Dukungan yang Diterima Narasumber

2. Dukungan yang Diterima Narasumber

Sebagai pemimpin seorang perempuan harus dapat menye imbangkan antara aktivitasnya dalam rumah tangga dan tanggung jawab pemimpin perempuan dalam organisasi/ organi sasi yang dipimpinnya (Djafri, 2014). Mcneil & Sher (2001) berpendapat bahwa dalam usaha mengembangkan karir, kaum wanita sering dihadapkan pada situasi yang dilematis

Fiya Ma’arifa Ulya

teru tama bagi wanita yang telah mengenyam pendidikan tinggi. Dilema yang dimaksud adalah dapat tidaknya kaum wanita membuat keseimbangan antara karir dan rumah tangga tanpa mengorbankan tugas-tugas kewanitaannya. Tidak hanya situasi yang dilema, menurut Handayani, Aiati & Adiyanti (2015), perempuan yang bekerja lebih mengalami konlik dibandingkan dengan laki-laki karena perempuan mempunyai peran yang berbeda di dalam keluarga. Perempuan masih harus melakukan banyak hal setelah dari kantor karena tanggung- jawab terhadap sektor domestik. Dalam situasi tersebut, ada perempuan yang dapat menikmati peran gandanya, ada pula yang merasa kesulitan hingga akhirnya persoalan-persoalan rumit kian berkembang dalam kehidupan sehari-hari (Putrianti, 2007).

Hubungan antara keluarga dan karir bisa berupa hubungan positif atau negatif. Secara positif, peran pada keduanya dipan- dang saling melengkapi. Sedangkan secara negatif, peran pada keduanya dapat menimbulkan konlik, reduce­well being, munculnya perpsepsi overload dan stres yang mengarah pada strain atau burnout (Ghufron, 2013). Untuk menghadapi situasi-situasi yang menekan tersebut, seorang individu mem- butuhkan dukungan sosial dari orang-orang disekitarnya. Duku ngan tersebut bisa datang dari orangtua, pasangan, teman, rekan kerja, dokter, komunitas organisasi untuk mem- bantu individu menciptakan kondisi psikologis yang nyaman serta mendukung keberhasilan dalam menjalankan peran (Taylor, 2000). Bagi individu yang sudah menikah, pasangan hidup merupakan pribadi yang dipandang paling banyak mem berikan dukungan dalam menghadapi masalah (Wills, dalam Ogden, 2004). Dengan adanya dukungan yang berasal

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan

dari suami, peran ganda yang dilakukan oleh wanita karir dapat lebih optimal (Putrianti, 2007).

Menurut Cherpas (1985, dalam Handayani, Aiati & Adiyanti, 2015), keluarga secara konseptual pada dasarnya melibat kan pasangan menikah dan satu orang anak sebagai suatu unit domestik. Sebagaimana Lestari (2014) yang menya- takan bahwa secara sederhana, anggota keluarga terdiri dari suami, istri, dan anak. Dalam menjalankan peran, anggota keluarga saling bergantung dan harus mendukung supaya tercipta keluarga yang harmonis. Canavan & Dolan (2006, dalam Prihatsanti, 2014) mengungkapkan bahwa keluarga adalah central helping system bahwa keluarga memiliki peran penting sebagai penanaman kekuatan dan mengurangi resiko gang guan kesehatan mental anggota di dalamnya, serta merupakan tempat teraman, ternyaman dan titik penting bagi perkembangan individu.

Menurut King, dkk (1995 dalam Nisa, 2014), dukungan sosial keluarga memiliki dua aspek yaitu Emotional Sustenance dan Instrumental Assistance. Emotional Sustenance adalah peri- laku dan sikap individu yang mereleksikan ketertarikan anggota keluarga terhadap pekerjaan individu, keinginan untuk mendengarkan, berbicara, dan memberi nasehat ke- pada individu mengenai pekerjaannya dan secara umum mengindikasikan perhatian kepada individu penerima duku- ngan. Sementara itu, Instrumental Assistance yakni dukungan sosial keluarga yang berupa perilaku dan sikap anggota keluarga yang memfasilitasi kegiatan harian keluarga.

House & Kahn (1985, dalam Fitri, 2000) menjelaskan me ngenai empat aspek dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga yang kemudian diturunkan menjadi bentuk-bentuk

Fiya Ma’arifa Ulya

dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada individu yang membutuhkan dukungan. Empat bentuk dukungan tersebut adalah dukungan emosional yang meliputi empati, cinta dan kasih sayang, kepercayaan, mendengarkan, perhatian. Kedua, duku ngan instrumental yang terdiri dari bantuan materi, bantuan pekerjaan, dan peluang waktu. Ketiga, dukungan informasi yang berupa pemberian nasehat dan pengaruh, men- dapatkan informasi yang dibutuhkan, serta menyampaikan informasi kepada yang lain. Keempat, dukungan penilaian & penghargaan yang terdiri atas penialaian atas pekerjaan, peranan sosial, prestasi, umpan balik, perbandingan sosial, dan airmasi.

Ketiga narasumber menerima dukungan dari keluarga serta orang-orang yang ada di lingkungan sekitar narasumber. Ketiga narasumber menerima empat bentuk dukungan sebagai- mana yang dikemukakan oleh House & Kahn (1985, dalam Fitri, 2014) diatas. Dukungan Instrumental diterima oleh narasumber berasal dari keluarga (suami & anak), orangtua, rekan kerja, dan masyarakat.

Lintang memperoleh dukungan instrumental dari suami, anak, orangtua, rekan kerja dan masyarakat. Dukungan instru- mental dari suami yaitu suami bersedia mengantar jemput narasumber ke acara-acara di masyarakat saat suami sedang tidak sibuk atau tidak berada di luar kota. Narasumber menceritakan ketika suami mengantarnya ke acara yang diselenggarakan oleh masyarakat, suami hanya mengantar sampai lokasi dan tidak turun dari mobil. Meskipun masyarakat sudah menyiapkan tempat duduk untuk suami narasumber. Namun, suami eng- gan untuk turun, bahkan sengaja mengenakan kaos dan celana pendek supaya ada alasan untuk tidak turun dari mobil. Suami

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan

enggan turun dari mobil karena ia tidak suka menjadi pusat perhatian dan tampil di depan masyarakat. Lintang memahami kondisi suaminya dan tidak memaksa untuk ikut serta ke dalam acara. Dengan hanya diantar oleh suami, Lintang tetap bisa menunjukkan kepada masyarakat bahwa keberadaannya di tempat tersebut atas izin suami.

