mengalami keberhasilan belajar. Insentifhadiah itu berupa pujian bagus, baik, pekerjaanmu baik teruskan, angka, dan sebagainya, sehingga siswa terdorong untuk
melakukan usaha lebih lanjut guna mencapai tujuan-tujuan pengajaran.
2 Peningkatan Minat Menulis Siswa Setelah Penerapan Pendekatan
Kontekstual
Berdasarkan hasil tes keterampilan menulis menulis pengalaman yang dilakukan sebelum tindakan siswa terlihat belum mampu mengungkapkan isi atau
gagasan yang dikemukakan, mengorganisasikan isi, dan menerapkan gaya: pilihan struktur dan kosa kata dengan baik sehingga prestasinya rendah. Pada siklus pertama
sudah ada satu peningkatan keterampilan menulisnya. Siswa sudah mampu mengungkapkan isi atau gagasan yang dikemukakan, menggunakan tata bahasa, dan
ejaan dengan baik. Namun juga masih ada kesalahan yang harus diperbaiki, meskipun rata-rata
pencapaiannya meningkat. Peningkatan yang dicapai pada siklus kedua, siswa sudah mampu mengungkapkan isi atau gagasan yang dikemukakan, mengorganisasikan isi,
menggunakan tata bahasa dan ejaan dengan baik. Namun juga masih ada kesalahan. Hal itu diperbaiki pada siklus ketiga. Siklus ketiga tulisan siswa sudah cukup bagus,
tidak lagi dijumpai kesalahan-kesalahan yang pernah dibuatnya, yang berarti penelitian tindakan kelas mampu meningkatkan keterampilan menulis siswa.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Dari hasil temuan penelitian tentang peningkatan minat dan keterampilan menulis siswa dengan pendekatan kontekstual di kelas IV SDN 04 Gunungan,
Manyaran, Wonogiri dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut. Pertama, setelah dilakukan tindakan diperoleh simpulan bahwa penerapan pendekatan kontekstual
dapat meningkatkan minat menulis siswa. Peningkatan yang dapat diamati adalah siswa membuat perencanaan sebelum menulis, merevisi setelah menyeleksi tulisan,
menggunakan Ejaan Yang Disempurnakan, dan senang berlatih menulis meskipun tidak diperintah guru.
Terbukti pada kondisi awal minat menulis siswa dalam menentukan topik hanya 18,18 setelah adanya PTK menjadi 81,81. Demikian halnya dalam
mengumpulkan pengalaman masa lalu tampak adanya peningkatan. Sebelum PTK yang menyatakan mengumpulkan pengalaman masa lalu sebelum menulis 13,63
setelah PTK menjadi 77,72. Peningkatan juga terlihat dalam menyusun kerangka sebelum menulis 9,09
setelah PTK menjadi 81,81. Penggunaan diksi yang tepat juga mengalami peningkatan. Hal ini terlihat
sebelum PTK siswa yang menggunakan kata-kata dengan tepat 27,27 setelah PTK 90,9.
Penggunaan EYD mengalami peningkatan cukup berarti. Sebelum PTK siswa yang biasanya menggunakan EYD 22,72. Setelah PTK menjadi 90,09.
Melakukan kegiatan menulis meskipun tidak diperintah guru, mengalami peningkatan. Peningkatannya sebelum PTK 27,27 sesudah PTK menjadi 72,72.
Berkenaan dengan membaca pengalaman orang lain di perpustakaan tampak ada peningkatan. Sebelum PTK 22,72 setelah PTK 77,27.
Sesuai dengan prinsip konstruktivisme dalam pendekatan kontekstual, dalam pembelajaran siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan
aktif dalam proses pembelajaran. Penerapan prinsip bertanya dan masyarakat belajar 167
pada pendekatan kontekstual akan menumbuhkan dorongan untuk belajar. Selain itu prinsip masyarakat belajar dapat melibatkan semua siswa.
Kedua, setelah dilakukan tindakan diperoleh simpulan bahwa penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan keterampilan menulis siswa.
Keterampilan menulis siswa pada kondisi awal penelitian 64,72 meningkat menjadi 75.41. Dengan demikian, indikator kinerja ada peningkatan nilai rata-rata harian
menulis siswa kelas IV SDN 04 Gunungan , Manyaran, Wonogiri dari 64 menjadi 75 dapat dicapai. Peningkatan keterampilan menulis siswa dilakukan dengan
menerapkan pembelajaran yang menyenangkan. Siswa secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Siswa belajar dari teman melalui kerja kelompok, diskusi, dan
saling mengoreksi. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata. Keterampilan dibangun atas dasar pemahaman. Bahasa diajarkan dengan pendekatan komunikatif,
yakni siswa diajak menggunakan bahasa dalam konteks nyata. Siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis, terlibat penuh dalam mengupayakan terjadinya proses
pembelajaran yang efektif, dan membawa skemata masing-masing ke dalam proses pembelajaran. Penghargaan terhadap pengalaman siswa sangat diutamakan. Hasil
belajar diukur dengan berbagai cara: proses bekerja, hasil karya, penampilan, tes. Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks, dan setting. Dalam hal ini, guru
menerapkan tujuh komponen pendekatan kontekstual, yakni konstruktivisme, inquiri, bertanya, masyarakat belajar, pemodelan , refleksi, dan penilaian yang sebenarnya.
Siswa sudah mampu mengungkapkan isigagasan yang dikemukakan, mengorganisasikan isi, menggunakan tata bahasa, menggunakan gaya pilihan
struktur dan kosa kata, dan ejaan dengan baik. Tulisan siswa sudah bagus.
B. Implikasi