Menggali Potensi Anak Sejak Usia Dini Ho

Tentang Cover Buku

Cover buku dirancang oleh penulis berdasarkan sumbangan ide dari rekan-rekan yang merupakan contact penulis di Multiply. Gambar yang disertakan pada cover adalah karya Najmi. Gambar ini merupakan pilihan terbanyak dari rekan-rekan di Multiply. Judul buku dalam bahasa Inggris ditulis oleh Najmi.

Kata Pengantar

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena penulis telah diberikan kesempatan untuk merampungkan penulisan buku ini. Terima kasih banyak penulis sampaikan untuk suami tercinta yang telah memberikan banyak pengertian, sehingga penulis punya banyak waktu untuk mencurahkan segala ide dan pikiran untuk sebuah karya ini. Juga terima kasih kepada putri tercinta, Najmi, yang merupakan sumber inspirasi untuk terlahirnya karya ini.

Terimakasih kepada teman-teman di Multiply, yang telah memberikan ide untuk cover buku ini. Semoga sumbang saran dari rekan semua dibalas dengan pahala yang setimpal oleh Allah. Amiin.

Terimakasih yang mendalam penulis sampaikan buat ananda Najmi yang telah menjadi illustrator tunggal dalam buku ini. Semua illustrasi yang disertakan di buku ini merupakan karya Najmi. Terimakasih juga atas kesediaan ananda untuk menuliskan title dalam bahasa Inggris dengan tulisan tangan yang berwarna warni.

Buku ini ditulis berdasarkan minat dari banyak rekan yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kiat yang penulis lakukan terhadap buah hati sendiri. Apalagi mereka adalah Ibu-Ibu muda yang tinggal di luar negri. Sehingga akhirnya penulis tergerak untuk Buku ini ditulis berdasarkan minat dari banyak rekan yang ingin mengetahui lebih jauh tentang kiat yang penulis lakukan terhadap buah hati sendiri. Apalagi mereka adalah Ibu-Ibu muda yang tinggal di luar negri. Sehingga akhirnya penulis tergerak untuk

Tulisan ini juga dimaksudkan sebagai wujud kepeduliaan penulis terhadap para ibu dalam menggali potensi anak-anak Indonesia, terhadap generasi mendatang, dalam rangka menciptakan anak yang berpotensi di masa depan. Walau bagaimana pun merekalah yang akan melanjutkan pengelolaan di bumi pertiwi kita.

Apa untungnya mengeksplorasi (menggali) bakat anak?. Bakat atau potensi tidak muncul begitu saja namun melalui proses yang panjang. Semakin dini potensi anak dieksplorasi (digali) oleh orangtua, akan semakin mudah mengatur, membina dan mendidik anak. Anak juga tidak rewel baik di rumah atau bila diajak berpergian, karena dia telah punya aktivitas rutin berkarya dan mengembangkan bakatnya.

Bila dari kecil anak telah terbiasa memanfaatkan waktu dan berkarya, tentunya di saat dewasa anak akan menjadi insan yang selalu berkarya, berkreasi, dan berinovasi tanpa pernah kehilangan ide. Anak-anak Indonesia akan berani mencipta, dan bukan menjadi bangsa pemakai saja. Anak-anak Indonesia masa depan tidak takut untuk tidak bisa hidup, karena mereka mempunyai potensi diri yang unik yang mungkin saja bisa menjadi bekal untuk bisa hidup layak dengan ekonomi yang sehat, dan tanpa korupsi. Insyaallah! Inilah harapan penulis, semoga menjadi kenyataan hendaknya. Aamiin.

“InsyaAllah dengan menggali potensi anak sejak usia dini, merupakan salah satu cara untuk memutus rantai permasalahan bangsa ”

Bila sebelumnya penulis membaca data dan menganalisisnya dari penelitian yang penulis lakukan di laboratorium, maka untuk hal ini penelitian penulis lakukan terhadap anak sendiri. Setiap ada hal yang menarik dari Najmi, penulis catat pada buku kecil yang selalu penulis bawa bila bersama Najmi, baik di dalam maupun di luar rumah. Data-data yang dipaparkan di sini berlangsung sejak Najmi kecil hingga berusia hampir mendekati 5 tahun.

Dalam buku ini dibahas bagaimana cara mengeksplorasi (menggali) potensi anak sejak usia dini, sehubungan dengan munculnya bakat Najmi dalam bidang menggambar. Berawal dari sebuah coretan, hingga akhirnya Najmi mempunyai aktivitas rutin menggambar dan membuat karya-karya unik tanpa modal yang bisa dijadikan sebagai alat mainan bagi anak seusia Najmi. Bukan itu saja, Najmi pun membuat pajangan unik. Karya Najmi dipajang di rumah serta di meja kerja sang Papi. Ini semua bisa dibaca pada bab 2

Pada bab 3, penulis memaparkan kiat menggali potensi komunikasi pada anak, yang ditampilkan dalam cuplikan komunikasi dengan anak usia 5 tahun. Bagaimana cara menghadapi anak 5 tahun yang sudah mulai kritis, tanggap akan lingkungan, namun masih punya tantrum, atau keinginan akan Pada bab 3, penulis memaparkan kiat menggali potensi komunikasi pada anak, yang ditampilkan dalam cuplikan komunikasi dengan anak usia 5 tahun. Bagaimana cara menghadapi anak 5 tahun yang sudah mulai kritis, tanggap akan lingkungan, namun masih punya tantrum, atau keinginan akan

Dampak TV sangat dicemaskan oleh orang tua, karena banyak efek negatif TV yang telah diberitakan oleh media massa. Namun tidak begitu halnya dengan Najmi yang tinggal di negara yang mempunyai aturan yang jelas terhadap program TV. Banyak keuntungan TV yang diamati oleh sang Ibu terhadap perkembangan Najmi, namun semua itu dalam aturan yang jelas, tidak membiarkan anak seharian bersama TV. Bila anak Anda terlanjur mengenal TV bahkan hingga kecanduan, maka dapat diikuti tips yang ditawarkan untuk mengalihkan anak dari TV, namun tidak membuat anak trauma.

