melalui pipa dan ditampung pada sebuah bak besar di Kampung Mekarjaya. Bak air berukuran 3x3 meter dan tinggi 1 meter. Bak memiliki tempat untuk mandi
dan mencuci yang ditutupi oleh tembok setinggi 1,5 meter. Salah satu sudut bak dilubangi agar air bisa keluar ketika bak sudah terpenuhi air. Ada juga lubang
yang dihubungkan dengan pipa menuju mushola dan beberapa rumah warga. Warga setempat pada umumnya lebih memilih langsung menggunakan air dari
bak tersebut karena harus mengeluarkan biaya jika memasang pipa menuju rumah. Setiap pagi dan sore, masyarakat datang bergantian untuk mandi, mencuci
pakaian, dan mencuci peralatan rumah tangga.
Gambar 15 Bak penampungan air Cipanas.
d. Batu gamping
Menurut Samodra 2006, keberadaan batu gamping di wilayah Kabupaten Bogor terdapat di bagian timur dan barat. Singkapan batu gamping di bagian
timur terdapat di daerah Cibinong, sedangkan singkapan bagian barat menyebar tidak merata di beberapa tempat dengan luasan yang relatif kecil. Singkapan batu
gamping bagian barat dijumpai di daerah Jasinga, Cigudeg, Leuwiliang, Parung, dan Ciampea. Gunung Cibodas merupakan singkapan batu gamping di daerah
Ciampea pada wilayah Bogor bagian barat. Singkapan batu gamping di wilayah Bogor bagian barat dikenal dengan nama formasi batu gamping Bojongmanik.
Bentuk singkapan batu gamping Gunung Cibodas membujur dari arah barat ke timur. Batu gamping menyebar semakin menipis ke arah barat. Lebar singkapan
batu gamping bagian timur Gunung Cibodas mencapai 1000 meter dan di bagian barat berkisar antara 100-200 meter.
Kawasan karst sangat potensial dengan kandungan batu gamping kapur yang bisa diolah menjadi bahan tambang seperti marmer, bahan baku semen, dan
lainnya. Berdasarkan
penuturan penambang
batu gamping,
kegiatan pertambangan batu gamping di Gunung Cibodas sudah dimulai sejak tahun 1950-
an, saat itu masyarakat menggunakan alat sederhana untuk melakukan penambangan. Penggunaan alat berat dan bahan peledak dilakukan ketika adanya
perusahaan asing yang melakukan pengambilan batu gamping dengan skala yang lebih besar. Saat ini perusahaan tersebut sudah tidak beroperasi, namun
penggunaan bahan peledak masih terus berlangsung. Teknik penggalian dengan menggunakan bahan peledak ditiru oleh para penambang lokal yang dahulu hanya
menggunakan alat sederhana seperti palu ukuran besar, “pencos” pasak, dan
linggis.
a b
Gambar 16 Pemanfaatan batu gamping sebagai bahan tambang a Pengangkutan batu gamping; b Pembakaran batu gamping.
Pemanfaatan batu gamping Gunung Cibodas dilakukan sampai pengolahan berupa pembakaran batu gamping. Batu gamping dibeli pembakar dari penggali
dan diangkut menggunakan pick up dengan kapasitas muat 3 kubik. Proses pembakaran batu gamping akan menghasilkan kapur serbuk yang disebut kapur
sirih. Pembakaran batu gamping memakan waktu tiga sampai dengan empat hari. Pembakaran dilakukan pada
“tobong” tungku pembakaran batu gamping berbentuk silinder dengan diameter sekitar 3 meter dan tinggi sekitar 4 meter.
Batu gamping yang telah matang akan dibiarkan selama 3-4 jam kemudian dikeluarkan dari tungku pembakaran dan disiram dengan air agar bongkahan batu
gamping berubah menjadi kapur serbuk. Menurut pemilik tobong, kapur serbuk yang dihasilkan adalah kapur sirih dan kapur tembok. Untuk menjadi kapur
tembok, batu gamping yang sudah matang dicairkan dengan disiram air. Kapur
tembok digunakan untuk membuat batako, sedangkan kapur sirih digunakan untuk mengecat dinding. Kapur olahan ini dijual kepada para pelanggan yang sudah
biasa membeli ataupun pembeli lain yang datang setelah memesan sebelumnya.
5.2 Nilai Guna Ekosistem Karst Gunung Cibodas