Anak Menginginkankan Ibunya Pintar dan Punya Kecakapan

8.1. Anak Menginginkankan Ibunya Pintar dan Punya Kecakapan

“Mami kenapa kita harus makan?” “Mami … kenapa kok tiap waktu kita harus sholat?” “Mami … kalau bikin daun bunga itu gimana caranya?” “Mami … anak pingin makan tanjoubi cake (kue ulang tahun)…” “Mami … bikinin anak gerok (baju gaun, ini adalah bahasa khusus Najmi) Mami !”

Kalimat-kalimat seperti diatas sering muncul dari Najmi, yang menuntut jawaban serius tetapi mudah diterima anak. Ada perkataan anak yang meminta bantuan orang tua untuk membantu karyanya, misalnya anak minta dibikinin gambar. Ada juga permintaan anak yang menuntut keahlian orang tua, misalnya anak minta dibuatkan cake (kue) atau juga anak minta dibikinin baju.

Bila dianalisa arti dari ucapan anak di atas lebih dalam lagi, saya meny impulkan bahwa “Anak menginginkan Ibunya pintar dan punya kecakapan.”

Untuk menjadi Ibu, kita kaum hawa harus pintar terhadap anak. Karena anak akan bertanya kepada Ibu tentang apa saja yang dia tidak tahu. Mulai dari pertanyaan spele hingga pertanyaan yang Untuk menjadi Ibu, kita kaum hawa harus pintar terhadap anak. Karena anak akan bertanya kepada Ibu tentang apa saja yang dia tidak tahu. Mulai dari pertanyaan spele hingga pertanyaan yang

Anak akan mendatangi ibunya dalam kesulitan apa saja yang iya temukan. Anak juga akan meminta pertolongan apa saja yang anak maui kepada sang Ibu, misalnya berupa keterampilan yang dibikin anak dalam proses berkaryanya.

“Mami … anak nggak bisa mengguntingnya,” Najmi mendatangi Maminya ketika ada karton keras yang mau digunting Najmi untuk membuat kerajinan tangan.

Suatu ketika Najmi menerima selebaran dari gurunya. Selebaran itu

membuat khubus. Najmi mengguntingnya sendiri, namun dia belum bisa membentuknya menjadi khubus. “Mami bagaimana cara menempelnya biar jadi kotak kayak digambar ini?, ” Najmi datang meminta bantuan pada Maminya. Mami pun membantu menempelkan kertas itu dengan selotip, hingga terbentuk sebuah khubus. Najmi tampak senang sekali.

ternyata berisi

prakarya

Ketika Najmi belum bisa seutuhnya menggambar, dia minta dibikin ini dan itu kepada orangtuanya. Misalnya karakter Jepang yang beragam, gambar mobil, gambar densha (kereta listrik), Ketika Najmi belum bisa seutuhnya menggambar, dia minta dibikin ini dan itu kepada orangtuanya. Misalnya karakter Jepang yang beragam, gambar mobil, gambar densha (kereta listrik),

Saya menganalisis bahwa ketika anak telah punya keinginan tapi dia belum bisa membuatnya, maka anak akan minta bantuan orangtuanya untuk menyalurkan lintasan fikirannya. Bila keinginan anak ini tidak disalurkan tentunya akan membuat bakatnya tak berkembang, bisa membunuh kreativitas anak sedari dini.

Ketika di sekolah menunya lain dengan yang saya bikin, Najmi langsung bilang, “donatsu tabetai Mamichan … (pingin makan donat Mami saya ng…),” mungkin karena teman-temannya makan donat siang itu.

“Tanjoubi cake tsukuritai Mami … (pingin bikin kue ulang tahun Mami …),” dan sebagainya, tentang makanan.

Dari perkataan anak di atas, saya tanggapi bahwa anak meminta Ibunya mempunyai keahlian memasak, kepiawaian membikin kue dan segala rupa yang anak inginkan. Sebagai Ibu kita harus ikhlas untuk masuk dapur untuk bisa menghadirkan menu atau makanan yang sehat, baik dan bergizi buat anak. Kegiatan di dapur sebenarnya juga merupakan salah satu kegiatan refreshing bagi

Ibu, karena Ibu bisa mengembangkan karyanya, dan bebas bereksperimen di dapur. Terutama bagi Ibu yang tinggal di luar negri yang bukan negara Islam, maka makanan halal untuk keluarga harus diproduksi dengan ikhlas oleh Ibu di dapur sendiri.

Sehubungan dengan dapur, Ibu bukan hanya harus bisa memasak saja. Tapi Ibu juga harus mempunyai pengetahuan tentang makanan bergizi dan bagaimana membikin makanan tetap bergizi dan sehat. Ibu juga harus punya pengetahuan tentang zat aditif makanan.