Penulis juga memaparkan bagaimana kreativitas Ibu untuk anak. Sebaiknya Ibu membuatkan catatan kemajuan anak, dan apa saja yang merupakan pekerjaan rumah (PR) bagi orang tua untuk memperbaiki kekurangan dan ketinggalan anak. Bab ini sebagai bukti

mampu mengatasi permasalahan yang dihadapi dengan anak.

bahwa sebenarnya

orangtua

Penulis juga menuturkan trick menggali potensi anak untuk cinta Alqur’an, terutama bagi mereka yang tinggal di negara yang penduduknya bukan mayoritas Islam. Trick ini akan sangat membantu, karena anak tidak bisa belajar mengaji di sekolah seperti di Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Trick dan Penulis juga menuturkan trick menggali potensi anak untuk cinta Alqur’an, terutama bagi mereka yang tinggal di negara yang penduduknya bukan mayoritas Islam. Trick ini akan sangat membantu, karena anak tidak bisa belajar mengaji di sekolah seperti di Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Trick dan

Terakhir sebagai kesimpulan dari topik ini dapat dibaca pada Bab

Silahkan mengikuti secara komplet materi buku ini untuk mengetahui secara utuh pesan-pesan yang disampaikan oleh penulis. Silahkan membaca penuturan demi penuturan untuk mendapatkan informasi yang hendak penulis bagi buat rekan muda atau ibu-ibu muda. Juga informasi ini bisa dimanfaatkan bagi pendidik, yang murid-muridnya adalah anak-anak balita atau usia prasekolah. Buku ini juga ditujukan kepada siapa saja yang berminat dan mengetahui dunia anak, dan yang peduli terhadap anak. Mereka adalah penerus kita, pada merekalah nasib bangsa ini kita titipkan. Untuk itu membentuk mereka menjadi insan yang punya potensi dan berkepribadian adalah suatu cara yang wajar dan bukan berlebihan.

Sengaja buku ini disediakan open, agar banyak yang bisa mengambil hikmah dari pengalaman penulis bersama buah hatinya. Bila terasa bermanfaat dan ingin menyumbang untuk ACIKITA, silahkan mengirimkan dananya ke rekening ACIKITA. Harga buku ini Rp 30.000 atau 300 yen. Hasil penjualan buku ini, digunakan untuk biaya kegiatan ACIKITA.

1. Uang Yen dapat ditransferkan ke rekening di Jepang:

Rek Post: ACIKITA (アチキタ), No rek : 10180-57922101

2. Uang rupiah dapat ditransferkan ke rekening di Indonesia,

Bank Mandiri atas nama R. Saharso No. Rek. 127-00-0540785-1

Mohon menuliskan “biaya buku 1 ACIKITA” saat mentransferkan dana. Dan mohon mengkonfirmasikan kepada jumiarti@yahoo.com

Terimakasih

Wassalam Tokyo, 2007/04/28 Tokyo, 2013/04/20 Jumiarti Agus Ph.D

Daftar Isi

Tentang Cover Buku i Kata Pengantar

ii Daftar Isi

ii

Bab 1. Anak adalah Amanah dari Allah

Bab 2. Menggali Potensi Anak dalam Menggambar dan Berkarya

2.1. Jangan Remehkan Coret-Coretan Anak Anda

2.2. Tak Bisa Diam Melihat Kertas

2.3. Pajangan dan Mainan Unik Tanpa Modal

Bab 3. Menggali Potensi Anak dalam Memasak dan Berkarya di Dapur

3.1. Learning by Cooking

3.2. Manfaat Anak Masuk Dapur 55

Bab 4. Menggali Potensi Anak Berkomunikasi

4.1. Ketika Anak Membandingkan

4.2. Ketika Anak Kecewa

4.3. Berkomunikasi dengan Anak Usia 5 Tahun

Bab 5. Menggali Potensi Anak Berkomunikasi dalam Multibahasa

5.1. Yuk Berkomunikasi dalam Multibahasa dengan Anak 94

5.2. Keuntungan Bilingual

Bab 6. Mengatasi Potensi Tantrum pada Anak 102

6.1. Lima Tahun: Saatnya Mengakhiri Tantrum pada Anak

Bab 7. Waspadai dan Manfaatkan TV untuk Membantu Tumbuh Kembang Anak

7.1. Ketika Anak Asyik Menonton TV 116

7.2. Tips Menghindarkan Kecanduan TV 127

7.3. Manfaat Menonton TV yang Terarah bagi Anak 139

Bab 8. Kreativitas Ibu Untuk Anak

8.1. Anak Menginginkankan Ibunya Pintar dan Punya Kecakapan

8.2. Catatan Perkembangan Najmi (2) 154

Bab 9. Menggali Potensi Mengaji dan Membaca Alqur ’an 164

9.1. Mencari Momen dan Metoda yang Tepat untuk Mengajarkan Anak Megaji

Bab 10. Kesimpulan 177 Referensi

Tanggapan Buku Ini oleh Pembaca

Tentang Penulis

Tentang Ilustrator

Bab 1

Anak adalah Amanah dari Allah

Anak adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT. Kehadiran mereka di dalam keluarga adalah sesuatu yang dinantikan. Kehadiran anak merupakan salah satu sisi yang membawa kebahagian untuk kedua orangtua.

Kehadiran anak merupakan karunia dan rahmat dari Allah SWT. Anak merupakan amanah dari Allah yang diberikan kepada kedua orangtuanya. Kehadiran anak akan membawa keuntungan yang besar jika amanah tersebut dipelihara dengan baik.

Orangtua seharusnya memahami bahwa anak adalah investasi masa depan, baik di dunia maupun di akhirat. Anak yang baik dan berbakti tentu akan menjadi penolong bagi orangtuanya, sedangkan anak yang durhaka akan menyusahkan orangtua, masyarakat dan mungkin juga negara.

Anak yang baik dan berbakti tidak terbentuk secara spontan. Mereka memerlukan bimbingan, latihan, dan pendidikan yang harus dikenalkan sejak usia dini, hingga akhirnya melekat dalam kepribadiannya dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu anak harus diwarnai dengan pendidikan yang baik oleh orangtuanya di rumah, oleh gurunya disekolah, dan lingkungan. Pendidikan yang linier antara keluarga, sekolah dan masyarakat sangat membantu sekali menuju terbentuknya pribadi yang baik, disiplin dan bertanggung jawab.

Dari semua lingkungan pendidikan yang ada, rumahlah yang menjadi sekolah pertama bagi anak. Di rumah mereka pertama kali mengenal dunia, mengenal kata, dan mengenal benda. Mereka juga mengenal kehidupan dan tingkah laku orang-orang yang terdekat dan menyayanginya. Sehingga, sangat penting sekali agar orangtua memperhatikan pendidikan anak-anaknya di rumah.

Orangtua hendaklah menjadi tokoh panutan anak, berprilaku baik, dan memberikan contoh yang baik buat anak dalam segala tindak tanduk, sikap dan ucapan. Orangtua sebaiknya menyenangkan bagi anak, dan tidak mendidik anak secara otoriter. Orangtua sangat berperan dalam membentuk kepribadian, karakter anak dan membentuk pola pikir anak.

Rasulullah telah bersabda: ''setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka kedua orangtuanyalah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi. ”

Kedua orangtua berkewajiban mendidik, mengarah dan mengasuh agar anak menjadi individu yang saleh, salehah dan berakhlak mulia. Apabila kewajiban ini dilaksanakan dengan baik oleh kedua orangtua dan pendidik, kelak anak akan merupakan kebahagian di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT: Hai orang- orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak Kedua orangtua berkewajiban mendidik, mengarah dan mengasuh agar anak menjadi individu yang saleh, salehah dan berakhlak mulia. Apabila kewajiban ini dilaksanakan dengan baik oleh kedua orangtua dan pendidik, kelak anak akan merupakan kebahagian di dunia dan akhirat. Sebagaimana firman Allah SWT: Hai orang- orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak

Jika amanah dan pemberian ini tidak diperlihara, pendidikan dan akhlaknya tidak diarahkan dengan pengarahan yang baik dan sungguh-sungguh, maka anak-anak itu akan menjadi sumber mala petaka. Bencana akan datang terhadap dirinya, keluarganya dan masyarakatnya.