Kemudian, bantauan nyata lain yang diberikan oleh suami adalah suami bersedia untuk mengurus anak di rumah. Saat narasumber sibuk, sementara suami sedang tidak ada ke- giatan, suami yang menemani anak-anak di rumah. Suami juga memfasilitasi narasumber untuk meringankan peran domestik- nya yaitu terdapat asisten rumah tangga yang bekerja setiap pagi hingga sore hari untuk membersihkan rumah, mencuci, memasak, menyetrika, dan sebagainya. Sehingga beban kerja Lintang bisa terbantukan dengan adanya asisten rumah tangga tersebut.

Dalam hal inansial, suami juga benar-benar memfasilitasi Lintang. Selain merupakan kewajiban seorang suami untuk memberi nafkah, suami juga menyediakan segala yang dibutuh- kan Lintang terkait dengan perannya sebagai lurah. Mulai dari membelikan baju, sepatu, tas kosmetik, dan bahan bakar mobil yang selalu ponuh sehingga narasumber tinggal memakainya. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bautell & Greenhause (1983, dalam Rahmadita, 2013) menemukan bahwa dukungan yang diberikan suami berupa partisipasi yang luas dalam pengasuhan anak dan aktivitas rumah tangga dapat meringankan beban ganda yang dialami oleh istri.

Dukungan instrumental juga ditunjukkan oleh anak dan orangtua Lintang. Kedua anak Lintang yang masih duduk di bangku sekolah dasar tumbuh menjadi anak yang mandiri dan

Fiya Ma’arifa Ulya

kooperatif. Kemandirian yang ditunjukkan anak yakni kedua anak Lintang sudah mengetahui tanggung jawab pribadinya se perti kapan waktu untuk makan dan waktu mereka harus mandi. Mereka juga sudah terbiasa ditinggal bekerja oleh kedua orangtuanya. Sementara itu, sikap kooperatif anak yaitu kedua anak Lintang bersedia untuk diajak ke kantor karena Lintang harus ada rapat. Keduanya menunggui di ruang kerja Lintang sambil bermain dan seringkali mereka sudah mandi saat Lintang selesai rapat. Hal kooperatif lainnya yaitu anak- anak patuh kepada Lintang dalam hal penjemputan di sekolah. Lintang mengatakan kepada mereka untuk tetap menunggu di sekolah dan tidak ikut siapapun sampai Lintang atau orang yang diminta narsumber menjemput mereka.

Terkait dengan dukungan orangtua, Lintang memperoleh dukungan instrumental dari orangtua berupa bantuan pe- ngasuhan anak. Ini terjadi ketika Lintang dan suami sedang sama-sama sibuk bekerja atau saat mereka menginginkan adanya quality time dengan pergi berdua, sehingga kedua anak narasumber dititipkan kepada orangtua. Sebagaimana Weiss (1974, dalam Cutrona dkk, 1994) yakni bantuan nyata yang diperoleh individu dapat berdampak pada rasa tenang dalam menjalankan peran karena ia mengetahui bahwa ada orang yang dapat diandalkan untuk menolongnya saat ia menghadapi kesulitan.

Di sisi lain, Lintang pun memperoleh dukungan instru- mental dari pihak di luar keluarga. Dalam hal ini adalah rekan kerja dan masyarakat yang dipimpin oleh narasumber. Dukungan instrumental dari rekan kerja yang dipersepsi oleh Lintang adalah tidak mengambil alih tugas narasumber dan membantunya menjemput anak. Maksudnya adalah ketika

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan

staf mendapatkan disposisi untuk mewakili Lintang hadir di acara masyarakat, disana staf tidak mengambil alih tugas Lintang narasumber seperti biasanya untuk membuka acara. Staf hanya menghadiri acara tersebut untuk mendampingi. Dalam hal menjemput anak, Lintang seringkali rapat bersama dengan walikota hingga sore hari. Akibatnya Lintang tidak dapat menjalankan peran menjemput anak. Maka narasumber me ngandalkan staf di kantor untuk membantunya menjemput anak di sekolah. Dari masyarakat sendiri, narasumber merasa- kan adanya dukungan dan kepedulian yang ditunjukkan masya rakat kepada Lintang .

Sebagai lurah yang seringkali terdapat agenda malam hari bersama masyarakat, membuatnya harus berani pulang-pergi sendirian. Apalagi ketika suami sedang tidak bisa mengantar. Saat menghadapi kondisi tersebut, masyarakat menun- jukkan kepeduliannya kepada Lintang dengan memberikan pengawalan hingga Lintang benar-benar sampai di rumah. Oleh sebab itu, adanya dukungan sosial membuat individu merasa yakin bahwa dirinya dicintai, dihargai karena mun cul- nya kenyamanan, kepedulian, harga diri atau bentuk bantuan lainnya yang diterima dari orang lain atau kelompok.

Dukungan instrumental pada Sofa bersumber dari ke- luarga dan rekan kerja. Sofa memperoleh dukungan instru- mental keluarga dari suami, anak, dan orangtua. Sofa dan suami memiliki kesibukan masing-masing. Apalagi suami Sofa yang sering bertugas ke luar kota. Namun demikian, suami tetap memberi dukungan instrumental kepada Sofa dalam bentuk suami datang ke acara paguyuban di kampus atau acara keluarga meskipun ia sedang sibuk, tetapi suami selalu me- nyempatkan hadir ke acara tersebut.

Fiya Ma’arifa Ulya

Selain itu, sebagai sesama akademisi, suami bersedia untuk mengisi acara/ menjadi narasumber di kegiatan Sofa. Seperti menjadi narasumber seminar, atau menulis di majalah tempat Sofa menjadi pimred. Ketika sedang tidak sibuk, suami mengantarkan Sofa pergi berkegiatan. Ketika sama-sama berada di kantor, suami juga menjemput Sofa untuk mengisi waktu istirahat siang bersama, makan siang misalnya. Menurut pe nuturan Sofa, suami jelas memberi dukungan inansial kepadanya. Selain hal-hal yang bersifat kebutuhan pokok keluarga, pada saat menempuh S3, Sofa juga diberi bantuan inansial oleh suami untuk studinya tersebut. Oleh karena, suami sibuk dengan garapannya sendiri, ia menjadi tidak bisa mem back­up pekerjaan domestik. Sehingga di rumah Sofa terdapat mahasiswa yang tinggal disana serta tukang kebun sebagai perpanjangan tangan Sofa melakukan tugas di rumah.

