Berkomunikasi dengan anak usia 5 tahun

4.3. Berkomunikasi dengan anak usia 5 tahun

Pada saat saya menulis topik ini, Najmi belum berusia 5 tahun, tepatnya 4 tahun 10,5 bulan. Namun bila dibulatkan ke atas menjadi 5 th.

Saya mengamati dari pembicaraan Najmi, ada peningkatan kemampuannya berbicara, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Najmi telah bisa mengungkapkan perasaan senang dan sedih, memberikan pujian, kritikan, saran dan masukan kepada orangtuanya. Selain itu Najmi juga berani menegur bila seseorang melakukan kesalahan apabila dia tahu bagaimana kebenaran yang semestinya.

Anak 5 tahun sudah bisa mengungkapkan suasana hatinya

Anak 5 tahun sudah bisa mengungkapkan suasana hatinya, apakah sedih atau senang. Ketika papinya tidak ada di rumah, karena sang p api pergi seminar di luar kota, Najmi berkata, “Mami sedih ya, kalau nggak ada Papi.”

Begitu juga ketika giliran maminya yang tidak ada di rumah, Najmi langsung menelepon, “Mami cepat pulang, Najmi sedih kalau nggak ada Mami” “Najmi mau rindu-rindu dengan Mami.”

Kalau kami lengkap di rumah, Najmi berkata, “Kalau ada Mami dan Papi, Najmi ureshi… (senang…).”

Saya menanggapi bahawa anak meminta perhatian orangtua, mengajak orangtua ikut serta bersamanya. Ucapan Najmi ini mengingatkan kami untuk menyediakan waktu khusus baginya, terutama pada hari libur dan Sabtu-Minggu.

Anak 5 tahun akan menagih janji orangtuanya

Suatu hari Najmi menagih saya membuatkan baju, karena memang saya pernah menjanjikannya. “Mami, ayolah buatkan Najmi baju! ”

Karena saya cemas nanti Najmi tidak percaya sama omongan dan janji maminya, saya pun memenuhi permintaan Najmi. Akhirnya saya membuatkan baju untuk Najmi sesuai dengan yang diinginkannya.

“Mami, Najmi mau bajunya pakai gambar.” “Mami, Najmi maunya warna pink (bahan aksesoris polos warna pink), kan cocok dengan ini, ” kata Najmi sambil menunjuk motif bahan yang dimaksudkannya. “Mami … , bukan di sini letaknya, tapi di sini …,” kata Najmi sambil mengubah posisi gambar yang telah dilukisnya untuk dijadikan aksesoris pada baju.

Saya mengikuti permintaan Najmi dan usulannya, termasuk warna dan letak aksesoris di baju yang mau dipasangkan. Ya, memang tidak ada salahnya menyalurkan bakat anak, lagi pula bajunya bukan baju formil. Sehingga tidak ada salahnya mengikuti ide

Najmi dalam pembuatan baju tersebut. Saya pun ingin menghargai Najmi, agar dia lebih bergiat untuk berkarya.

Dari kejadian ini dapat dianalisis:

1. Anak usia 5 tahun tidak bisa dijanjikan sembarangan. Si anak akan menuntut orangtua sesuai janji yang kita ucapkan. Justru itu kita harus berhati-hati dalam menjanjikan sesuatu kepada anak. Sebaiknya orangtua tidak membuat janji yang hanya untuk menyelamatkan diri, pada saat terjadi ketidaksesuaian keinginan anak dan orang tua. Janji yang tidak ditepati oleh orangtua tentu bisa membuat anak kecewa, serta hilangnya kepercayaan anak terhadap orangtuanya. Lebih parah lagi orangtua telah memberikan contoh yang salah terhadap anak, karena tidak menepati janji.

2. Anak usia 5 tahun sudah dapat menyuarakan keinginan hatinya, memberikan masukan, menyatakan hal yang menarik menurut sudut pandangnya. Hal ini adalah suatu kemajuan bagus yang sebaiknya diapresiasi dan disalurkan, untuk memupuk bakat dan menghargai masukan anak. Namun bila masukan anak kurang baik, tentu orangtua dapat mengarahkan dengan baik, sehingga anak tidak kecewa.

Anak 5 tahun telah bisa memberikan pujian

Ketika papinya membelikan kartu bermain question (pertanyaan) dan answer (jawaban) edisi bahasa Inggris buat Najmi, saya bertanya, ”Bagus ya, kartunya?”

“Iya. Papi pintar memilihkan untuk Najmi. Bagus-bagus semua prezentou (hadiah)-nya. Najmi suka, ” sahut Najmi.

