Defenisi Operasional Variabel Fungsionalisme Struktural

dibarengi dengan ancaman-ancaman, pola asuh permisif adalah memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup. http:www.sarjanaku.com201212pengertian-pola-asuh-menurut- para-ahli.html diakses 27 November 2012 pukul 19.40 3. Panti Asuhan Karya Murni adalah merupakan wadah atau tempat anak-anak berkebutuhan khusus untuk dilatih, dibina dan dididik untuk menemukan jati diri setiap anak-anak tersebut. Yayasan ini merupakan yayasan yang bergerak di bidang pensejahteraan masyarakat yang dimiliki oleh satu organisasi tertentu. 4. Peran lembaga sosial dalam pola sosialisasi adalah untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam bidang pendidikan, pelatihan, pengajaran, kerohanian dan lainnya agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa. 5. Sosialisasi adalah sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan bagaimana individu mempelajari cara-cara hidup, norma dan nilai sosial yang terdapat dalam kelompoknya agar dapat berkembang menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya. 6. Kemandirian adalah usaha atau kegiatan yang dilakukan sendiri tanpa menyusahkan orang lain yang dapat melaksanakan tanggungjawabnya. 7. Anak berkebutuhan khusus tunanetra adalah sesorang yang tidak dapat melihat jarinya sendiri dalam jarak 1 meter.

1.6 Defenisi Operasional Variabel

Universitas Sumatra Utara Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain defenisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang sangat membantu peneliti lain yang menggunakan variabel yang sama Singarimbun, 1995:46. Defenisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Program-program yang dilaksanakan Panti Asuhan a. Pendidikan keterampilan dan pengetahuan Dalam hal ini panti asuhan berusaha memenuhi segala kebutuhan anak-anak tunanetra dalam hal penyediaan sarana dan alat-alat kesenian, serta alat alat dan bahan bagi kerajinan tangan. b. Program-program kemandirian tunanetra dalam usaha untuk memandirikan mereka. Yaitu dengan pendidikan formal dan non formal. 2. Kemandirian Anak Tunanetra 1. Mampu melaksanakan pekerjaan sehari-hari 2. Mampu berjalan sendiri 3. Mampu berkomunikasi sesama tunanetra 4. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat awas 5. Dapat beradaptasi dengan lingkungan 6. Dapat berperestasi 7. Dapat melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuan. Universitas Sumatra Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Fungsionalisme Struktural

Talcott Parson dalam Ritzer, 2004:121 beranggapan bahwa suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem dan dalam Ritzer, 2004:125 mengenai fungsional Parson menjelaskan sejumlah persyaratan dari sistem sosial, yaitu : 1. Sistem sosial harus terstruktur, sehingga dapat beroperasi dalam hubungan yang harmonis dengan sistem lainya. 2. Untuk menjaga kelangsungannya, sistem sosial harus mendapat dukungan yang diperlukan dari sistem lainnya. 3. Sistem sosial harus mampu memenuhi kebutuhan para aktornya dalam proposisi yang signifikan. 4. Sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para anggotanya. 5. Sistem harus mampu mengendalikan prilaku yang berpotensi mengganggu. 6. Bila konflik akan menimbulkan kekacauan, maka harus dikendalikan. 7. Untuk kelangsungannya, sistem memerlukan bahasa. Menurut Talcott Parson dalam Abdulsyani, 1994:78, pada dasarnya masyarakat berkecendrungan ke arah eqilibrum. Prosesnya terjadi pada penerapan fungsi Universitas Sumatra Utara adaptasi, pencapian tujuan, integrasi dan pemeliharaan pola. Sistem tidak dipandang sebagai sesuatu yang statis, tetapi pada dasarnya tiap-tiap sistem memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan dan adaptasi demi pencapaian tujuan masyarakat secara keseluruhan. Asumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural yaitu bahwa masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan. Terkait dengan hal ini, lembaga yang ada dimasyarakat yaitu Panti Asuhan Yayasan Karya Murni dapat mengerti apa yang cenderung yang diharapkan oleh masyarakat itu sendiri. Maka dari itu, Panti Asuhan Yayasan Karya Murni mempunyai kegiatan dan aturan yang harus dipatuhi oleh anak-anak berkebutuhan khusus agar nantinya mereka dapat mandiri. Parson mengemukakan empat fungsi penting untuk semua sistem “tindakan”, terkenal dengan skema AGIL yaitu: 1. Adaptation Adaptasi: sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuiakn diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. Universitas Sumatra Utara 2. Goal Attainment Pencapaian Tujuan: sebuah sistem harus mendefenisikan dan mencapai tujuan utamanya. 3. Integration Integrasi: sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian- bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi lainnya A, G, L 4. Latency Latensi atau Pemeliharaan Pola: sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultur yang menciptakan dan menopang motivasi. Parson mendesain skema AGIL ini untuk digunakan pada semua tingkat dalam sistem teoritisnya. Terutama dalam sistem tindakan, yang dapat dicontohkan sebagai berikut : - Organisme perilaku adalah sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan menyesuaikan diri dengan dan mengubah lingkungan eksternal. - Sistem kepribadian melaksanakan fungsi pencapain tujuan dengan menetapkan tujuan sistem dan memobilisasi sumber daya yang ada untuk mencapainya. - Sistem sosial menanggulangi fungsi integrasi dengan mengendalikan bagian- bagian yang menjadi komponennya. - Sistem kultural melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang memotivasi mereka untuk bertindak. Ritzer, 2008:121. Universitas Sumatra Utara Dalam teori fungsionalisme struktural, masyarakat dipandang sebagai suatu sistem sosial yang terdiri dari atas bagian-bagian atau elemen yang saling berkaitan, dan saling menyatu dalam keseimbanganequalibirium. Demikian pula institusi yang terdapat dimasyarakat, karena masyarakat dilihat pada kondidsi dinamika dalam keseimbangan. Masyarakat senatiasa berada dalam keadaan berubah-ubah secara berangsunr-angsur. Perubahan yang terjdai pada suatu bagian, juga akan membawa perubahan terhadap bagian lainnya. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam sistem sosial fungsional terhadap yang lain.Ritzer,2002 : 21-25

2.2 Lembaga Sosial