Sofa memiliki dua orang anak. Anak pertama Sofa adalah seorang perempuan yang sekarang masih duduk di bangku kelas 3 SMP dan anak kedua Sofa berjenis kelamin laki-laki yang masih duduk di bangku SD kelas 3. Kedua anak Sofa dapat bersikap kooperatif. Sebagaimana yang pernah peneliti lihat ketiak anak kedua dibawa oleh Sofa ke rapat redaksi, ia terlihat kooperatif dengan bermain-main sendiri dan tidak rewel kepada narasumber. Ia justru memancing perhatian orang-orang yang ada disana karena tingkahnya yang meng- gemaskan. Sementara itu, sikap kooperatif anak pertama nara- sumber seperti pula yang dikabarkan oleh narasumber bahwa saat narasumber berada di luar kota, anak pertama memiunta narasumber untuk mengecek tugas sekolahnya. Maka, ia kirimkan kepada narasumber melalui e-mail dan saling berbalas-balasan. Kondisi tersebut sesuai dengan Rahmawaty

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan

(2015) bahwa kehidupan keluarga karir ganda menimbulkan suatu pola hidup yang lebih kompleks dan membutuhkan kese- imbangan, penyesuaian, dan pengertian dari seluruh anggota keluarga agar tercapai kehidupan keluarga yang harmonis.

Sofa menerima dukungan instrumental dari orangtuanya. Rumah orangtua Sofa dekat dengan sekolah anak yang kedua. Sepulang sekolah, seringkali anak Sofa diminta untuk pulang ke rumah eyangnya terlebih dahulu sebelum dijemput untuk pulang ke rumah. Selain itu, pada saat Sofa bersama suami melakukan penelitian ke luar negeri beberapa waktu yang lalu, orangtua membantu mengasuh anak karena kedua anak Sofa tinggal di rumah eyangnya selama Sofa penelitian.

Dukungan instrumental yang diterima oleh Dian berasal dari suami dan rekan kerja. Sebagaimana Sofa, suami Dian juga memiliki kesibukan sendiri dan sering pergi ke luar kota. Namun demikian, ketika berada di rumah suami selalu mengantar-jemput Dian berkegiatan. Suami juga bersedia mendampingi saat Dian handak bertemu dengan tokoh-tokoh, pergi ke acaranya Dian dan semua acara yang membuat Dian bisa mengajak suami maka suami juga bersedia mendampingi. Semenjak sibuk dengan perannya sebagai ketua umum organisasi, Dian menjadi jarang berada di rumah. Hal tersebut membuatnya tidak bisa berbuat banyak untuk mengerjakan tugas domestik.

Semakin lama suami Dian memahami keterbatasan Dian, sehingga tugas domestik yang tidak bisa dikerjakan oleh Dian akhirnya dikerjakan oleh suami. Dian merasa bahwa suaminya sangat memahaminya dan ia merasa terbantu dengan hal tersebut karena suami bisa menjadi mandiri. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sobur & Septiawan

Fiya Ma’arifa Ulya

(dalam Supriyantini, 2002) bahwa keterlibatan suami dalam kegiatan rumah tangga membuat istri merasa terbantu karena perhatian dari suami. Apalagi jika istri adalah seorang pekerja, ada nilai kemandirian yang harus diterima suami dalam kehidupan rumah tangga tersebut.

Dalam kaitannya dengan dukungan inansial, suami benar-benar memfasilitasi segala fasilitas yang dibutuhkan Dian. Jangankan untuk kebutuhan rumah tangga, bahkan fasi litas yang dibutuhkan Dian untuk menunjang perannya di luar rumah semuanya di support oleh suami. Dian mengatakan bahwa suami memfasilitasi segala akomodasi beserta fasilitas yang dibutuhkannya. Saat Dian harus pergi ke luar kota semen tara tidak ada anggaran khusus dari organisasi, suami selalu menyiapkan anggarannya. Suami bahkan melarang Dian menggunakan uang pribadi untuk perjalanan dinas atas nama organi sasi. Suami menjamin semua yang dibutuhkan Dian ter kait perannya sebagai ketua umum organisasi. Tak cukup disitu, berkat jaringan yang dimiliki oleh suami ke media, suami membantu me link-an Dian ke jaringan wartawan yang ia miliki. Dukungan suami benar-benar dirasakan oleh Dian meskipun suami tidak aktif di struktural persyarikatan.

Selanjutnya mengenai dukungan instrumental yang bera sal dari rekan kerja, Dian menerima dukungan baik dari rekan organisasi maupun sekolah. Dari rekan organisasi ban- tuan instrumental seringkali dirasakan oleh Dian terutama dari sekretaris eksekutif dan bendahara umum. Sekretaris eksekutif benar-benar memposisikan diri sebagai second hand Dian. Sekretaris eksekutif tidak hanya berkutat dengan hal administrastif, tetapi juga keorganisasian termasuk meng- gantikan Dian ketika ia berhalangan hadir. Dukungan instru-

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan

mental dari bendahara umum dirasakan Dian ketika narasumber berada di Jakarta. Selain bermalam di kantor pusat di Menteng Raya, bendahara umum menyediakan rumahnya untuk Dian menginap. Selanjutnya, di sekolah Dian mendapatkan bantuan instrumental dari wakil kepala sekolah dan staf administrasi. Jika wakil kepala sekolah membantu dalam hal yang terkait dengan tugas Dian sebagai kepala sekolah, sedangkan staf administrasi bahkan membantu mencatat agenda Dian secara berkala dan selalu diperbaharui setiap satu pekan sekali. Baik agenda yang terkiat dengan perannya sebagai kepala sekolah maupun ketua umum organisasi.

Dengan demikian, dukungan instrumental diterima oleh ketiga narasumber dari keluarga maupun orang-orang di luar itu. Dukungan instrumental yang diberikan kepada nara sumber dapat secara aktif meringankan tanggung jawab anggota keluarga terkiat dengan tugas-tugas dan kewajibannya dan terhadap kehidupan struktur keluarga supaya dapat menye- suaikan jadwal kerja individu atau keperluan keluarga (King, dkk, 1995 dalam Nisa, 2014). Adanya dukungan instrumental menggambarkan tersedianya barang-barang (materi) atau adanya pelayanan dari orang lain yang dapat memudahkan indi vidu dalam menjalankan perannya (Jacobson, dalam Purba, Yulianto & Widyanti, 2007).

Dukungan emosional menurut House & Kahn (1985) adalah dukungan sosial yang mempu membuat seseorang merasa nyaman, tenteram, merasa dimiliki dan dicintai seperti ekspresi empati, perlindungan, perhatian, dan kepercayaan. Lebih lengkap lagi, King, dkk (1995 dalam Nisa, 2014) me ngungkapkan bahwa dukungan emosional ( emotional sustenance) yakni berupa perilaku dan sikap individu yang

Fiya Ma’arifa Ulya

mereleksi kan ketertarikan keluarga terhadap pekerjaan individu, keinginan untuk mendengarkan, berbicara, dan mem beri kan nasehat kepada individu mengenai pekerjaannya dan secara umum mengindikasikan perhatian kepada individu pene rima dukungan. Perilaku dan sikap tersebut berisi doro- ngan, pengertian, perhatian, pandangan positif dan pe tun juk mengenai pemecahan masalah.