Pendidikan anak secara Islami mestilah dilakukan sejak dini. Semakin awal anak diperkenalkan sholat dan mengaji akan semakin baik dampaknya. Karena keadaan anak lebih dekat dengan fitrahnya.

Pesan Ibnu Sina r.a : “ketika anak telah diasuh oleh ibunya, maka ajarkanlah adab-adab Islam sebelum ia diserang oleh nilai-nilai yang buruk. ”

Imam Al-Ghazali menekankan bahwa tujuan pendidikan bukanlah untuk mencari rezeki di dunia, tetapi sampai hakikat ilmu yang sebenarnya dan akhlak yang sempurna.

Dalam buku ini akan dituturkan bagaimana mengeksplorasi (menggal i ) potensi anak sejak usia dini. Penelitian dilakukan terhadap anak berusia 4 tahun hingga mendekati 5 tahun. Cerita

diangkatkan dari alur kehidupan anak. Penulis juga mengupas diangkatkan dari alur kehidupan anak. Penulis juga mengupas

Dalam buku ini juga diceritakan bagaimana peran aktif orangtua dalam menemukan metode-metode yang tepat dan disukai anak, sehingga akhirnya program orangtua terhadap anak bisa berjalan. Penulis juga menuturkan metode dan teknik mengajarkan mengaji bagi anak yang tinggal di luar negeri yang bukan Negara Islam, namun akhirnya anak terpikat untuk rajin belajar Iqraq.

Meskipun banyak orang yang berkata bahwa suatu metode belum tentu cocok untuk anak lain, tapi membaca buku ini insyaAllah akan memberikan warna, getaran berpikir, inspirasi dan kekuatan untuk berbuat yang lebih baik dan mampu menjawab berbagai permasalahan

InsyaAllah orangtua yang memperhatikan tahap tumbuh kembang anaknya, dan menangani langsung anak-anaknya bisa menjadi peneliti dan menemukan metode pengasuhan yang baik untuk anak-anaknya sendiri.

anak

Anda.

Gambar 1. Lukisan Najmi saat dia masih berumur kurang dari 5 tahun. Ini adalah salah satu karyanya di komputer. Memang dari 4 tahun papinya telah mengenalkan software menggambar sederhana untuknya.

Paling kurang buku ini menggerakkan Anda untuk bergiat menjadi psikolog bagi anak-anak Anda. Karena bagaimanapun juga, orangtua khususnya Ibu adalah orang yang sangat paham akan anak-anaknya.

Banyak pembaca yang mempunyai anak mengaku sangat terinspirasi dengan hadirnya buku ini. Banyak juga yang menerapkan kiat dan cara sang ibu di buku ini untuk menggali potensi anaknya. Dan seorang mahasiswa di Indonesia pernah menyampaikan kepada penulis, bahwa buku ini dijadikan sebagai salah satu referensi untuk pendidikan anak usia dini (PAUD) di Indonesia.

Tentu saja karya ini tidak bisa memuaskan semua pembaca. Masih banyak kekurangannya dibandingkan dengan seorang pakar yang menguasai khusus ilmu tentang mendidik anak.

InsyaAllah bila kita kaum ibu sepakat untuk peduli dan mau menggali potensi anak (dalam artian luas), maka melalui peran Ibu bisa tercipta generasi masa depan yang tangguh, baik tangguh secara ilmu sains, agama, dan kecakapan berkaryanya.

Anak yang sejak kecil sudah mempunyai potensi, insyaAllah besarnya nanti ia tak akan pernah membuang waktunya. Ia akan tahu bahwa satu detik saja juga merupakan kesempatan untuk meningkatkan potensi dirinya. Artinya apa? insyaAllah besar nanti, ia bisa survive di lingkungannya, dengan potensi dan kecakapan yang ia punyai, dan semoga saja menjadi salah satu upaya untuk memberantas korupsi, dari segi keberadaan dan kiprah kaum Ibu di dalam rumah tangga.

Bukankah akan diperoleh suatu hasil yang sangat besar bila diukur dari skala nasional? Sehubungan dengan hal di atas maka saya ingin mengatakan, “Wahai kaum Ibu ayo bangkitlah!”

“Mari kita sama sama bergiat menggali potensi diri anak-anak kita. InsyaAllah, Allah tidak akan pernah lalai dalam menghargai setiap perjuangan umatNya. ”

“Bila menanam biji tomat maka akan tumbuh tanaman tomat.”

Allah tidak akan pernah salah dengan menumbuhkan padi dari biji tomat, dan seterusnya untuk tanaman lain. Artinya apa? Allah akan menghargai usaha umatNya sesuai dengan usaha awal dan perjuangan kita. Maka logikanya, bila kita tidak mau repot untuk menanamkan pengajaran dan semua nilai-nilai yang baik kepada anak sejak dini, maka jangan pernah bermimpi si-anak akan menjadi seseorang yang baik, dengan segudang prestasi, keIsaman yang kuat dan nama besar. Yakinlah itu!

Semoga kita sebagai orangtua bisa mengemban amanah ini, agar kelak kita bisa mempertanggung jawabkannya dihadapan Allah, Aamiin. Yuk tetap semangat!!!

Bab 2

Menggali Potensi Anak dalam Menggambar dan Berkarya

(Kisah nyata dalam bab ini menuturkan bagaimana cara menggali dan menumbuhkan kreativitas menggambar dan berkarya anak).

Gambar 2. Sejak Najmi berusia kurang dari 2 tahun, ia telah terbiasa memegang crayon, dan alat tulis lainnya. Terlihat Najmi menggambar di sebuah toko baju, Comme Ca Ism, di dekat rumahnya Minamimachida, Machida-Shi, Tokyo.

2.1. Jangan Remehkan Corat-Coret Anak Anda

Mengikuti perkembangan Najmi di usia 4,8 tahun membuahkan suatu pelajaran yang menarik. Bagaimana tidak, di usianya yang belum mencapai 5 tahun, bakatnya sudah mulai kelihatan. Najmi sudah bisa menuangkan cerita melalui gambarnya, walaupun gambar-gambar yang dibikinnya masih jauh dari sempurna, tapi untuk anak seusianya hasil tersebut sudah bisa dikatakan bagus. Hal ini berdasarkan penilaian orang-orang yang melihat karya Najmi, entah sebagai support (dukungan) atau basa basi, tapi saya sendiri menilai juga begitu.