Banyak para Ibu yang gegabah menggunakan “monosodium glutamate ” (MSG) atau penyedap rasa seperti ajinomoto, sasa dan merek lain. Padahal bahaya penyedap itu berpaut umur. Artinya semakin kecil usia konsumen, maka pengaruhnya semakin besar. Penyedap dapat merusak kecerdasan anak, menimbulkan efek karsinogen, kegemukan, kerusakan mata, dan sebagainya. Sebaiknya Ibu mengindari pembuatan masakan berpenyedap bila ingin anggota keluarga anda sehat. Serta jauhkan kebiasaan bergantung pada makanan jadi atau makanan kemasan, kecuali dalam hal darurat. Karena banyak makanan jadi yang dimasak dengan menambahkan penyedap dalam ukuran megadosis, yang membuat kita ketagihan memakannya. Mengenai topik ini akan dikupas secara luas dalam buku saya selanjutnya “Menggapai K eluarga Sehat”.

Berdasarkan pengalaman saya dalam menghadirkan makanan untuk keluarga, saya cukup menggunakan tomat, garam dan sedikit gula untuk membuat sayuran atau makanan sedap dan lezat. Untuk kare atau gulai tentu bisa digunakan bombai, bawang putih, kunyit dan jahe. Ini karena keterbatasan bumbu dapur yang bisa saya beli di supermarket, di Jepang. Namun komposisi yang tepat dari bahan masakan yang digunakan tentu akan mempengaruhi rasa makanan. Ini makanya jam terbang Ibu di dapur harus tinggi, kuantitas Ibu masuk dapur harus tinggi. Saya bukan menyuruh kaum Ibu harus lama di dapur.

Peristiwa lain, ketika kami belanja di GAP yang merupakan toko intaian saya, Najmi kekeuh minta dibelikan rok. Dia memang gadis banget, Najmi suka pakaian yang feminim, seperti rok dan gaun one piece.

“Wah harganya Nak 5400 yen, nggak kuat Mami membelinya Nak! ”

“Mubazir … mahal sekali Nak…,” saya menolak permintaan Najmi.

Namun Najmi tetap kekeuh minta dibelikan. Tetapi saya bertahan untuk tidak membeli pakaian dalam harga yang sangat mahal. Saya pun merayu Najmi lagi, “ya udah, yuk kita pulang cepat, nanti Mami bikinin!”

Saya bertujuan ingin mengakhiri tantrum Najmi. Akhirnya saya harus membuatkan baju Najmi karena sudah berjanji pada anak. Walaupun saya mempunyai waktu yang terbatas, tetapi saya berusaha menjahitkan baju Najmi. Bahkan ketika saya berada di dalam densha (kereta listrik) dan di kantor imigrasi saya sempatkan menyelesaikan baju Najmi. Alhamdulillah saya bisa selesaikan. Dan Najmi senang sekali memakai baju yang saya buatkan. Najmi juga tidak pernah memaksa lagi minta belikan sesuatu, bila saya bilang harganya mahal.

Apa yang bisa kita petik dari semua kejadian yang dipaparkan ini?

Saya menganalisis bahwa dimata anak orang tuanya serba bisa. Berbanggalah kita sebagai orang tua. Seharusnya jangan hilangkan kepercayaan dan penilaian positif mereka terhadap kita (ibunya). Selagi anak meminta bantuan, menanyakan sesuatu, dan meminta pertolongan lain, berarti anak masih mempercayai orangtunya “hebat dan piawai”.

Selanjutnya orang tua perlu mengoreksi diri bila si anak nggak pernah meminta ini dan itu, mengadukan ini dan itu, serta menanyakan sesuatu hal. Apakah sebagai orang tua kita terlalu cuek? atau galak? atau tak peduli sama sekali?. Meskipun anda punya asisten rumah tangga, jangan sepenuhnya anak diserahkan kepada mereka. Karena di hati anak “ada ruang khsusus yang Selanjutnya orang tua perlu mengoreksi diri bila si anak nggak pernah meminta ini dan itu, mengadukan ini dan itu, serta menanyakan sesuatu hal. Apakah sebagai orang tua kita terlalu cuek? atau galak? atau tak peduli sama sekali?. Meskipun anda punya asisten rumah tangga, jangan sepenuhnya anak diserahkan kepada mereka. Karena di hati anak “ada ruang khsusus yang

Jadi Ibu harus “ikhlas”, itu kuncinya saya pikir. Memang banyak ilmu yang harus Ibu punyai, saya pun berusaha untuk terus belajar. Saya menyadari kemampuan diri masih kurang, dan pengetahuan masih terbatas. Namun saya bersyukur punya modal dasar memasak, menjahit dan membikin kue walaupun hanya taraf seadanya. Tetapi sudah cukup membuat Bintang (Najmi) saya senang. Saya berharap semoga anda juga lebih baik terhadap buah hati hendaknya. Amiin.

Membangun komunikasi sedari dini dengan anak saya rasakan juga banyak keuntungnya. Koreksilah dan ekspolarasilah anak-anak kita, karena banyak cara yang bisa mendatangkan anak untuk ekspresif. Salah satunya, dengan memasak di dapur bersama anak, atau memperkenalkan anak akan sesuatu yang baru. Pada saat itu anak akan terpancing untuk berkomunikasi. Manfaatkanlah momen bagus itu. Dan sedapat mungkin kebiasaan baik selalu dipelihara untuk terus membangun komunikasi dengan anak.