Ketiga narasumber memperoleh dukungan emosional baik dari keluarga maupun pihak di luar keluarga seperti rekan kerja dan masyarakat. Lintang memperoleh dukungan emosional dari keluarga, rekan kerja, dan masyarakat yang dipimpinnya. Dukungan emosional keluarga didapatkan Lintang terutama dari suami dan kedua anak. Suami memberi dukungan emosio nal kepada Lintang dengan cara memberi penguatan/ support mental. Ketika Lintang suntuk dengan pekerjaannya atau menjumpai permasalahan, suami menjadi tempat Lintang meluapkan hal tersebut. Suami mendengarkan segala curhatan dan keluh kesah Lintang mengenai perannya sebagai lurah. Sembari mendengarkan, suami juga menenangkan dan memberi angin kesejukan untuk jiwa Lintang yang sedang risau. Meskipun menurut t Lintang erkadang suami tidak bisa memberi solusi atas permasalahan yang dicurhatkannya, namun keberadaan suami yang bersedia mendengarkan dan menjadi sandaran, bagi Lintang hal tersebut sudah cukup membuatnya tenang dan nyaman.

Ketika berada di luar kota, dalam sesi telefonnya suami juga kerapkali menanyakan hal-hal simpel seperti menanyakan apakah selama satu minggu Lintang pergi ke kantor, apakah hari libur ada kegiatan, kemudian menanyakan anak-anak, dan pertanyaan simpel lainnya. Bagi Lintang hal tersebut

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan

merupakan wujud kepedulian suami dalam memberikan dukungan afeksi kepadanya meskipun jarak memisahkan mereka. Suami Lintang percaya terhadap kemampuan Lintang untuk menjalankan peran sebagai pemimpin. Saat Lintang meminta solusi dari suami, suami akan memberikan sesuai dengan yang ia ketahui. Namun, jika Lintang tidak bertanya, suami membiarkan Lintang menjalaninya sendiri karena ia percaya bahwa Lintang mampu menjalaninya. Sebagai suami dari seorang lurah, suami berusaha untuk menempatkan diri sebagai pendamping Lintang saat Lintang sedang meme- rankan diri sebagai lurah. Seperti ketika Lintang hendak pergi ke suatu acara, suami mengantarkan jika tidak sibuk. Suami mensupport semua yang dibutuhkan oleh Lintang kecuali masalah teknis pekerjaan, suami mengakui jika ia mem bebaskan Lintang. Selama ini Lintang dan suami selalu berusaha untuk saling memberikan perhatian, saling mengerti, dan saling mensupport.

Lintang mengakui jika ia selalu menelefon suami dalam momen apapun membutuhkan suami, ia akan telefon. Lain halnya dengan suami. Sebelumnya suami tidak sering menelefon Lintang ketika di luar kota, selalu Lintang terlebih dahulu yang menelefon. Namun semakin lama suami menyadari bahwa ternyata menelefon meski hanya sebentar dan menanyakan hal-hal simpel ternyata itu ada baiknya. Sebagai istri yang sering ditinggal bertugas suami ke luar kota, membuat Lintang selalu mengusahakan untuk membuat momen-momen spesial ketika bersama/ quality time, seperti jalan berdua, nyuri-nyuri waktu kantor untuk sarapan bersama dengan suami, atau nonton berdua, dan sebagainya. Kebersamaan antara Lintang dan suami tersebut dirasakan keduanya berdampak terhadap

Fiya Ma’arifa Ulya

kondisi psikologis. Menurut Lintang, suami dan anak-anak adalah tempatnya bersandar ketika ia lelah dengan aktivitas di luar rumah. Anak-anak menjadi penghibur Lintang di rumah. Anak- anak Lintang juga hampir tidak pernah komplain mengenai kesi bukan yang dilakukan oleh Lintang karena Lintang pun berusaha menjelaskan kepada mereka mengenai peran yang sedang dijalani Lintang saat ini. Meskipun begitu, anak-anak sering menanyakan keberadaan Lintang dan kapan Lintang pulang, melalui WA. Dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga seperti rasa empati, selalu ada mendampingi individu ketika mengalami permasalahan, dan keluarga menyediakan suasana yang hangat di keluarga dapat membuat individu merasa diperhatikan, nyaman, diperlukan dan dicintai oleh keluarga sehingga individu akan lebih mampu menghadapi masalah dengan lebih baik (Utami, 2012).

Lintang mendapatkan dukungan emosional dari rekan kerja dan masyarakat. Rekan kerja di kantor dengan sendirinya berusaha untuk menciptakan iklim kerja dengan suasana kekeluargaan supaya mereka dapat betah di kantor. Nilai-nilai yang hidup di kelurahan membimbing staf untuk bekerja secara gotong royong/mengedepankan kebersamaan. Nilai- nilai tersebut yakni sopo sing selo nandangi, sing rame dibantu, sing penting krasan. Artinya yaitu bagi siapa saja staf yang sedang santai, maka dia yang melakukan suatu pekerjaan, jika ada staf yang memiliki banyak pekerjaan dibantu, dan yang penting semua staf nyaman bekerja di kantor. Dalam hal yang terakit dengan pekerjaan dan masyarakat, Lintang juga sering bercerita kepada staf di kantor, termasuk soal penggemar Lintang yang sampai mengeluarkan kata-kata yang tidak

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan

sopan, Lintang juga mendiskusikan hal tersebut kepada staf untuk mencari jalan keluar.

Di sisi lain, masyarakat juga memberikan dukungan emosional kepada Lintang. Mereka memahami peran Lintang tidak hanya sebagai lurah, namun Lintang juga mempunyai tanggung jawab peran sebagai ibu bagi anak-anaknya dan istri dari suaminya. Lintang merasa dimanjakan ketika bersama dengan masyarakat. Ketika dalam suatu acara Lintang sudah berada disitu cukup lama, masyarakat menegur Lintang dan mengatakan kepada Lintang apabila memiliki aktivitas lain supaya meninggalkan acara terlebih dahulu tidak apa-apa. Ketika rapat di malam hari pun masyarakat sudah memahami bahwa jika mengundang Lintang maka rapat tidak boleh mulai terlalu malam dan harus segera selesai. Masyarakat merasa senang dan terlihat lebih bersemangat saat Lintang datang ke acara mereka. Hal ini membuat Lintang merasa dihargai dan percaya bahwa masyarakat percaya terhadap kepemimpinan Lintang, sehingga hal ini berdampak pada kepuasan yang dirasakan Lintang .

