tidak ada data 10
Tumbuhan obat Tidak diketahui
Tidak ada data
Nilai potensial Gunung Cibodas terdiri dari kayu bakar, sarang walet, satwa monyet, air, dan tebing 300 jutathn dengan nilai Rp 630.995.400 per
tahun, atau sekitar lima kali lipat dari nilai aktual yaitu Rp 122.916.600 yang dihitung tanpa nilai batu gamping. Nilai potensial ini belum termasuk nilai unsur
biologi dan fisik lain yang belum dikuantifikasi nilainya.
5.3 Pengelolaan Gunung Cibodas