Semuanya melalui proses, Najmi pun begitu. Aktivitas menggambar yang sekarang sudah menjadi kegiatan rutin Najmi, tidak muncul dengan sendirinya. Najmi kecil sejak usia 9 bulan mulai pergi ke sekolah, karena Maminya harus melanjutkan study doktornya di jurusan Innovative and Engineered Material di Tokyo Institute of Technology (TIT), Jepang. Persisnya, setelah usia 10 bulan Najmi diantar pagi dan dijemput sore hari oleh Maminya.

Sejak usia kurang dari 6 bulan Najmi telah dikenalkan dengan alat tulis oleh Maminya. Saat Maminya belajar, Najmi pun diikutkan belajar. Najmi senang bikin corat-coret di kertas atau jurnal milik Maminya. Bagi sang Ibu asalkan Najmi bisa merasa senang, kertas atau pun makalah yang dicoret anak tak menjadi masalah. Kalau lusuh tinggal diprint lagi, begitu jalan pikiran sang Ibu.

Buku dan alat tulis adalah salah satu mainan Najmi sejak bayi. Mami dan Papinya senang membelikan buku bacaan sejak Najmi berusia nol tahun. Walaupun Najmi belum mengerti, tapi warna- warni pada buku bergambar membuat Najmi jadi tertarik. Bila di rumah, pada saat Ibunya bekerja, Najmi ditempatkan di tempat mainannya. Di sana tersedia buku-buku yang mudah dijangkau oleh Najmi. Bila hari libur, kerap kali sang Ayah membacakan buku-buku berbahasa Jepang kepada Najmi.

Sejalan dengan itu, sensei (guru) Najmi di sekolah, juga sering membacakan buku buat murid-murid tiap hari. Bahkan di sore hari menjelang anak-anak dijemput orangtua mereka, disediakan tumpukan buku dalam kotak besar oleh gurunya. Sehingga anak- anak mudah mengambilnya. Najmi pun suka membuka halaman demi halaman buku tersebut. Terkadang bila Maminya menjemput, Najmi masih harus menamatkan buku yang sedang dipegangnya.

Jadi dari kecil Najmi telah dekat dan bersahabat dengan buku.

Kujungan rutin ke Comme Ca Ism dan toko buku

Pada hari libur, dan setiap Sabtu atau Minggu, kerap kali orangtua Najmi membawanya ke Toko Comme Ca Ism, karena di sana ada meja menggambar buat anak-anak. Dulu, saat Najmi belum bisa menggambar, Mami dan Papinya selalu mendudukan Najmi di kursi seperti anak lainnya. Di sana Najmi dituntun untuk membuat gambar atau corat-coretan yang dia suka.

Pelayanan yang disediakan oleh toko ini cukup menarik. Di atas meja kayu yang dirancang khusus untuk anak, disediakan buku gambar polos, crayon dan permen buat anak-anak. Sehingga para ibu dapat dengan asyik melihat-lihat barang dagangan atau berbelanja.

anak-anak punya kegiatan menggambar sendiri atau didampingi oleh Ayah mereka.

Sementara

itu

Namun pelayan toko tak pernah marah walaupun si Ibu tidak berbelanja,

ikut menggambar dan menggunakan sarana yang disediakan toko. Mereka tetap mengucapkan arigatou gozaimashita (terimakasih) atas kesediaan berkunjung ke toko mereka. Bahkan kami sering luluh dengan pelayanan mereka. Karena Najmi sering menggambar bebas di sana, terkadang kami ikhlas membeli sesuatu, setidaknya satu buah sendok seharga 100 yen (Rp. 7,000).

sedangkan

anaknya

Selain menggambar di Comme Ca Ism, toko buku juga merupakan kunjungan rutin bagi Najmi setiap minggu. Di toko buku Najmi pun betah berjam-jam membaca buku. Di sini anak-anak bisa membaca buku yang disukainya. Juga disediakan ruangan khusus untuk anak bermain dan membaca buku. Karena Najmi belum bisa membaca, sang Papi membantunya untuk membacakan buku bacaan yang dipilih Najmi. Sedangkan Mami asyik menikmati buku-buku atau majalah wanita, misalnya buku masakan, menjahit, interior, dan buku parenting.

Bila ke toko buku tak harus selalu membeli buku, namun Najmi lebih sering minta dibelikan buku. Tapi mereka pelayan toko tidak pernah marah sama sekali meskipun pengunjung tidak membeli buku, dan mereka tetap berterimakasih atas kedatangan pengunjung.

Di Jepang memang berlaku bahwa pengunjung atau tamu adalah raja. Mereka para pelayan toko sangat ramah dalam menerima tamu. Sebagi pelayan toko, mereka memperlakukan siapa saja dengan baik tanpa melihat orang dari segi tampilannya. Mereka selalu menyapa siapa saja yang datang, dan mengucapkan terimakasih pada setiap pengunjung yang meninggalkan toko meskipun tidak membeli. Dengan keramahan sperti itu membuat pengunjung senang dan bahkan tertarik untuk membeli.

Namun bagaimana dengan di Indonesia?. Dulu penulis sering kena tegur oleh pelayan toko karena lama membaca, dan tidak membeli buku. Semoga ini bisa memberikan masukan bagi kita, untuk menciptakan masyarakat yang cinta buku, layanan toko buku juga harus diperbaiki.

Sumber buku Najmi yang lain

Najmi juga sering dibawa oleh Mami dan Papinya ke “Book of”. Di sini harga buku jauh lebih murah dari pada toko buku. Book of ini tersebar di seluruh Jepang, tokonya luas sekali, dan dikelola dengan cara yang profesional.

Papi juga mendaftarkan Najmi untuk berlangganan buku “Shimajiro,” tiap bulan. Najmi mulai berlangganan sejak usia 2,5 tahun. Buku ini bertema mengajarkan kehidupan pada anak kecil untuk bisa mandiri dan mengerti aturan umum yang berlaku di Jepang. Saya nilai bukunya cukup interaktif dengan anak, unik dan mengundang anak untuk berkarya. Dengan demikian anak menjadi terpikat dan cinta akan buku sejak kecil.

Beberapa buku Najmi dibeli ketika ada bazaar di Suzukakedai. Lokasinya dekat dengan apartment (kontrakan) kami yang lama. Hanya 5 menit dengan sepeda, kami sudah sampai di lokasi bazaar. Bazaar di Jepang berbeda dengan bazaar di Indonesia yang hanya menjual barang baru. Saat bazaar mereka menjual barang yang tak mereka butuhkan lagi, dengan harga yang sangat murah sekali, meskipun baru. Makanya bazaar merupakan suatu kesempatan menarik untuk mendapatkan barang bagus tapi dengan harga murah meriah sekali. Baik orang Jepang maupun orang asing suka hunting (memburu) barang ketika ada bazaar.