Terlihat bahwa anak sudah bisa menimpali pembicaraan orangtuanya dengan baik. Dia sudah bisa memberikan komentar dan pendapat yang sesuai dengan konteks pembicaraan. Tentu semua itu harus dipupuk terus agar terbina komunikasi yang baik.

Anak 5 tahun sebenarnya dapat menerima kebenaran yang diajukan oleh orangtuanya

Ketika Najmi tidak sekolah karena batuk, saya langsung meminta izin kepada sensei (guru) Najmi. Sarapan pagi seperti biasa adalah roti. Kali ini roti strowberi. Namun, untuk minuman Najmi, saya memberinya ocha (teh hijau Jepang), karena pertimbangan batuk. Biasanya Najmi minum yogurt di pagi hari. Tidak heran jika ia menolak diberi ocha.

“Mami… ocha-nya pahit, Najmi nggak suka!” Padahal Najmi suka ocha, bahkan ia yang membuatnya sendiri. Namun memang tidak pernah meminumnya di pagi hari.

“Najmi kan batuk. Lebih baik minum ocha. Ocha ini bisa membunuh bakteri yang ada dalam tubuh. Batuk itu tandanya ada bakteri yang masuk ke dalam tubuh. Ocha ini bagus untuk kesehatan, karena mengandung antioksidan, polifenol dan berbagai vitamin lain. ” Saya berusaha menerangkannya kepada Najmi, meskipun ia belum tahu apa itu antioksidan dan polifenol.

“Tapi ini pahit,” suara Najmi terdengar lagi “Ya udah, Mami encerkan ya!” Saya berjalan ke dapur untuk mengencerkan ocha hingga dua kali pengenceran.

Alhamdulillah, Najmi pun langsung meminum ocha yangsudah diencerkan tersebut. “Enak ya Mami … makan roti dengan ocha,” kata Najmi.

Akhirnya, ocha yang saya suguhkan, diminum hampir satu gelas oleh Najmi. Di sini bisa kita lihat, anak 5 tahun sebenarnya sudah dapat menerima kebenaran yang kita tawarkan untuknya, asalkan disampaikan dengan baik, dan dengan kalimat yang mudah dipahaminya. Maka itu kita jangan menyerah untuk meyakinkan anak. Mari lakukan pendekatan yang kira-kira dapat diterima anak. Tentu saja orangtua perlu mengenalkan dan membina komunikasi yang terus-menerus dengan anak di rumah.

Anak 5 tahun sudah dapat memperjuangkan permintaannya

Suatu hari, ketika saya sedang sibuk melakukan pekerjaan rumah —menjemur kain dan membereskan rumah—Najmi meminta Suatu hari, ketika saya sedang sibuk melakukan pekerjaan rumah —menjemur kain dan membereskan rumah—Najmi meminta

“Mami Najmi boleh nonton Shimajiro?” “Lho kok nonton? Najmi belajar dulu!” Jawab saya “Mami…, ini kan belajar Mami. Lihatlah ini belajar hiragana.”

Najmi memperlihatkan kaset yang sedang dipegangnya, yang memang bertema belajar hiragana.

“Ya sudah, satu kali saja ya. Janji? Can you promise me? Yakushoku dekiru (bisa janji )?” Saya pun menanyai Najmi dalam tiga bahasa karena kami sedang mengajak anak untuk berkomunikasi dalam multilingual (beragam bahasa) di rumah. Saya mempelajari bahwa multibahasa akan baik efeknya terhadap anak, dari pada monolingual (satu bahasa). Tentu harus ada tekniknya, agar kesemua bahasa yang ingin diajarkan bisa bertumbuh dengan baik.

“Un … janji …,yes …, yakushoku dekiru yo …, Mamichan.”

Dari percakapan di atas, terlihat bahwa anak 5 tahun sudah dapat mempertahankan

pendapatnya, dapat meyakinkan dan bernegosiasi dengan orangtuanya. Orangtua juga sebaiknya harus bersikap bijak bila permintaan anak itu memang tepat, tak ada salahnya meluluskan dan menyetujui kemauan anak. Namun bila pendapatnya, dapat meyakinkan dan bernegosiasi dengan orangtuanya. Orangtua juga sebaiknya harus bersikap bijak bila permintaan anak itu memang tepat, tak ada salahnya meluluskan dan menyetujui kemauan anak. Namun bila

Anak 5 tahun sudah bisa menjelaskan sesuatu informasi yang dia dapatkan dari lingkungannya

Anak 5 tahun juga telah mampu merekam suatu informasi yang dia dapatkan dari buku atau TV, dan kemudian menerangkannya kepada orangtuanya. Kerap kali Najmi menerangkan atau memberikan usulan dalam pembuatan suatu resep sederhana.