Sementara itu, dukungan emosional yang dirasakan oleh Sofa berasal dari keluarga dan rekan kerja. Suami dan anak sangat berperan dalam memberikan dukungan emosional pada Sofa. Sofa mengungkapkan bahwa pengorbanan suami dan anak-anak adalah keharusan untuk memahami peran Sofa. Suami adalah tempat curhat terbaik bagi Sofa karena bagi Sofa keluarga adalah prioritasnya, sehingga Sofa menceritakan semua yang dirasakan baik bertujuan untuk mencari solusi maupun hanya untuk meluapkan perasaan.

Sebagaimana Lintang, suami Sofa juga sering bertugas ke luar kota. Ketika waktu mengumpul semua keluarga

Fiya Ma’arifa Ulya

Sofa, mereka sering mengobrol dan berdiskusi bersama di rumah. Begitu pula ketika di kantor. Sofa dan suami selalu berusaha untuk bertemu saat mereka sama-sama memiliki jam senggang, meskipun hanya sekedar makan di luar dan ditempat yang relatif dekat. Namun, kebersamaan antara Sofa dan suami dirasakan sebagai wujud menjaga kedekatan antara Sofa dan suami, karena ketika bertemu langsung mereka dapat menceritakan segala yang telah dilalui dan aktivitas apa saja yang akan dilakukan setelah itu. Suami juga akrab dengan semua teman Sofa bahkan suami sangat mengerti atmosfer pergaulan yang ada di kantor Sofa.

Dukungan emosional juga ditunjukkan dengan sikap suami untuk tidak pernah menghalangi Sofa berkembang. Meskipun Sofa memiliki dua orang anak yang masih sangat membutuhkan perhatian, namun hal tersebut tidak membuat suami memenjarakan Sofa dengan urusan rumah tangga dan anak. Suami mengetahui bahwa setiap manusia harus mengembangkan potensinya sehingga Sofa diberi kebebasan untuk berkembang di luar. Pada status-status facebook suami juga memperlihatkan keromantisan mereka dalam menyanjung satu dengan yang lain. Jika menyinggung Sofa, tulisan-tulisan- nya diawali dengan tulisan ilmiah yang dikombinasikan dengan kata-kata romantis dan agak bernada gombalan yang berkelas. Status tersebut kemudian di tag ke akun facebook Sofa. Begitu pulan Sofa menyambutnya dengan menuliskan status bernada serupa yang diperuntukkan pada suami.

Sofa menerima dukungan emosional dari kedua anaknya. Sofa memiliki dua orang anak. Anak pertama masih duduk di bangku kelas 3 SMP yang berlokasi tidak begitu jauh dari rumahnya yang berada di daerah Jalan Kaliurang km.

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan

12, sedangkan anak kedua masih kelas 3 SD di daerah Condongcatur. Anak pertama sudah mafhum dengan peran kesibukan Sofa sebagai ibu yang aktif di luar rumah. Sofa sudah memberi pengertian kepada anaknya bahwa jika Sofa dan suami tidak bekerja maka ia tidak akan mendapatkan fasilitas sebagaimana yang mereka sekarang dapatkan. Keduanya juga sudah mengetahui bahwa Sofa saat ini menjabat sebagai kaprodi di kampus dan pemimpin redaksi majalah. Begitu pula dengan peran yang dilakukan ayahnya, mereka mengerti jika ayahnya sering pergi ke luar kota. Anak pertama Sofa bahkan merasa senang dan bangga melihat Sofa aktif di luar rumah. Anak-anak juga memiliki kebiasaan untuk menyalami, memeluk, dan mengobrol saat Sofa baru sampai di rumah. Apalagi ketika Sofa jatuh sakit, kedua anaknya menunjukkan kepedulian dengan mengatakan agar Sofa tidak terlalu lelah sembari memijatnya.

Ketika Sofa berada dalam zona waktu mengerjakan di- sertasi, Sofa sering menangis. Anak-anak langsung mencari tahu ketika melihat Sofa terlihat sedih dan menangis. Anak- anak bertanya mengapa Sofa terlihat sedih. Kemudian anak- anak berusaha untuk memotivasi Sofa supaya jangan bersedih kembali. Seperti halnya suami, anak pertama Sofa juga mengekspresikan rasa kasih sayang, keberterimaksihan, serta apresiasi kepada Sofa melalui puisi yang diunggah ke akun facebook nya, serta di tag ke akun facebook Sofa. Sofa bercerita kepada peneliti bahwa puisi tersebut dibacanya pertama kali saat sedang turun dari pesawat. Sofa kemudian menangis karena terharu dengan puisi anaknya.

Sofa menerima dukungan emosional dari rekan kerja. Sofa berada dalam satu ruangan dengan sekretaris prodi dan asisten

Fiya Ma’arifa Ulya

pengelola. Sebagaimana hasil wawancara, Sofa seringkali men- curahkan perasannya kepada asisten pengelola. Sofa tidak hanya meceritakan hal-hal yang terkait dengan tugasnya se- bagai kaprodi. Lebih dari itu, Sofa bercerita soal keluarganya dan hal-hal pribadi menyangkut perempuan.

Selanjutnya, Dian menerima dukungan emosional dari suami, rekan kerja, dan masyarakat. Dian merasa mendapatkan energi positif dari keluarga dalam hal ini adalah suami Dian. Suami memberikan dukungan moril kepada Dian saat ia merasa dilema diantara dua pilihan. Dian mencontohkan kon disi dimana ia harus memilih apakah tetap menjalankan tugas ke luar kota atau berada di rumah menemani suaminya yang baru pulang dari luar kota setelah beberapa hari tidak ber temu suami. Tetapi suami masih tetap mengizinkan Dian untuk memenuhi undangan ke luar kota. Dalam situasi ter- sebut Dian merasa sedih namun disisi lain ia juga sangat mengapresiasi suaminya yang mendukung Dian untuk tetap menjalankan tugas dengan merelakan diri berteman dengan kesunyian. Selain itu, suami adalah tempat Dian mencurahkan keluh kesahnya. Meskipun menurut Dian, suami tidak terlalu mengetahui tentang keroganisasian NA. Namun begitu, ada hal-hal yang memang hanya perlu diketahui oleh Dian dan tidak diceritakannya kepada suami.

Sampai sejauh ini suami memberikan izin kepada Dian untuk semua kegiatan di luar rumah, meskipun terkadang suami sedikit cemburu namun hal tersebut tidak membuat aktivi tas Dian di luar menjadi koyak. Dian percaya bahwa izin dari suami itu sangat penting, ridho dari Allah SWT ter gantung ridho dari suami. Sehingga apabila dalam suatu kesempatan suami terlihat keberatan melepas Dian, maka Dian

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan

memutuskan untuk menunda kepergian sampai suami benar- benar rela ditinggal. Suami percaya terhadap kemampuan ke pemimpinan dan juga menghormati peran keorganisasian yang dijalankannya, sehingga suami mengetahui batas-batas di mana ia harus turun tangan dan ambil bagian. Meskipun suami tidak aktif di struktural persyarikatan, namun suami se lalu memfasilitasi, mendukung, mengizinkan, dan tidak pernah melarang Dian .

