responden dimana mereka banyak menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Namun pada umumnya, tidak semua anggota keluarga yang produktif ini dapat
membantu secara penuh kegiatan usaha pegaraman dalam keluarganya. Baik itu yang masih melanjutkan sekolah, mendapatkan pekerjaan dalam bidang lain,
maupun yang tidak bekerja pengangguran tersembunyi. Sehingga hal ini menunjukan bahwa banyaknya anggota keluarga yang dimiliki responden tidak
memberikan nilai tambah dalam usaha pengaraman. Adanya kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup ini berdampak besar bagi kesejateraan keluarga
responden didaerah penelitian
4. Pengalaman Bertani Garam Rakyat
Pengalaman kerja adalah salah satu faktor yang memungkinkan seseorang untuk mencapai keberhasilan, dalam hal ini yang dimaksud adalah pengalaman
bekerja sebagai petani garam. Pengalaman kerja petani garam menunjukan berapa lama petani bekerja pada bidang usaha pegaraman ini.
Berdasarkan hasil penelitian pengalaman responden di Desa Bontokape dan Desa Donggobolo berkisar antara 10 - 40 tahun, untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Tabel 9.
Tabel 9. Jumlah Dan Persentase Responden Menurut Pengalaman Bertani Garam
Pengalaman Bertani Garam tahun
Jumlahorang Persentase
– 9 10
- 19 20
- 29 30
- 39 40
– 49
7 4
2 2
46,67 26,67
13,33 13,33
Jumlah 15
100
Tabel 9 memberikan informasi bahwa adanya keanekaragaman pengalaman bertani garam yang dimiliki oleh responden sedikit banyaknya sangat dipengaruhi
oleh faktor lama atau tidaknya seseorang itu bertani garam selain itu juga
dipengaruhi oleh adanya kefokusan pekerjaan dimana responden hanya memiliki satu-satunya pekerjaan yaitu bertani garam rakyat.
Dari jumlah rata-rata pengalaman responden dalam bertani garam rakyat diperoleh pengalaman bertani masyarakat Desa Bontokape yang diwakili 5
responden dan Desa Donggobolo yang diwakili 10 responden adalah selama 20 tahun bekerja. Hal ini menunjukan bahwa pekerjaan bertani garam ini sudah lama
mereka lakukan. Dengan hanya fokus terhadap satu pekerjaan , secara tidak langsung seorang
petani garam akan memiliki keuletan dan ketelatenan dalam pekerjaannya yang kemudian membentuk keahlian yang dimilikinya.
5. Responden Menurut Kepemilikan Lahan
Petani garam rakyat yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah petani garam yang sebagian besar mengelola lahan sendiri dan sebagian kecil sebagai
petani garam bagi hasil, untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Jumlah Dan Persentase Responden Menurut Kepemilikan Lahan
Pengusahaan Jumlahorang
Persentase
Petani Pemilik Petani Bagi Hasil
12 3
80 20
Jumlah 15
100
Tabel 10 ini menggambarkan bahwa tingkat kepemilikan lahan responden masih sangat tinggi. tingginya kepemilikan lahan ini disebabkan warisan masa
lalu.
D. Profil Usaha Garam Rakyat
Berdasarkan hasil survei dan wawancara yang dilakukan terhadap 15 petani garam diketahui gambaran luas lahan dan bentuk petak-petak kolam penyimpanan
air, pemekatan atau penguapan hingga pengkristalan yang dikerjakan masing- masing petani garam dan juga produksi yang dihasilkan, yang dapat dilihat pada
contoh petakan Lahan Petani Garam di Desa Bontokape dan di Desa Donggobolo Berikut ini.
1. Petani Garam H. Yasin.
Gambar 12. Lahan Tambak Milik H. Yasin Dengan Luas 1 Ha.
Pada Lahan tambak milik H Yasin di tahun 2011 menurut hasil wawancara langsung dengan H Yasin sebagai petani garam yang telah berumur 65 tahun dan
bekerja sebagai petani garam sekitar 40 tahun di Desa Donggo Bolo Kecamatan Woha.
Di tahun 2011 dari bulan Juni sampai dengan minggu kedua bulan Agustus. H Yasin dilahan tambak garamnya memproduksi garam hingga 127 karung isi 50
kg atau 6,35 ton garam, hal ini disebabkan kondisi iklim yang bersahabat,waktu persiapan lahan yang disiapkan lebih awal sebelum musim garam yaitu bulan Mei
dan kualitas air laut yang baik pada lahan tambak garam H. Yasin.
2. Petani Garam Suhardin.