Keuntungan bilingual

5.2.Keuntungan bilingual

Dengan melakukan komunikasi bilingual, bahasa Ibu akan tetap terpelihara secara konsekuen di rumah dengan anak-anaknya. Dengan begitu anak-anak akan memiliki kemampuan untuk memisahkan dengan tegas kapan bahasa ibu dipakai dan kapan bahasa negara atau daerah setempat digunakan. Pada akhirnya kedua bahasa itu tumbuh dengan baik tanpa ada satu bahasa pun yang hilang.

Berdasarkan hasil penelitian dari berbagai group, menunjukkan bahwa siswa yang berbicara dengan lebih dari satu bahasa menunjukan hasil test akademik, dan prestasi yang lebih baik dari siswa yang menggunakan satu bahasa.

Lagi pula dengan mempelajari banyak bahasa, siswa dapat mempelajari budaya dan cara hidup bangsa lain, akibatnya memperluas

dan pengetahuannya. Keuntungan ini akan sangat dirasakan ketika tinggal di negara lain. Siswa yang paham dan mengerti bahasa setempat akan bisa beradaptasi.

kemampuan

berfikir

Menurut penelitian yang tertulis di wikipedia, hasil studi dari Lambert dan Peal di Universitas McGill di Montreal tentang “The relation of bilingualism to intelligence ”, ditemukan bahwa anak- anak yang tumbuh dengan dua bahasa, memiliki intelegensia (kecerdasan) lebih tinggi dari anak-anak yang tumbuh dengan satu bahasa saja.

Feldman dan Shen, juga Lemmon dan Goggin menemukan dalam studinya bahwa anak-anak yang tumbuh dengan dua bahasa dapat menyelesaikan ujian bahasanya lebih baik, karena mereka lebih mengerti struktur dan tata bahasa sebuah kalimat.

Apakah bilingual hanya berdampak pada anak- anak dan orang muda?

Sebuah artikel dari Bialystok di Universitas York Kanada, (Bilingualism, Aging, and Cognitive Control) memberitakan bahwa kemampuan belajar manusia dengan dua bahasa di masa tua tidak cepat luntur dibandingkan dengan manusia yang hanya berbicara dalam satu bahasa. Studi yang dilakukan juga membandingkan kinerja monolingual dan bilingual orang dewasa separuh baya dan yang lebih tua. Ternyata bilingual mengurangi efek negatif penuaan terhadap kontrol kognitif pada orang dewasa dan yang lebih tua.

Peserta bilingual juga mampu menjawab persoalan-persoalan yang diberikan dengan lebih cepat. Mereka mempunyai kemampuan menganalisis lebih efektif dari orang yang berbicara dalam satu bahasa.

Satu kenyataan sekarang adalah bahwa kedwibahasaan semakin biasa di banyak negara. Sensus di Kanada tahun 1996 melaporkan bahwa sekitar 11% dari orang Kanada berbicara dalam bahasa Inggris atau Prancis di rumah, selain satu bahasa lainnya. Di Amerika Serikat, dilaporkan bahwa 17,9% warga Amerika berbicara bahasa lain, selain bahasa Inggris.

Teori-teori yang telah ditemukan di atas menyanggah ungkapan para peneliti antara tahun 1950 - 1970-an yang mengatakan bahwa

bilingual menyebabkan intelegensia yang tidak berkembang. Studi itu sekarang dianggap tidak tepat.

Jadi ajaklah anak kita untuk berbicara dalam berbagai bahasa. Misalnya Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Bahasa Arab (kalau bisa) dan bahasa daerah kita. Bahasa dimana kita berada cukup didapatkan anak dari lingkungan. Misalnya pada saat tinggal di Jepang, biarkan anak di sekolah dan lingkungannya berbahasa Jepang, nanti kalau di Indonesia, biarkan anak dengan lingkungannya berbahasa Indonesia (atau ibu bapak hanya membantu membetulkan). Terapkan dan pertahankan bahasa Jepang di rumah ditambah bahasa lain, misalnya bahasa Inggris.

Bagi kita orang Indonesia, multibahasa (beragam bahasa) sangat mungkin sekali diterapkan. Sungguhpun orangtua tidak memahami bahasa negara lain, namun tetap bisa mengajak anak untuk menggunakan multibahasa. Misalnya seseorang yang tinggal di Jakarta, dapat menggunakan bahasa daerah dengan anak di rumah, sementara bahasa Indonesia cukup digunakan anak dengan orang di lingkungannya dan di sekolah. Sebaliknya bagi seseorang yang tinggal di daerah, bisa mengajak anak untuk berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, sedangkan bahasa daerah setempat cukup digunakan anak bila berinteraksi dengan orang lain. Ditambah dengan bahasa Arab, apakah dalam bentuk bacaan

sholat atau

membaca

Alqur ’an. Jadi sangat Alqur ’an. Jadi sangat

Suatu hal yang perlu diingat adalah jangan mencampurkan bahasa satu dengan bahasa lainnya, hal tersebut akan merusak bahasa anak. Misalnya, saya pernah mendengar Najmi mengatakan, “pedas kunai”, maksudnya dia ingin mengatakan, “tidak pedas”. Saat itulah ibu harus meluruskan bahasa anak. Mengajak anak untuk multilingual memang pada tahap awal akan membuat anak mencampur bahasa (karena keterbatasan kosa kata anak) tapi sebaiknya jangan dibiarkan.

Tulisan ini lahir setelah mengetahui hasil yang kami lihat dari anak sendiri. Bahkan, akhirnya kami mengetahui anak kami memiliki bakat untuk meningkatkan kemampuan bahasanya.

Ada yang mengatakan bahwa bahasa asing yang paling baik diajarkan untuk anak adalah bahasa Arab. Bila Ibu punya keahlian berkomunikasi dengan bahasa Arab, sebaiknya diajarkan. Namun kalau tidak, bagaimana mungkin mengajarkan pada anak. Maka tidak ada batasan yang tegas harus memaksakan bahasa Arab duluan dikenalkan kepada anak.

Silahkan mengenalkan bahasa asing yang kita ketahui, misalnya bahasa Inggris, bahasa Jepang, bahasa Jerman, Belanda, atau bahasa lain. Kepandaian orangtua akan terpelihara dan anak punya nilai tambah bisa berbahasa asing.

Semoga kemampuan berbahasa anak-anak kita lebih baik dari orangtuanya. Amiin. Wassalam Mamianak Tokyo 070427

Bab 6