Dukungan emosional dirasakan Dian datang dari rekan kerja dan masyarakat di lingkungan tempat tinggal. Rekan kerja di sekolah semakin lama memahami peran dan kesibukan Dian. Jika di awal-awal kemunculan Dian sebagai ketua umum organisasi menilbulkan riak-riak gelombang pro dan kontra, maka semakin lama rekan di sekolah justru bisa memahami. Di sisi lain, posisi Dian sebagai ketua umum perlahan mengangkat nama baik sekolah. Selanjutnya, di organisasi Dian menerima dukungan emosional diantaranya dari sekretaris eksekutif. Dian curhat mengenai perasannya menjadi pimpinan tertinggi organisasi tersebut.

Sementara dukungan emosional dari masyarakat mewujud sharing­sharing yang dilakukan Dian kepada tetangga yang

juga sama-sama menjabat sebagai kepala sekolah dan aktif di struktural. Dengan demikian, ketiga narasumber mendapatkan dukungan emosional dari keluarga, baik suami maupun anak- anak, serta pihak di luar keluarga seperti rekan kerja dan masyarakat. Apabila dukungan emosional tinggi individu akan merasa mendapat dorongan yang tinggi dari anggota keluarga sehingga dapat menjalankan peran dengan optimal (Adicondro & Purnamasari, 2011). Dukungan yang diterima dari orang- orang yang ada di sekeliling narasumber memberikan andil

Fiya Ma’arifa Ulya

besar dalam meringankan beban narasumber, terlebih duku- ngan emosional dari keluarga (Farhati & Rosyid, 1996).

Dukungan informasi merupakan proses pemberian infor- masi, nasehat, atau bimbingan untuk membantu memecahkan suatu masalah yang dihadapi oleh seorang individu (Fenlanson & Beehr, 1994 & Wills, 1985, dalam Farhati & Rosyid, 1996). Lebih kengkap, House & Kahn (1985) dalam (Fitri, 2000) yang menyatakan bahwa dukungan informatif yakni bentuk dukungan yang meliputi pemberian nasehat, arahan, dan pertimbangan tentang bagaimana seseorang harus berbuat. Ketiga narasumber menerima dukungan informatif dari ke- luarga yakni suami. Selain itu, dukungan informatif juga di- terima narasumber dari rekan kerja dan masyarakat.

Lintang menerima dukungan informasi dari suami, rekan kerja, dan masyarakat. Suami menjadi partner Lintang berdiskusi mengenai persoalan yang dialami dalam pekerjaannya. Selain menjadi partner diskusi, suami juga memberikan masukan dan solusi kepada Lintang. Mengingat suami Lintang juga pernah memiliki pengalaman sebagai pimpinan di background militernya. Dari rekan kerja, Lintang mendapatkan dukungan informasi berupa masukan yang diberikan oleh staf kelurahan. Misalnya dalam urusan kehadiran Lintang ke acara masyarakat atau staf memberi masukan kepada Lintang untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukannya. Lintang menerima duku- ngan informasi dari masyarakat berupa keaktifan mereka dalam memberi masukan, kritik, maupun protes di dalam forum-forum yang diselenggarakan oleh Lintang.

Sofa menerima dukungan informatif dari suami dan rekan kerja. Sebagai sesama akademisi dan membawa pengalaman sebagai konsultan dari berbagai NGO, Sofa menjadikan suami

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan

sebagai tempat berguru mengenai decision making organisasi. Dalam hal tersebut, suami juga memberikan saran, inspirasi dan pertimbangan-pertimbangan kepada Sofa dalam ngunggah udunke atau menaik turunkan keputusan yang diambilnya. Bagi Sofa, suami adalah orang terbaik untuk berkonsultasi mengenai hal tersebut. Sedang dari rekan kerja Sofa menerima dukungan informatif dalam bentuk pemberian pertimbangan. Saat Sofa bimbang dalam menentukan keputusan akankah ia tetap melanjutkan peran publiknya yang lain sebagai BPH PUTM atau mengundurkan diri, rekan kerja Sofa yang juga sama-sama di prodi memberikan pertimbangan supaya Sofa tetap menjalankan peran publiknya yang lain tersebut.

Dian mendapatkan dukungan informasi dari suami, rekan kerja dan masyarakat di lingkungan tempat tinggal Dian. Suami memberi masukan kepada Dian sebagai akademisi untuk membantu mengatasi persoalan yang sedang dihadapinya. Selain itu, berkat link yang dimilikinya, suami seringkali mem- berikan informasi kepada Dian terkait dengan isu terkini untuk kemudian ditanggapi Dian. Dalam hal organisasi, sekretaris eksekutif adalah orang yang menjadi partner beriikir dan juga pemberi masukan kepada Dian terkait dengan kebijakan- kebijakan organisasi dan Dian sendiri. Oleh karena Dian tinggal satu lingkungan dengan teman-teman sesama kepala sekolah dan aktif di persyarikatan, Dian sharing dan bertukar informasi dengan mereka.

Dengan demikian, dukungan infomasi yang diperoleh narasumber dari pasangan, rekan kerja, maupun masyarakat adalah bagian dari pertimbangan narasumber untuk membuat keputusan dalam kerja-kerja kepemimpinan mereka. Apalagi semua pasangan narasumber memiliki pengalaman yang serupa

Fiya Ma’arifa Ulya

dalam mengelola kepemimpinan. Sebagaimana hoits (1997 dalam Purba, Yulianto, & Widyanti, 2007) menyatakan bahwa adanya dukungan informasi seperti nasehat atau saran yang diberikan oleh orang-orang yang pernah mengalami keadaan yang serupa akan membantu individu memahami situasi dan mencari alternatif pemecahan masalah atau tindakan yang akan diambil.

House & Kahn (1985 dalam Fitri, 2000) mendeinisikan dukungan penilaian yakni dukungan yang berupa pemberian penghargan atas usaha yang telah dilakukan, maupun memberikan umpan balik mengenai hasil atau prestasi. Dukungan penghargaan ini nantinya akan berpengaruh pada self esteem (harga diri) orang yang diberi dukungan, penerimaan diri dan menimbulkan dukungan itu sendiri. Selain itu, persetujuan dan pemberian hadiah juga merupakan bagian dari bentuk dukungan penilaian & penghargaan.