“Mami kita bikin strawberry cake (kue strawberri) yuk!” Najmi hanya meminta bahan-bahannya dan dia pun membbuat strawberry cake sendiri. Ternyata yang dimaksud strawberry cake adalah roti tawar dipotong persegi terus ditaburi potongan strowberi di atasnya. Gampang sekali, kan? Namun Najmi senang membuat dan memakannya.

“Mami, yuk kita bikin ringo kare (gulai apel) yuk Mami! Najmi lihat di TV ada ringo kare ,” ajak Najmi di lain kesempatan.

“Mami, yuk kita bikin dorayaki!” Najmi pun membawa buku dan menceritakan cara membuat dorayaki sesuai dengan gambar yang dia lihat di buku.

Semua ajakan Najmi di atas adalah suatu pekerjaan yang sangat sederhana yang sering ditemui pada buku-buku anak di Jepang ataupun acara memasak di TV.

Anak 5 tahun sudah bisa protes berdasarkan ilmu yang dia dapatkan

Anak 5 tahun juga sudah bisa melakukan protes berdasarkan pengetahuan yang dia dapatkan dari buku. Masih ketika batuk, saya menyarankan kepada Najmi, agar batuk jangan dipaksa. Saat itu Najmi bermaksud ingin belajar mengeluarkan dahaknya, tetapi belum berhasil sepenuhnya seperti orang dewasa.

“Najmi jangan sering-sering batuk begitu, nanti infeksi tenggorokannya. Dalam bahasa Najmi, nodo ga aka ni narimasu yo (nanti tenggorokan anak merah), ” saya berusaha menjelaskan.

“Mami, tenggorokan itu memang warnanya merah. Najmi melihat di buku, nodo (tenggorokan) itu aka (merah), di sekitar ini pinku (pink), ” Najmi berbicara sambil menunjuk bagian lidahnya.

Terlihat Najmi sudah bisa menyanggah omongan orangtuanya, karena memang di buku-buku anak di Jepang, secara jelas digambarkan bagian tenggorokan itu dengan warna mengarah ke merah. Sebenarnya kita tidak perlu marah bila anak protes seperti ini. Malah hal tersebut menggembirakan karena menunjukan anak berani mengeluarkan pendapat. Menunjukan Terlihat Najmi sudah bisa menyanggah omongan orangtuanya, karena memang di buku-buku anak di Jepang, secara jelas digambarkan bagian tenggorokan itu dengan warna mengarah ke merah. Sebenarnya kita tidak perlu marah bila anak protes seperti ini. Malah hal tersebut menggembirakan karena menunjukan anak berani mengeluarkan pendapat. Menunjukan

Anak 5 tahun sudah bisa menegur orangtuanya bila salah

Suatu hari saat pulang sekolah, saya menjalankan sepeda tidak di atas trotoar, karena trotoar dekat sekolah Najmi tidak begitu bagus kondisinya pada bagian sebelah kiri jalan. Saya terpaksa menggunakan pinggir jalan, apalagi mobil pun tidak ramai, karena memang bukan jalan utama.

“Mami, koko wa dame yo (nggak boleh bersepeda di sini)! Kalau berjalan dan bersepeda harus di atas trotoar, ” Najmi memperkuat perkataannya dalam bahasa Jepang.

Ya mungkin Najmi mendapat ajaran dari gurunya, ataupun juga melalui video Shimajiro yang memang menyuguhkan ajaran untuk anak-anak sesuai peraturan dan sistem di Jepang.

Saya sadar kalau saya yang salah, saya pikir lebih baik menyadari kesalahan dan mengucapkan maaf kepada Najmi. “Mami minta maaf ya. Memang Mami salah, tapi Najmi lihat itu trotoarnya nggak bagus, kan? Mami takut nanti kita jatuh, makanya M ami tidak menggunakan trotoar.” Saya berucap kepada Najmi sesuai alasan yang sebenarnya.

Suatu hal lain, ketika berada di persimpangan yang sepi, saya sering mengabaikan lampu merah. Alasannya, terkadang saya tidak cukup waktu ketika mengantarkan Najmi di pagi hari ke sekolah.

Protes Najmi pun keluar. “Mami, sore wa dame yo ..., aka singo wa dame yo … Mami (Mami itu salah …, kalau lampu merah nggak boleh melintas, Mami ).”

