Sosialisasi Pola Sosialisasi Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus (Studi Deskriptif: di Panti Asuhan Karya Murni Jl. Karya Wisata Kecamatan Medan Johor)

perkembangan mereka selama berada di panti asuhan dan setelah keluar dari panti asuhan. 3. Fungsi pengembangan Panti asuhan memberikan program pendidikan dan pelatihan yang disesuiakan dengan kemampuan anak tunanetra agar anak tunanetra bisa mengembangkan kemampuan atau potensi yang ada dalam diri mereka. Hal ini menunjukkan peran panti asuhan dalam memandirikan anak tunanetra sehingga anak tunanetra dapat menjadi anggota masyarakat yang hidup layak dan penuh tanggungjawab terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat. 4. Fungsi pencegahan Panti asuhan memberikan program pendidikan dan pelatihan kepada anak tunanetra melalui program ini para staff panti asuhan dan pengasuh memberikan motivasi kepada anak tunanetra agar mereka tidak putus asa dan percaya diri bahwa dengan keterbatasan yang ada dalam diri mereka, mereka bisa menjadi manusia yang mandiri.

2.3 Sosialisasi

Individu dalam masyarakat mempelajari cara-cara hidup, norma dan nilai sosial yang ada terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya. Menurut Charlotte Buhler, sosialisasi adalah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan berpikir kelompoknya agar dia dapat berperan dan berfungsi dalam Universitas Sumatra Utara kelompoknya. Bruce J.Cohen. menyatakan sosialisasi adalah proses-proses manusia mempelajari tata cara kehidupan dalam masyarakat, untuk memperoleh kepribadian dan membangun kapasitasnya agar berfungsi dengan baik sebagai individu maupun sebagai anggota suatu kelompok. Proses sosialisasi yaitu proses yang membantu individu, melalui proses belajar dan penyesuaian diri, bagaimana cara hidup dan cara berpikir dari kelompok tersebut sehingga tujuan akhirnya adalah agar manusia bersikap, bertindak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku. Dari apa yang disebut diatas bahwa melalui proses sosialisasi individu dapat berperan sesuai dengan nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Menurut Peter L.Berger dan Luckmann, sosialisasi dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Sosialisasi primer, sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan belajar menjadi anggota masyarakat keluarga. Sosialisasi primer berlangsung saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Dalam tahap ini, peran orang-orang yang terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan pola interaksi secara terbatas di dalamnya dan membentuk kepribadian anak dan dalam hal ini keluarga berperan sebagai agen sosialisasi. 2. Sosialisasi sekunder, adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah sosialisasi primer yang memperkenalkan individu kedalam kelompok tertentu dalam masyarakat. Dalam tahap ini proses sosialisasi mengarah pada tujuan Universitas Sumatra Utara terwujudnya sikap profesionalisme dan dalam hal ini sekolah menjadi agen sosialisasi dan agen lain yang mendukung sosialisasi sekunder. Disamping itu terdapat juga proses sosialisasi yang dialami oleh masyarakat yaitu sosialisasi represif dan sosialisasi partisipatoris. Bronfrenbrenner, Kohn dan Jaeger dalam Kamanto Sunarto 1993:33 menyebutkan ada dua pola sosialisasi yaitu pola sosialisasi represif dan pola sosialisasi partisipatoris. Sosialisasi represif menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan, menekankan pada penggunaan materi dalam hukum dan imbalan. Hal ini yang menunjukkan bahwa Panti Asuhan Yayasan Karya Murni apabila gagal dalam menjalankan tugasnya untuk memandirikan anak berkebutuhan khusus tersebut pasti akan mendapat penilaian dari pihak masyarakat ataupun orang tua yang menitipkan anak mereka di panti asuhan tersebut dan akibatnya tidak ada lagi yang akan menitipkan anak mereka di panti asuhan