Ketiga narasumber memperoleh dukungan penilaian dan penghargaan dari keluarga. Dua diantara mereka men- dapat dukungan penilaian & penghargaan dari rekan kerja, masyarakat, serta pemerintah kabupaten. Lintang memperoleh dukungan penilaian dan penghargaan dari suami dan masya- rakat. Suami memberikan kebebasan kepada Lintang untuk menjalankan perannya di luar rumah. Selain itu, Lintang juga tidak ada tuntutan dari suami untuk berkarir setinggi- tingginya. Lintang bebas untuk meraih karir sepanjang ia tetap nyaman dan tidak mengabaikan keluarga. Rekan kerja memberikan dukungan penilaian kepada Lintang yakni terkait dengan kepemimpinannya.

Menurut rekan kerja, sejauh ini Lintang menjelma sebagai sosok pemimpin yang bisa menempatkan diri. Seorang

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan

pemimpin yang serius tetapi santai, sehingga staf tidak merasa takut namun mereka tetap segan kepada Lintang. Sementara itu, dukungan penilaian dan penghargaan yang berasal dari masyarakat yakni kehadiran narasumber ke dalam kegiatan- kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat menimbulkan semangat tersendiri bagi mereka. Dalam hal prestasi, Lintang menyatakan bahwa prestasinya sebagai lurah adalah memberi support kepada mereka. Menurutnya tidak mudah untuk menggerakkan lembaga-lembaga yang ada di masyarakat, seperti kelompok Ibu-Ibu PKK, Posyandu, pertemuan rutin.

Jika semua lembaga yang ada di masyarakat berjalan hal tersebut merupakan prestasi dari Lintang, dan sampai sejauh ini lembaga-lembaga tersebut berjalan dengan baik. Dalam kaitannya dengan prestasi masyarakat, di bawah kepemimpinannya yang belum terlalu lama ini, masyarakat di kelurahan Rejowinangun berprestasi pada kelompok PKK dalam kategori administrasi. Hal diatas merupakan bentuk dukungan penilaian dan penghargaan pada Lintang.

Sofa memperoleh dukungan penilaian dan penghargaan dari suami dan rekan kerja. Suami memberikan apresiasi kepada Sofa terkait dengan beragam peran yang dijalankan Sofa. Sebagaimana yang terlihat pada postingan suami Sofa di akun facebooknya. Dalam tulisannya suami mengatakan jika tidak mudah untuk menjalankan banyak peran dalam satu waktu dan Sofa berhasil menjalankan peran-peran tersebut dengan baik. Suami menyampaikan ucapan selamat atas pengukuhan doktor kepada Sofa.

Suami memberi tajuk pada tulisannya yang berjudul “Sang Pembelajar”. Selain itu, suami juga sangat mendukung Sofa dalam perannya sekarang sebagai kaprodi. Menurut

Fiya Ma’arifa Ulya

penuturan Sofa, suami memberikan penilaian kepadanya dengan mengatakan, “Mama bagus, setelah ini bisa dong naik jadi wakil dekan atau dekan.” Sementara itu, penilaian yang diberikan oleh rekan kerja kepada Sofa meliputi penilaian terhadap kinerja Sofa bahwa Sofa telah berhasil meningkatkan tim building pada SDM prodi, tertib adminsitrasi, Sofa selalu mengutamakan musyawarah saat hendak memutuskan segala sesuatu serta cenderung orang yang well prepared. Dampak dari well­prepared maka segala sesuatu yang ia rencanakan dapat berjalan dengan baik. Selain itu, selama menjadi kaprodi Sofa menyelenggarakan kuliah umum yang berhasil mendatangkan link Sofa seperti saat kuliah umum tentang keberagamaan dengan pembicara langsung dari University of Tokyo, Jepang, serta dalam kesempatan lain, Sofa berhasil mengadakan kuliah umum dengan mengundang narasumber yakni direktur VOA Indonsia. Hal diatas merupakan bentuk-bentuk dukungan penilaian dan penghargaan yang didapatkan oleh Sofa.

Dian mendapatkan dukungan penilaian dan penghargaan dari suami, rekan kerja, serta pemerintah. Suami memberikan kepercayaan kepada Sofa untuk menjalankan peran keorgan- sasian secara independen dan ia tidak ikut campur terlalu dalam. Selain itu, suami juga selalu mendukung apapun ke- putusan yang diambil oleh Sofa terkait dengan organisasi. Sofa mendapatkan dukungan penilaian dan penghargaan dari rekan kerja berupa feedback yang diberikan oleh sekretaris esksekutif dan wakil kepala sekolah mengenai kinerja Sofa selama ini. Feedback tersebut bukan dalam konteks profesional tetapi lebih kepada feedback yang diberikan dalam kehidupan sehari- hari atau secara kultural. Dalam hal kontribusi Sofa pada sekolah adalah peran Sofa yang sangat besar dalam menjadikan

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan

sekolahnya sebagai sekolah adiwiyata dan berbasis IT. Selain itu, dalam hal peningkatan kapasitas keilmuan agama untuk para dewan guru, Sofa rutin mengadakan kegiatan Baitul Arqom (BA) khusus dewan guru yang dilaksanakan setiap akhir semester. Sementara itu, belum lama ini Sofa juga baru saja mendapatkan penghargaan dari pemerintah kabupaten dalam kategori pengabdi lingkungan. Hal ini karena Sofa getol untuk membuat sekolah yang dipimpinnya menjadi sekolah adiwiyata, yang juga telah beberapa kali menyabet juara.

Dengan demikian, ketiga narasumber mendapatkan duku- ngan penilaian dan penghargaan dari keluarga maupun pihak lain. Menurut Purba, Yulianto & Widyanti (2007) mengatakan bahwa jika individu mendapatkan dukungan penilaian dan penghargaan dalam menjalankan perannya, maka hal tersebut dapat berdampak pada terbangunnya perasaan berharga, kompeten dan bernilai dalam diri individu tersebut. Demikian juga, dukungan penghargaan yang diberikan kepada individu mampu meningkatkan rasa percaya dirinya.

Selanjutnya ketiga narasumber mendapatkan dukungan bermakna dari suami. Dukungan yang bermakna yang di- rasakan oleh Lintang berupa komunikasi yang intens se- bagai wujud kehadiran suami. Suami adalah seorang pilot yang sering bertugas ke luar kota/ luar negeri. Oleh sebab itu, Lintang sering ditinggal bertugas oleh suaminya. Seiring dengan hal tersebut, Lintang mampu menjalankan peran namun dengan tidak bisa lepas dari komunikasi dengan suami. Menurut Lintang, dalam kesempatan apapun bahkan ia selalu menelefon suami. Dengan begitu Lintang tetap merasa aman karena suami selalu ada untuknya.