Dari kejadian di atas, terlihat bahwa anak 5 tahun sudah dapat menerima kebenaran dari suatu ajaran. Sistem pendidikan di Jepang memang patut diacungkan jempol, suatu ajaran bersifat linier sehingga tidak ada kebenaran yang terkotak. Kebenaran dan peraturan tidak hanya ditemui di sekolah, tapi menyeluruh dalam segala aspek kehidupan anak. Di sekolah, di masyarakat, di media massa, dan juga buku-buku anak, ajaran tersebut diperkenalkan, sehingga anak sudah dapat memelihara kebenaran sejak masih kanak-kanak.

Anak 5 tahun akan protes terhadap kebiasaan yang telah lama berlaku namun tiba-tiba dilanggar oleh orangtuanya

Suatu kali Papi pulang lebih awal, dan Najmi minta dimandikan oleh papinya. Semenjak papinya pindah bekerja ke tempat yang lebih jauh, maminya yang selalu memandikan Najmi pada pagi dan sore hari.

Najmi memang memiliki masalah dengan kulitnya. Kulit Najmi tergolong lebih kering pada musim dingin. Dokter menganjurkan agar Najmi jangan disabuni, karena bisa membuat kulitnya bertambah kering. Sabun dapat menghilangkan lapisan minyak pada permukaan kulit. Sesuai saran dokter tersebut, saya pun hanya menyabunin Najmi pada tempat-tempat tertentu saja, seperti bagian belakang, tangan, dan kaki. Untuk mengangkat kotoran pada tempat lain, cukup memberikan baby oil pada air berendam, sambil membersihkan dengan washlap. Namun papinya mungkin lupa, semuanya disabunin, hingga wajah Najmi pun hendak diberi sabun juga.

Najmi berteriak spontan karena ketakutan. “Papi salah …, kata Mami muka Najmi nggak boleh disabunin!”

Apalagi Najmi memang takut sekali kalau sabun mengenai mata, sesuatu yang sangat mengerikan bagi Najmi. Saya cepat beranjak dan menyusul ke kamar mandi.

”Maaf ya Nak, Papi lupa. Maafin Papi ya. Najmi memang nggak pernah disabunin wajahnya sama Mami, paling sedikit saja bagian mulut,” kata saya agar Papi segera menyadarinya.

“Ah souka …, gomen ne anakchan (oh gitu…, maaf ya Anak sayang ),” Papi pun menyesali keteledorannya.

Anak 5 tahun akan protes bila kebiasaan yang telah berlaku lama, tiba-tiba bertentangan. Justru itu peraturan atau kebiasaan yang diterapkan oleh sang Ibu, maka sang Bapak sebaiknya harus paham, ataupun sebaliknya. Dalam artian orangtua harus mempunyai konsep yang sama untuk anak, agar tidak timbul protes dan aksi penolakan dari anak.

Anak 5 tahun sudah dapat menceritakan karyanya/gambarnya

Sejak Najmi bisa menggambar, saya berusaha menanyakan apa cerita dari gambar yang dia buat. Saya menanyakan dari hal yang unik. Misalnya, “kenapa anak membuat ada dua buah matahari?”

“Ya, cuacanya cerah sekali, makanya ada dua matahari,” jawab Najmi.

Najmi terus menuturkan karya lengkapnya. Jawaban dari Najmi saya tuliskan di halaman belakang gambarnya. Saya berniat untuk membukukan karya Najmi. Sekarang baru selesai dua buah buku cerita anak menggunakan gambar dan jalan cerita yang dituturkan Najmi

Terkadang saya diingatkan oleh Najmi melalui gambarnya. Suatu kali ada gambar Najmi dengan berbagai macam makanan. Ada eskrim, kue, dan buah.

Najmi menceritakan gambarnya “Anak pingin bikin kue,” kata Najmi.

Memang saat itu Najmi mengajak membuat kue, namun saya belum menyempatkan. “Dengan karya Najmi akhirnya saya diingatkan, kasihan anak nalurinya belum kesampaian, untuk membelikannya kue nggak selalu bisa karena tidak halal, ” saya berucap dalam hati.

Sebenarnya masih banyak lagi pembicaraan anak 5 tahun. Komplitnya saya tulis dalam buku saya “50 permintaan anak terhadap orangtuanya ”.

Semoga catatan dan analisis yang saya lakukan terhadap Najmi ini bisa memberikan masukan, dan warna terhadap orangtua lainnya. Kami berusaha untuk melayani komunikasi anak dengan baik, mengeksplorasi (menggali) kemampuan komunikasi anak. Bersifat diktator sebagai orangtua tidak baik untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Semoga kian hari anak-anak kita dapat tumbuh dengan sehat, wajar dan normal. Wassalam, Mamianak Tokyo 070425

Kelinci ****** oleh Najmi

Bab 5