yang bersarang pada celah-celah jalur tersebut. Jalur Kambing merupakan jalur yang biasa dipanjat dengan tujuan melatih ketahanan dan kekuatan pemanjat
endurance setelah melakukan pemanasan di jalur tangga atau jalur putih. Pada saat sebuah jalur dibuat, seorang pemanjat berjanji akan menyembelih kambing
untuk perayaan keberhasilannya. Peristiwa ini membuat jalur tersebut diberi nama Jalur Kambing. Jalur yang dianggap tersulit untuk dilalui adalah Jalur Intifada dan
Jalur One Moment of Time.
Gambar 13 Kegiatan panjat tebing di Gunung Cibodas. Para pemanjat tebing yang datang ke tebing Gunung Cibodas kebanyakan
adalah pecinta alam yang berasal dari Jabodetabek. Mereka biasanya datang pada akhir pekan atau saat hari libur. Tebing Gunung Cibodas banyak dikunjungi
karena lokasinya yang relatif dekat serta mudah dijangkau, selain itu di beberapa lokasi lain tidak ditemukan tebing alam seperti di Jakarta, Depok, Tangerang,
maupun Bekasi. Tebing ini juga digunakan oleh TNI pada saat pendidikan dan latihan. Pemanjat tebing yang hampir setiap minggu datang adalah mereka yang
berasal dari organisasi Federasi Panjat Tebing Indonesia FPTI Kabupaten Bogor dan Kota Bogor. Dalam satu akhir pekan setidaknya ada satu kelompok yang
datang untuk melakukan kegiatan panjat tebing. Areal pemanjatan akan semakin ramai pada hari libur kuliah atau ketika organisasi pecinta alam melakukan
kegiatan pendidikan dan latihan penerimaan anggota baru untuk divisi panjat tebing rock climbing.
c. Air
Karakteristik batu gamping adalah mudah larut oleh air karena memiliki celah-celah yang menjadi jalan masuk air. Pelarutan yang terus menerus
mengakibatkan batu gamping memiliki terowongan panjang yang bisa dilalui air sehingga membentuk aliran bawah tanah atau sungai bawah tanah. Sungai yang
akhirnya menembus batu gamping dan keluar dari batuan karst membuatnya menjadi mata air karst KLH 2009. Mata air karst dari Gunung Cibodas
ditemukan di sisi utara bagian barat , tepatnya pada titik koordinat S 06 33’05,2”
dan E 106 41’24,4”. Mata air tersebut dikenal oleh penduduk setempat dengan
nama mata air Cipanas. Mata air Cipanas merupakan aliran sungai bawah tanah yang keluar dari celah-celah batu karst di sekitar areal penambangan batu
gamping. Air yang keluar mengalir melewati parit kecil dan terhubung dengan Sungai Cikarang menuju Sungai Cisadane. Para penambang batu gamping sering
menggunakan air untuk membersihkan badan dan peralatan yang digunakan untuk menggali batu gamping.
Menurut penuturan warga setempat, mata air ini tidak pernah kering sekalipun pada saat musim kemarau. Mata air Cipanas memiliki peranan yang
penting bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat Kampung Mekarjaya yang tinggal berdekatan dengan mata air tersebut. Mata air ini dimanfaatkan untuk
kegiatan mandi, mencuci, dan kebutuhan rumah tangga. Masyarakat tidak menggunakan air tersebut untuk minum karena air yang keluar mengandung zat
kapur. Hasil kajian tim Lawalata IPB menunjukkan mata air Cipanas memiliki kandungan alkalinitas sebesar 500 mgl dan kesadahan sebesar 200 mgl.
Kondisi air ini mengakibatkan mata air Cipanas tidak layak dikonsumsi.
Gambar 14 Pemanfaatan air oleh masyarakat. Pada saat ini, masyarakat sudah membuat penampungan air Cipanas di
sekitar areal pemukiman untuk memudahkan dalam memperoleh air. Air dialirkan
melalui pipa dan ditampung pada sebuah bak besar di Kampung Mekarjaya. Bak air berukuran 3x3 meter dan tinggi 1 meter. Bak memiliki tempat untuk mandi
dan mencuci yang ditutupi oleh tembok setinggi 1,5 meter. Salah satu sudut bak dilubangi agar air bisa keluar ketika bak sudah terpenuhi air. Ada juga lubang
yang dihubungkan dengan pipa menuju mushola dan beberapa rumah warga. Warga setempat pada umumnya lebih memilih langsung menggunakan air dari
bak tersebut karena harus mengeluarkan biaya jika memasang pipa menuju rumah. Setiap pagi dan sore, masyarakat datang bergantian untuk mandi, mencuci
pakaian, dan mencuci peralatan rumah tangga.
Gambar 15 Bak penampungan air Cipanas.
d. Batu gamping