Sofa mendapatkan dukungan yang bermakna dari suami- nya yang ia rasakan yakni saat suami menyempatkan untuk

Fiya Ma’arifa Ulya

hadir ke dalam suatu acara Lintang walaupun suami sedang sibuk. Lintang dan suami sama-sama sibuk dalam pekerjaannya namun mereka tetap connecting dengan saling memberi kabar, mengirim foto mengenai aktivitas yang dilakukan. Hal tersebut dirasakan oleh Lintang sebagai dukungan yang bermakna dari suami.

Dian merasakan dukungan yang bermakna dari suami yakni dengan Dian diberi oleh suami untuk aktif di per- syarikatan. Dian melihat bahwa tidak sedikit orang yang se- belum menikah aktif kemudian setelah menikah justru tidak diperbolehkan aktif berkegiatan oleh suaminya. Keberterimaan suami dengan memberikan izin kepada Dian untuk aktif di persyarikatan adalah hal yang bermakna bagi Dian.

Opportunity to provide nurturance (Perasaan dibutuhkan oleh orang lain) yaitu suatu bentuk dukungan yang berupa perasaan individu bahwa ia dibutuhkan oleh orang lain. Indi- vidu merasa keberadaannya mamapu memberikan dampak bagi orang lain (Weiss, 1974 dalam Cutrona dkk, 1994). Seorang individu yang mendapatkan dukungan ini, akan ada orang-orang yang datang padanya untuk meminta saran, masukan, dan pertimbangan dalam pengambilan keputusannya sehingga individu merasa jika keberadaannya memberikan manfaat untuk orang lain. Dukungan ini diperoleh individu dari jaringan hubungan interpersonalnya. Sofa dan Dian mendapatkan dukungan tersebut bukan dari keluarga. Pe- rasa an dibutuhkan oleh orang lain dirasakan Sofa berasal dari rekan kerja, mahasiswa, dan masyarakat. Rekan kerja rering kali datang kepada Sofa untuk meminta pertimbangan, koreksi atau curhat tentang masalah peribadinya kepada Sofa. Demikian halnya dengan mahasiswa yang datang kepada Sofa tidak hanya terkait urusan akademik tetapi juga urusan

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan

pribadi. Sofa menjadi tempat curhat mahasiswa yang bercerita tentang permasalahan keluarga, masalah pacarnya, masalah Ibu kos, bahkan meminjam uang. Sofa berupaya untuk dekat pada mahasiswa dengan bersedia menjadi tempat curhat mereka. Dalam pandangan Sofa hal-hal non akademik yang terkait dapat menunjang keberhasilan akademiknya harus ia dengarkan. Selain itu, dalam kehidupan bermasyarakat Sofa sesekali diminta untuk meninjau ke TK ABA yang ada di dekat rumahnya. Mengingat Sofa juga sebagai anggota pimpinan pusat ortom khusus persyarikatan.

Sementara itu, dukungan mengenai perasaan dibutuhkan oleh orang lain juga dirasakan Dian berasal dari pihak-pihak yang ingin bertemu dengan Dian secara pribadi. Menurut penuturan Dian, ada banyak pihak yang ingin datang ke rumah untuk Dian bertukar ikiran dengannya. Namun, sejuauh ini Dian memfasilitasi pertemuan mereka di sekolah atau di kantor organisasi. Sebelum bertemu Dian benar-benar mencari tahu mana pertemuan yang bersifat formal dan mana yang bertujuan silaturrahim. Apabila pihak-pihak yang ingin bertemu Dian betul-betul murni utnuk silaturrahim maka Dian akan menyambut di rumahnya.

Jadi, Sofa dan Dian mendapatkan dukungan opportunity to provide nurturance dari lingkungan sosial narasumber berada.

Hal ini terjadi karena setiap fungsi sosial memiliki sumber- sumber dukungan yang berbeda. Misalnya sumber dukungan bagi individu untuk memperoleh saran atau pendapat adalah pasangan, orangtua, rekan kerja, atau teman. Sedang sumber dukungan individu untuk memperoleh opportunity to provide nurturance bisa di dapat dari rekan kerja, masyarakat, maupun pihak-pihak yang berkorelasi dengan kepemimpinan seorang

Fiya Ma’arifa Ulya

perempuan (Weiss dalam Prawasti, 1991). Attachment adalah bentuk dukungan yang berupa

peng ekspresian cinta dan kasih sayang yang diterima oleh individu serta dapat memberikan rasa aman pada individu yang menerima (Weiss, 1974 dalam Cutrona dkk, 1994). Sofa menerima dukungan attachment dari keluarga dan rekan kerja yang memang sangat dekat dengannya. Sofa harus selalu berkomunikasi dengan suami supaya nyaman dan tenang dalam menjalankan peran di luar rumah. Bagi Sofa, suami adalah prioritasnya. Apabila ia berada dalam situasi yang mengharuskannya memilih, Sofa cenderung untuk mengusahakan supaya segera bertemu dengan suami dan meninggalkan peran transisinya. Kedekatan Sofa dan suami pun tampak dari foto-foto di akun media sosial narasumber yang terlihat sering memakai baju cuoplean.

Sementara dengan anak-anak, Sofa adalah tempat bercerita bagi mereka. Sofa juga menerima dukungan attachment dari rekan kerja, atasan, sekaligus sosok yang sudah dianggap sebagai kakaknya. Sosok tersebut adalah Bu Inayah yang sudah menganggap bahwa Sofa adalah adiknya. Selain itu, Sofa juga memiliki rekan kerja yang dekat dengannya karena berada di dua tempat yang sama. Sebagaimana dalam Purba, Yulianto & Widyanti (2007) bahwa sumber dukungan bagi individu untuk memperoleh attachment bisa didapat dari pasangan hidup, sahabat, maupun sanak keluarga.

Guidance (bimbingan) yaitu dukungan sosial yang berupa nasehat dan informasi dari sumber yang dapat dipercaya. Dukungan ini dapat berupa pemberian feedback (umpan balik) atas sesuatu yang dilakukan individu (Saraino, 1997 dalam Maslihah, 2011). Diantara 3 narasumber, yang paling

Dinamika Dukungan Keluarga pada Pemimpin Perempuan

terlihat memperoleh dan membutuhkan guidance/ bimbingan pemecahan masalah adalah Dian, mengingat scope kewenangan yang begitu besar pada Dian. Guidance yang diperoleh Dian berasal dari ketua-ketua umum terdahulu serta tokoh- tokoh persyarikatan. Dian sering berkonsultasi dengan para ketua umum terdahulu untuk mendapatkan penguatan dari mereka. Selain itu, kepada tokoh-tokoh persyarikatan, Dian bersilaturrahim kepada mereka untuk mendapat penguatan dan bimbingan.

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY TERHADAP SIKAP TENTANG KORUPSI PADA MAHASISWA

11 131 124