Sumber buku Najmi yang lain adalah dari gomi (sampah), yang ditemukan pada hari sampah kertas. Di Jepang sampah tidak selalu berarti barang yang harus dibuang, tapi juga mencakup barang yang tidak dipakai lagi oleh siempunya, meskipun masih sangat bagus sekali. Biasanya barang bagus dibuang dalam keadaan rapi dan terbungkus, agar yang berminat bisa mengambil dan langsung membawanya. Dan tak jarang alat-alat listrik untuk rumah tangga pun dibuang dengan cara seperti itu. Namun Sumber buku Najmi yang lain adalah dari gomi (sampah), yang ditemukan pada hari sampah kertas. Di Jepang sampah tidak selalu berarti barang yang harus dibuang, tapi juga mencakup barang yang tidak dipakai lagi oleh siempunya, meskipun masih sangat bagus sekali. Biasanya barang bagus dibuang dalam keadaan rapi dan terbungkus, agar yang berminat bisa mengambil dan langsung membawanya. Dan tak jarang alat-alat listrik untuk rumah tangga pun dibuang dengan cara seperti itu. Namun

Suatu kali ayah Najmi pulang bekerja, sekitar jam 8 malam. Ketika bersepeda dari kampus TIT menuju rumah kami, ia melihat ada buku yang terletak rapi dalam satu ikatan tinggi di pinggir jalan, di tempat sampah kertas. Nenek yang membuang buku itu masih ada di sana. Ia adalah tetangga kami, dan cucunya sangat senang bermain dengan Najmi. Bahkan pernah ia meminta izin untuk mengambil foto Najmi, dan beerapa hari kemudian print-an hasil foto itu sengaja ia antarkan ke kontrakan kami. Tentu kami sangat berterimakasih sekali.

Sehubungan dengan buku di atas, Nenek itu berucap, “Maaf, cucu saya sudah besar dan ia sudah tidak butuh lagi buku-buku ini. Kalau ada yang tertarik dengan buku-buku ini silahkan diambil. Ayo buruan karena sepertinya mau hujan. ”

Karena kami mempunyai anak tentu saja sang ayah tertarik untuk membuka ikatan buku tersebut. Ternyata buku bergambar untuk anak-anak seusia Najmi, dan semuanya masih sangat bagus dan rapi sekali.

Tanpa ragu ayah Najmi langsung mengambilnya. Tentu saja tidak lupa mengucapkan terimakasih banyak kepada si nenek, tetangga kami itu.

Jadi buku-buku yang kami suguhkan kepada Najmi tidak selalu buku baru semuanya.

Najmi sangat menyukai karakter menarik apa saja dari kecil. Ia menyukai hampir semua karakter unik, tidak hanya karakter kartun Jepang. Dia sering meminta ibu atau ayahnya untuk membuatkan gambar usagi-chan (kelinci), Anpanman (karakter Jepang), Kitty, Minny, Mickey dan masih banyak yang lainnya. Pendeknya, dia suka semua karakter-karakter lucu.

Gambar 3. Najmi dan karakter

Bahkan Najmi punya boneka kesayangan. Ia memberi nama bonekanya itu dengan Ning-ning, Nang-nang dan Nong-nong. Ia Bahkan Najmi punya boneka kesayangan. Ia memberi nama bonekanya itu dengan Ning-ning, Nang-nang dan Nong-nong. Ia

Bila berbelanja di supermarket, Najmi memilih sesuatu yang ada karakternya. Misalnya ketika membeli minuman atau kue, pilihan pertama jatuh pada karakternya, bukan unsur rasanya. Bila makanan itu halal, maka ibu dan ayahnya mengizinkan Najmi untuk membelinya.

Apalagi di Jepang, semua produk barang dibikin unik dan menarik, penuh karakter lucu. Terutama pada peralatan anak, seperti baju, celana, kaos kaki, tas, buku, peralatan menulis, dan berbagai perlatan anak lainnya dibubuhi dengan karakter tertentu. Misalkan saja Anpanman, karakter yang paling banyak disukai oleh anak kecil hingga SMP.

Karakter Anpanman menyeluruh ditemukan dalam berbagai produk mainan anak, perlengkapan anak dan pakaian anak. Mulai dari mainan sederhana dan berukuran kecil, hingga mainan besar, seperti sepeda anak. Mulai dari sikat gigi anak, peralatan makan, baju, celana, sepatu payung, tas, jacket dibubuhi gambar Anpanman. Ini baru dari satu karakter, belum lagi karakter yang lainnya. Tampaknya

berlomba mencari ketertarikan di hati anak-anak.

semua produser

Bila di rumah, Najmi menemukan karakter dari buku-buku bacaan, boneka, mainan dan pada semua peralatan kepunyaannya. Terkadang juga melalui tontonan, baik TV ataupun VCD anak.

Tidak hanya di rumah, di sekolah pun Najmi dekat dengan berbagai karakter. Ia dapat mengenalnya dari buku-buku bacaan di sekolah yang sangat banyak jumlahnya. Berbagai sarana mainan dan peralatan sekolah juga dibubuhi berbagai jenis karakter.

Sensei (guru) Najmi terkadang menggunakan eperon (celemek) yang bergambar sebuah karakter unik. Terkadang ibu guru mengajarkan sebuah nyanyi tentang karakter kepada murid- muridnya.

Hal dipaparkan di atas, membuat bakat Najmi menjadi makin tersalurkan. Ia tidak susah untuk melihat dan mendapatkan karakter unik dan lucu setiap harinya.

Kecenderungan lain, Najmi sering menyimpan karakter unik yang diperolehnya dari mana saja. Apakah dari selebaran atau panflet, dari dalam kemasan roti, dari kartu yang diperoleh setelah ia naik kereta-keretaan atau yang lainnya, dan dari berbagai sumber lain. Ibu dan ayahnya pun menyalurkan bakat Najmi tersebut. Mereka ikut memelihara karakter yang disimpan Najmi, mesti meminta space di rumahnya.

Satu hal yang membuat nyaman, ahamduillah Najmi tidak maniak satu karakter khusus. Dan bagi kami terkadang karakter tersebut dijadkan sebagai alat untuk membangun komunikasi dengan Najmi, disamping menggai potensi menggambar dan berkaryanya

Saat 4 Tahun 4 Bulan Najmi Bisa Menggambar

Sejak Najmi bisa berjalan (11 bulan), ia selalu membawa tas ke mana pun dia pergi. Di dalam tasnya penuh berisi alat tulis. Semua alat tulis kedua orangtuanya yang sempat diketahuinya, dikumpulkan dan dijadikan miliknya.

Terkadang, orangtua Najmi harus diam-diam mengurangi isi tasnya yang penuh dengan berbagai macam alat tulis. Sebab tasnya terlalu berat untuk disandang oleh anak seusia Najmi.

Gambar 4. Najmi kecil selalu kemana ia pergi membawa tas yang berisi banyak sekai alat tulis.