tersebut. Sedangkan sosialisasi partisipatoris merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala berperilaku baik, hukuman dan imbalan bersifat simbolik, anak diberi kebebasan, penekanan diletakkan pada interaksi, komunikasi bersifat lisan, anak menjadi pusat sosialisasi, keperluan anak dianggap penting. Artinya adalah apabila panti asuhan tersebut berhasil dalam memandirikan anak berkebutuhan khusus secara otomatis akan mendapat dukungan lebih dari berbagai pihak dan meningkatkan kualitas mutu panti asuhan tersebut. Adapun yang menjadi tujuan sosialisasi adalah sebagai berikut: 1. Memberi keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melangsungkan kehidupan seseorang kelak ditengah-tengah masyarakat tempat dia menjadi salah satu anggotanya. Universitas Sumatra Utara 2. Menambah kemampuan berkomunikasi secara efektif dan efisien serta mengembangkan kemampuannya untuk membaca, menulis, dan bercerita. 3. Membantu pengendalian fungsi-fungsi organik yang dipelajari melalui latihan-latihan mawas diri yang tepat. 4. Membiasakan individu dengan nilai-nilai dan kepercayaan pokok yang ada pada masyarakat. Penjelasan mengenai tujuan sosialisasi diatas juga ada di panti asuhan Karya Murni. Hal ini membuktikan bahwa tujuan sosialisasi memang terjadi. Dengan demikian, peneliti memberi penjeasan mengenai tujuan sosialisasi yang ada di Karya Murni sebagai berikut: 1. Memberikan keterampilan dan pengetahuan bagi anak tunanetra dalam hal penyedian sarana dan prasarana, memberikan pendidikan formal dan non formal untuk memandirikan anak tunanetra. 2. Program pendidikan formal yang diberikan membuat anak tunanetra bisa seperti anak awas dan melalui program pendidikan formal ini anak tunanetra diberikan pembelajaran tentang orientasi mobilisasi dan Activity of daily living skills ADL atau keterampilan dalam kegiatan kehidupan sehari-hari merupakan kegiatan yang tidak bisa lepas bagi setiap orang. 3. Memberikan pendidikan non formal untuk memandirikan anak tunanetra 4. Memberikan pengajaran sesuai dengan moral katolik Untuk mencapai tujuan diatas perlu adanya agen sosialisasi yang bisa mempengaruhi. Adapun pihak-pihak yang berpengaruh dalam sosialisasi ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatra Utara 1. Keluarga adalah lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak yaitu ayah, ibu, dan saudara-saudara yang termasuk dalam anggota keluarga tersebut dimana dalam keluarga anak mengalami proses awal sosialisasi. 2. Teman bermain atau disebut juga kelompok sebaya yang dialami anak setelah ia mampu berpergian keluar rumah. Pada awalnya teman bermain disebut sebagai kelompok yang bersifat rekreatif, namun dapat berpengaruh terhadap proses sosialisasi setelah keluarga. Puncak berpengaruh teman bermain adalah pada masa remaja. Kelompok bermain lebih banyak berperan dalam membentuk kepribadian seorang individu yang dilakukan dengan cara mempelajari pola interaksi dengan orang-orangnya yang sederajat dengan dirinya karena sebaya. 3. Sekolah menurut Dreeben, dalam lembaga pendidikan sekolah pendidikan formal seseorang belajar membaca, menulis dan berhitung. Aspek lain yang juga dipelajari adalah aturan-aturan mengenai kemandirian, prestasi dan kekhasan. Di lingkungan rumah seorang anak mengharapkan bantuan dari orang tuanya dalam melaksanakan berbagai pekerjaan, tetapi di sekolah sebagian basar tugas sekolah harus dilakukan sendiri dengan penuh tanggung jawab. 4. Media masa maksudnya kelompok media massa di sini adalah media cetak surat kabar, majalah, tabloid, media elektronik radio, televisi, video, film besarnya pengaruh media sangat tergantung pada kualitas dan frekuensi pesan yang disampaikan. Proses sosialisasi akan Universitas Sumatra Utara berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan oleh agen-agen sosialisasi itu tidak bertentangan.

2.4 Anak Tunanetra