Taksonomi Ciri Morfologi Ekologi Jenis Tumih

Sumber: Soepadmo et al. 1995 Gambar 1 Combretocarpus rotundatus Miq. Danser A. Ranting-daun yang berbuah; B. Buah potongan melintang; C. Bunga; D. Bunga tanpa kelopak, mahkota dan benang sari; E. Mahkota bunga; F. Benang sari.

2.1.3 Daerah Penyebaran dan Tempat Tumbuh

Tumih tersebar di Sumatera, Kalimantan dan pulau di sekitarnya Kepulauan Riau, Bangka, Belitung Boer Lemmens 1998. Menurut Argent et al. 1998, di Kalimantan, penyebaran jenis ini tercatat dari Sarawak, Brunei, Sabah, Kalimantan Barat dan Tengah. Jenis ini ditemukan pada tanah berpasir, gambut dan rawa air tawar sampai 100 m, pada tegakan yang rapat. Menurut Boer dan Lemmens 1998, jenis ini paling melimpah pada hutan sekunder atau hutan dengan kanopi terbuka. Jenis ini tumbuh pada tanah tergenang di hutan gambut dan kerangas dengan ketinggian mencapai 100 - 300 m dpl.

2.1.4 Manfaat Tumih

Jenis ini dapat digunakan untuk kayu pertukangan dan kayu bakar. Kayu dari jenis ini secara lokal banyak digunakan untuk konstruksi atau bantalan rel kereta api, tetapi membutuhkan perlakuan pengawetan. Kayu tumih juga digunakan untuk konstruksi perahu, mebel, lantai, dan panel Boer Lemmens 1998. 4 cm 3 cm 3 cm 2 mm 3 mm

2.2 Teknik Perbanyakan Kultur Jaringan

2.2.1 Pengertian Kultur Jaringan

Kultur jaringan merupakan teknik mengisolasi bagian-bagian tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan aseptik dengan tujuan agar bagian-bagian tersebut memperbanyak diri dan beregenerasi kembali menjadi tanaman lengkap Gunawan 1995. Menurut Zulkarnain 2009, kultur jaringan merupakan suatu upaya mengisolasi bagian-bagian tanaman protoplas, sel, jaringan, dan organ, kemudian mengkulturkannya pada nutrisi buatan yang steril di bawah kondisi lingkungan terkendali sehingga bagian-bagian tanaman tersebut dapat beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap kembali. Menurut Gamborg dan Shyluk 1981 yang diacu dalam Zulkarnain 2009, tipe-tipe kultur berdasarkan macam eksplan yang digunakan dalam sistem kultur jaringan tanaman yaitu kultur organ pucuk, meristem, potongan daun, akar, tunas, kultur kalus, kultur sel dan kultur protoplas.

2.2.2 Prinsip Dasar Kultur Jaringan

Kultur jaringan mengandung dua prinsip dasar yaitu bahan tanam yang bersifat totipotensi dan budidaya yang terkendali Santoso dan Nursandi 2003. Totipotensi sel merupakan suatu konsep yang menyatakan bahwa setiap sel hidup memiliki potensi genetik untuk menghasilkan organisme yang lengkap Hartman et al. 1990. Menurut Asnawati et al. 2002, totipotensi sel merupakan kemampuan setiap sel untuk tumbuh dan berkembang pada lingkungan yang sesuai dengan membawa karakter masing-masing yang independen. Setiap sel yang diisolasi dari tanaman dan diregenerasikan pada media yang sesuai maka akan diperoleh tanaman baru yang membawa karakter dari masing-masing sel tersebut. Santoso dan Nursandi 2003 mengemukakan bahwa sel, jaringan atau organ yang digunakan akan dapat berkembang sesuai arahan dan tujuan budidaya in vitro yang dilakukan dengan adanya sifat totipotensi ini. Sifat totipotensi lebih banyak dimiliki oleh bagian tanaman yang masih juvenile muda dan banyak dijumpai pada daerah-daerah meristem tanaman.