Seiring dengan berjalannya waktu, Najmi pun terus mengalami kemajuan. Berawal dari corat-coret yang dibuat semasa berusia nol tahun, kebiasaan memegang buku, dan menyukai karakter yang bersatu di dalam otak Najmi. Dan semua kegiatan itu dipelihara secara terus menerus oleh Najmi dengan dukungan orangtua. Akhirnya saat berusia 4 tahun 4 bulan, ia secara spontan memperlihatkan kemampuannya.

Gambar 5. Coretan “guru-guru mawatte” Najmi ketika berumur 1 tahun 9 bulan.

Bisa jadi, sebelumnya Najmi sebatas merekam semua yang disukainya di otaknya. Namun, sejak ia mampu menggerakkan crayon dan pensil berwarna secara utuh, rekaman yang sudah ada di otaknya secara otomatis tercurahkan melalui gambar.

Orangtua Najmi sangat kaget, ketika pertama kali melihat karya Najmi yang sudah berwujud gambar. Sejak lahirnya karya pertama Najmi, ibu dan ayahnya selalu memberi support (dukungan). Ibu atau ayahnya berusaha Orangtua Najmi sangat kaget, ketika pertama kali melihat karya Najmi yang sudah berwujud gambar. Sejak lahirnya karya pertama Najmi, ibu dan ayahnya selalu memberi support (dukungan). Ibu atau ayahnya berusaha

Gambar 6. Najmi saat ia berusia 4 tahun 8 bulan (Najmi lahir 13 Juni 2002, seperti tertulis, gambar di atas dibuatnya pada tanggal

27 Februari 2007

Setiap gambar Najmi selalu dikumpulkan maminya, dan dimasukkan ke dalam map khusus berisi karyanya. Ibunya juga mengambil foto karya-karya Najmi, dan dimasukkan ke dalam homepage-nya. Dengan demikian Najmi pun terus berkreasi melihat dukungan orangtuanya.

Gambar 7. Map khusus berisi karya Najmi. Sejak ia mulai mengoret, hingga saat ini sudah sangat banyak sekali, mungkin lebih 15 map file seperti di atas. Ada yang berisi 40 halaman, ada yang kecil dan ada yang berukuran besar. Terus terang kami kewalahan menangani karya-karya ini. Cita-citanya semuanya ingin dibukukan, ada untuk konsumsi umum, dan ada yang khusus untuk perpustakaan keluarga kami.

Alat Tulis Najmi

Peralatan untuk menulis dan kertas gambar untuk Najmi selalu disediakan oleh ibu dan ayahnya, demi memupuk bakatnya. Padahal alat tulis yang digunakan Najmi terkadang belum pantas untuk anak seusianya. Tapi melihat keseriusannya, orangtuanya terkadang tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Najmi mempunyai beraneka ragam alat tulis, seperti spidol, crayon dan pensil berwarna. Bila berbelanja ke supermarket ia senang melihat alat-alat tulis dan buku untuk menggambar. Najmi Najmi mempunyai beraneka ragam alat tulis, seperti spidol, crayon dan pensil berwarna. Bila berbelanja ke supermarket ia senang melihat alat-alat tulis dan buku untuk menggambar. Najmi

Gambar 8. Alat tulis Najmi, sengaja ditempatkan oleh ibunya di tempat yang gampang diambil oleh Najmi.

Terkadang orangtua Najmi juga mengunjungi “hyakuen shop” (toko seratus yen). Di toko ini prinsipnya semua barang berharga 100 yen persatuannya. Namun untuk barang tertentu ada yang berharga di atas 100 yen, tetapi tetap jauh lebih murah dibandingkan dengan harga di supermarket. Orangtua Najmi juga membelikan kebutuhan alat tulis dan buku gambar di hyakuen shop. Jarak toko itu dari rumah mereka tidak jauh, hanya sekitar

15 menit dengan sepeda.

Najmi Tidak Pernah Membuang Waktu

Dengan adanya kegiatan menggambar, Najmi tidak pernah membuang waktu di manapun berada. Baik di rumah ataupun di luar rumah. Ibu dan ayahnya pun sangat bersyukur sekali karena Najmi mempunyai kegiatan sendiri.

Sekarang ini menggambar menjadi kegiatan rutin bagi Najmi. Bila berpergian ia selalu membawa alat tulis. Dan bila ada kesempatan, Najmi langsung membuka tas dan mengeluarkan kotak pensilnya yang berisi alat tulis, dan ia segera menggambar.

Gambar 9. Najmi menggambar saat ibunya mengurus suatu keperluan di KBRI. Ia anteng menggambar.

Alhamdulillah, Najmi tidak pernah rewel lagi sejak ia bisa menggambar dengan

rumah selain membaca, menggambar menjadi kegiatan kesukaan Najmi. Semoga dari hari kehari potensi Najmi semakin meningkat, baik dalam berkarya maupun kemampuan belajar yang lainnya.

baik. Di

Semoga penuturan ini bermanfaat bagi kita semua. Khususnya bagi Najmi, melalui penuturan ini ia dapat mengenal catatan kehidupannya, dan proses yang dialaminya.

Tulisan ini juga menjadikan bahan pelajaran bagi orangtua Najmi dalam mengikuti perkembangan ke depannya, setidaknya satu hal sudah dapat dibaca. “Berawal dari coretan, sekarang sudah menjadikan karya nyata. ”

Bagi pembaca yang memiliki balita, belajarlah untuk menghargai karya anak, walau sekecil apapun. Dari tindakan menghargai, anak akan senang dan akan semakin bersemangat untuk terus berkarya. Mari kita pupuk dan kembangkan potensi anak-anak kita untuk terus berkarya. Dengan berkarya mereka akan dapat menjalankan hari-hari mereka dengan baik dan penuh manfaat. Semoga mereka lebih baik dari kita hendaknya, amin yarabbal ‘alamiin.

Dari penuturan di atas, ada beberapa hal penting yang perlu dicatat:

1. Pengaruh buku sangat besar dalam memunculkan bakat anak. Orangtua Najmi mengenalkan buku dan alat tulis sejak dari dini kepadanya, sejak Najmi masih bayi. Mereka juga mengenalkan berbagai mainan menarik buat anak. Setelah anak merespon mereka mengarahkan dan membantu tumbuh dan berkembangnya bakat anak. Selanjutnya mereka 1. Pengaruh buku sangat besar dalam memunculkan bakat anak. Orangtua Najmi mengenalkan buku dan alat tulis sejak dari dini kepadanya, sejak Najmi masih bayi. Mereka juga mengenalkan berbagai mainan menarik buat anak. Setelah anak merespon mereka mengarahkan dan membantu tumbuh dan berkembangnya bakat anak. Selanjutnya mereka

2. Bakat anak tidak terlihat dan muncul secara spontan, tetapi ada proses yang dilalui oleh anak. Oleh karena itu orangtua jangan meremehkan karya anak, sekecil apapun karya anak berikanlah penghargaan agar mereka terus berkarya dan bersemangat. Seperti yang diceritakan di atas, “Dulu Najmi hanya mulai mencorat- coret, tanpa rupa dan wujud.” Sesuai dengan kesibukan dan style (gaya) hidup orangtuanya, di mana saat orangtuanya belajar Najmi pun diajak belajar, bila weekend (akhir pekan) Najmi diajak ke toko yang menyediakan meja menggambar khusus buat anak-anak. Najmi juga sering diajak ke toko buku oleh orangtuanya. Ternyata dengan semua kegiatan itu menyebabkan bakat Najmi terpupuk. Akhirnya karena kegiatan rutin yang selalu dipelihara, Najmi jadi bisa menggambar.

3. Orangtua berperan penting dalam menemukan bakat anak, orangtua harus memberikan support terhadap kecenderungan anak. Sebaiknya orangtua juga memberikan kesempatan untuk menyalurkan bakat anaknya, misalnya Najmi yang menyukai karakter unik dan lucu, orangtuanya tidak melarangnya, karena itu memang ketertarikan anaknya.

4. Terlihat efek positif bila anak bisa berkarya, misalnya dalam hal ini Najmi senang membaca buku dan bisa menggambar. Bila berpergian bersama orangtuanya, ia tidak pernah rewel, karena dia punya kesibukan sendiri. Dengan begini anak tidak 4. Terlihat efek positif bila anak bisa berkarya, misalnya dalam hal ini Najmi senang membaca buku dan bisa menggambar. Bila berpergian bersama orangtuanya, ia tidak pernah rewel, karena dia punya kesibukan sendiri. Dengan begini anak tidak

5. Saya menyarankan, agar orangtua memupuk kecenderungan baik yang muncul dari anak. Siapa tahu dikemudian hari akan membuahkan suatu keahlian tersendiri pada anak.

6. Dari penuturan di atas terbukti bahwa bakat bukanlah sesuatu yang diturunkan secara genetika, namun muncul melalui proses. Orangtua Najmi tidak mempunyai keahlian menggambar, bahkan gambar ibunya saat ini kalah oleh Najmi. Najmi bisa menggambar karena melalui proses yang panjang, ia terus mencoret dan menggambar, juga dengan adanya dukungan orangtua, dan lingkungan, akhirnya Najmi bisa menggambar.

7. Di Jepang, terlihat dukungan lingkungan besar terhadap perkembangan anak. Anak suka sesuatu yang unik, maka produsen menciptakan produk-produk yang menarik untuk anak dan sangat spesial. Dalam hal apapun kebutuhan anak dibubuhi karakter unik dan lucu, tidak saja dalam buku bacaan anak. Anak menempati perhatian yang tinggi di masyakarakat. Selain itu di toko tertentu di sediakan meja gambar khusus untuk anak. Di toko buku juga disediakan tempat membaca dan arena bermain anak. Suatu sistem yang linier ditemui oleh anak, mulai dari rumah hingga ke lingkungannya. Alangkah bagusnya bila di Indonesia juga diterapkan sistem yang demikian. Sudah saatnya kita meniru 7. Di Jepang, terlihat dukungan lingkungan besar terhadap perkembangan anak. Anak suka sesuatu yang unik, maka produsen menciptakan produk-produk yang menarik untuk anak dan sangat spesial. Dalam hal apapun kebutuhan anak dibubuhi karakter unik dan lucu, tidak saja dalam buku bacaan anak. Anak menempati perhatian yang tinggi di masyakarakat. Selain itu di toko tertentu di sediakan meja gambar khusus untuk anak. Di toko buku juga disediakan tempat membaca dan arena bermain anak. Suatu sistem yang linier ditemui oleh anak, mulai dari rumah hingga ke lingkungannya. Alangkah bagusnya bila di Indonesia juga diterapkan sistem yang demikian. Sudah saatnya kita meniru

8. Untuk menghasilkan anak berbakat, maka tidak harus dengan modal yang besar. Najmi tidak harus mengkonsumsi buku baru, yang bekas pun disukainya, asalkan menarik. Juga peralatan menulis dan menggambar untuknya, tidak semuanya harus yang mahal. Orangtua Najmi juga berbelanja di toko murah, toko seratus yen. Bahkan Najmi juga terkadang sering

kertas bekas untuk menggambar, kondisi ini dapat ditemui dalam penuturan selanjutnya. Jadi sebenarnya anak-anak bisa daiajak untuk hidup dan bersikap sederhana.

menggunakan

Wassalam Mamianak Tokyo 070227

Gambar 10.Salah satu karya Najmi

2.2. Tak Bisa Diam Bila Melihat Kertas

“Najmi, jangan dibuka itu. Itu kan punya Papi, Nak…!” Najmi tidak menghiraukan larangan ibunya. Ia terus membuka kertas A4 recycle copypaper yang baru di bawa ayahnya kemarin.

“Datte, kore anak-chan no mono da yo (Ini kan punya anak),” kata Najmi.

Najmi akhirnya berhasil membuka sampul kertas A4 itu dengan sobekan yang tidak beraturan. Najmi pun mengambil seperlima bagian kertas print dari satu rim kertas baru itu. Dia menempatkannya di keranjang buku dan peralatan tulisnya sendiri. Najmi terlihat senang dan gembira mendapat segepok kertas. Dia tampak senang sekali, ia seperti mendapatkan sesuatu yang dimintanya.

Ya, sebenarnya ibunya tidak serius untuk melarang Najmi mengambil kertas itu. Apalagi harga kertas masih sangat terjangkau. Sebelumnya, ibunya sudah tahu kalau sang ayah membawa kertas itu untuk Najmi, berkarya. Najmi pun begitu, meskipun disebut kertas itu punya ayahnya, tapi ia tahu bahwa apapun yang dimintanya, yang berhubungan dengan buku, kertas atau pena, tidak pernah ditolak ayahnya. Paling ibunya yang membatasi untuk tidak membelikan hal apa yang diminta Najmi. Tujuannya agar ia sedikit mengerti dan belajar untuk menunda suatu keinginan.

Buat apa kertas print itu bagi Najmi? Ya, seperti biasa ia ingin melanjutkan hobinya melukis. Kebutuhan anak dan orangtua sudah hampir sama. Biasanya kertas itu hanya ibu dan ayahnya yang menggunakan, tapi sekarang sudah menjadi kebutuhan Najmi juga. Najmi tidak hanya menggambar di buku gambar, tetapi juga di kertas A4 yang biasa digunakan orangtuanya untuk mem-print.

Posisi telpon yang sekaligus berfungsi sebagai mesin faksimil, ada di atas meja kecil di kamar kerja kami. Kertas A4 yang diletakkan di mesin faksimil pun tak pernah luput dari pandangan Najmi. Dia selalu meraihnya untuk media gambar atau kerajinan tangannya. Sehingga bila ada yang mau mengirim fax, ibu atau ayahnya harus mengisi kertasnya dulu.

Dulu pernah ayah Najmi membuatkan program untuk menerima fax lewat komputer. Tapi sekarang programnya sedang tidak ada, karena komputer baru diservis, dan programnya belum diinstall ulang lagi. Dengan program itu mereka bisa tahu fax yang masuk begitu komputer dibuka, dan hasilnya pun tentu lebih jelas dari fax.

Setiap Sabtu sang ibu suka berberes-beres dan membuang sesuatu yang memenuhi rumah, karena memang harinya membuang gomi (sampah) kertas atau dus di mansionnya. Ya membuang majalah, selebaran promosi atau kertas print dari lab yang tidak terpakai lagi.

Tapi, begitu Najmi melihat ibunya membuang kertas putih, dia cepat beraksi sambil berkata, “Mami, kore wa iru da yo (Mami, ini masih kita perlukan). Mite Mami-chan, koko ni mada kaitenai yo? (Lihat Mami, ini masih belum ditulis, kan?) ”

Najmi berbicara sambil memperlihatkan halaman belakang kertas yang masih kosong kepada ibunya.

“Aduh maaf Nak!” Ucap ibunya sambil ketawa kecil.

Ada rasa malu dan bersalah bercampur aduk di dalam diri sang ibu. Selama ini ibunya mengajarkan Najmi untuk berhemat dan tidak mubazir, tapi nyatanya ia melanggar ucapannya sendiri. Terkadang ibunya boros dalam menggunakan kertas. Mentang- mentang kertas dapat diperoleh dengan gratis, dan tinggal print kalau di kampus. Ibunya juga sering menggunakan kertas hanya bagian depannya saja. Lagi pula kalau dibaca lebih mudah, tanpa harus bolak-balik, itu alasannya.

Sehubungan dengan hal di atas, untung saja Najmi tidak protes. Biasanya, dia selalu membalikkan nasehat sang ibu untuknya. Najmi bergerak mengumpulkan semua kertas yang akan dibuang ibunya, kali ini dia tidak langsung menggambar. Tapi Najmi meletakkan kertas tersebut di tempat bukunya, karena hari masih pagi dan ia belum sarapan.

Minggu kemarin ketika berbelanja di Carrefour, setelah dari stand mainan anak, tidak sengaja orangtua Najmi melewati arena peralatan menulis. Di sebelah kirinya ada jajaran pena. Di sana tersedia kertas untuk pembeli mencobakan pena yang akan dipilihnya, apakah bagus atau tidak.

Najmi melihat semuanya. Dia langsung mengambil pena dan menggambar di sana. Padahal kertasnya tidak lebar. Tapi dia bisa menyesuaikan gambar dengan ukuran kertas.

“Wah, kacau ini!” gumam sang ibu. Ayahnya hanya tertawa melihat anak gadisnya bereaksi.

“Nak udah ya, nanti petugasnya marah. Ini kan barang jualan!” sang ibu mengingatkan Najmi.

Najmi malah menjawab dengan santai, ”Mami-chan cotto yo! (Mami tunggu sebentar! ).”

Ya, itulah adanya Najmi yang belum mengerti sepenuhnya tentang banyak hal. Baginya, bila melihat kertas dan spidol atau alat tulis, langsung terlintas dalam pikirannya ingin menggambar.

Akhirnya orangtua Najmi sepakat untuk membeli pena. Ibunya memilih empat warna, dan ayahnya memilih dua warna pena. Harganya tidak terlalu mahal. Satunya 98 yen. Jadi ada belanja ekstra bagi orangtuanya saat itu, sebesar 6 x 98 yen.

Saat berbelanja pada hari yang sama, Najmi juga mendapat banyak rezeki. Selain satu helai kaos dalam baru, ada lagi rok kesukaannya, dan dua helai sweeter. Semuanya dibelikan orangtuanya dengan harga diskon.

Gambar 11. Gambar Najmi menggunakan kertas karton di dalam lipatan baju kaos yang baru dibeli.

Sesampai di rumah, Najmi langsung menanyakan baju kaos barunya, karena memang dia suka dengan gambar yang ada pada baju kaos itu. Najmi membuka sampul plastik kaos itu. Dia menemukan kertas karton pada bagian dalam lipatan kaos tersebut. Melihat ada kertas, tanpa berpikir panjang, ia langsung mengambil alat tulisnya yang sengaja ditata rapi oleh ibunya dan ditempatkan di bawah meja lesehan di ruang keluarganya. Najmi Sesampai di rumah, Najmi langsung menanyakan baju kaos barunya, karena memang dia suka dengan gambar yang ada pada baju kaos itu. Najmi membuka sampul plastik kaos itu. Dia menemukan kertas karton pada bagian dalam lipatan kaos tersebut. Melihat ada kertas, tanpa berpikir panjang, ia langsung mengambil alat tulisnya yang sengaja ditata rapi oleh ibunya dan ditempatkan di bawah meja lesehan di ruang keluarganya. Najmi

Memang sang ibu berusaha menempatkan peralatan menulis dan menggambar untuk Najmi di tempat-tempat yang strategis, dan sering dijamah oleh anaknya. Jadi ketika anak terlintas ingin menggambar,

ia cepat menjangkau alat tulis, dan mengekspresikan buah pikirannya melalui gambar. Kalau sarana berkarya untuk anak ditempatkan jauh, mungkin anak malas mengambil, atau ketika akan mengambil peralatan menulis, ada lagi sesuatu yang menarik, akhirnya keinginan awal untuk menggambar jadi teralihkan.

Dari penuturan di atas, lagi-lagi Najmi tidak tega melihat kertas kosong. Ia selalu teringat untuk membubuhi gambar pada setiap kertas yang dilihatnya.

Melihat aktivitas Najmi, orangtuanya hanya ketawa saja. Ibunya membiarkan Najmi dengan bakatnya, karena ia harus menyiapkan makan malam, saat itu.

Ya itulah Najmi, dia tidak bisa melihat kertas menganggur tanpa ada coretannya. Dia harus membubuhi gambarnya di setiap kertas yang dilihatnya. Tak peduli kertas bagus, kertas bekas, karton yang ia dapat setelah membeli baju pun digambarinya.

Semoga bakat Najmi bisa terus berkembang. Semoga Najmi makin hari makin bisa membuat cerita lewat gambar-gambarnya. Kreativitas dan inovasinya (pembaharuan) perlu terus dipupuk dan dikembangkan. Ibunya menyadari hal itu, dan harus waspada karena Najmi belum bisa membaca seutuhnya. Jangan sampai dokumen penting yang digambari oleh Najmi.

Pernah suatu hari ketika ibunya lengah, ia meletakkan begitu saja tasnya di samping Najmi. Padahal di dalam tas itu terdapat translate akte nikah untuk pengurusan visa sang ayah mengikuti gakkai (seminar) di Amerika. Tangan mungil Najmi langsung meraih akte itu. Tapi untung ayahnya datang, dan mengetahui aktivitas Najmi saat itu.