Filum Platyhelminthes

3. Filum Platyhelminthes

Anggota filum Platyhelminthes tidak memilki rongga tubuh dan terdiri atas tiga lapisan tubuh (triploblastik). Oksigen berdifusi secara langsung melalui kulit. Demikian juga karbon dioksida, berdifusi dari tubuh langsung ke lingkungannya.

Cacing pipih adalah hewan primitif yang sudah dapat dibedakan bagian kepalanya. Tubuhnya simetri bilateral. Hewan ini memiliki sensor yang berada di bagian ujung anterior dan dapat merespons perubahan lingkungan dengan cepat. Dengan sensor cahaya dan kimiawi, hewan ini dapat bergerak menuju sumber makanan berada.

Sel-sel saraf Platyhelminthes terkonsentrasi di organ sensor yang terletak di bagian tepi tubuhnya. Sel-sel saraf menerima informasi dari organ sensornya dan mengirim informasi tersebut ke bagian lain dari tubuh. Sistem saraf Platyhelminthes membentuk sistem saraf tipe tangga tali dan memiliki ganglion otak yang terletak di anterior. Filum Platyhelminthes dapat dikelompokkan dalam beberapa kelas, antara lain Turbellaria, Trematoda, dan Cestoda.

Filum Platyhelminthes bereproduksi secara aseksual dan seksual. Anggotanya termasuk hermafrodit. Reproduksi aseksual terjadi secara fragmentasi dan secara seksual terjadi dengan penyatuan sperma dan ovum.

a. Kelas Turbellaria

Turbellaria umumnya hidup bebas di air asin dan air tawar. Salah satu contohnya, yaitu planaria (Dugesia sp.) yang hidup di aliran sungai dan dasar danau. Planaria biasanya memiliki panjang 1–2 cm. Planaria seperti kebanyakan Turbellaria lainnya, hidup bebas dan bukan parasit (Gambar 6.9).

Planaria memakan protista dan hewan-hewan kecil lainnya. Planaria memakan mangsanya menggunakan faring. Faring memecah makanan dan mendorongnya masuk ke lambung. Umumnya planaria melakukan reproduksi seksual, meskipun memiliki dua jenis alat kelamin (hermafrodit).

Planaria tidak melakukan pembuahan sendiri sehingga tetap membutuhkan planaria lainnya. Kadangkala, planaria bereproduksi secara aseksual. Planaria dapat membelah menjadi dua. Setiap belahan akan tumbuh menjadi cacing dewasa. Setiap planaria tersebut memiliki kemampuan untuk beregenerasi. Adapun reproduksi seksualnya terjadi fertilisasi secara silang antara planaria satu dan planaria yang lain.

108 Praktis Belajar Biologi untuk Kelas X

Otak

Mata Ovarium

Kelenjar semen Penis

Lubang genital

Saluran Tali ekskresi

saraf

Gambar 6.9

Sumber: Biologi: Evolusi, Kepelbagaian, dan Persekitaran , 1995

Bentuk tubuh planaria

b. Kelas Trematoda

Trematoda dikenal juga sebagai cacing pipih yang parasit. Trematoda memiliki organ dan sistem organ yang mirip dengan Turbellaria. Kebanyakan Trematoda hidup parasit. Permukaan tubuh Trematoda dilindungi oleh kutikula. Kutikula melindungi Trematoda dari enzim penghancur yang dikeluarkan oleh organisme inang. Selain itu, Trematoda memiliki alat isap (sucker) yang berfungsi sebagai pengisap cairan tubuh

inangnya. Trematoda menyerap makanan yang sudah dicerna dari usus Kata Kunci

inang.

• Metaserkaria

Meskipun Trematoda merupakan cacing hermafrodit, namun tetap harus

• Mirasidium

melakukan fertilisasi silang. Fasciola hepatica merupakan contoh Trematoda

• Redia

• yang cukup dikenal (Gambar 6.10). Cacing parasit umumnya memerlukan Sporokis lebih dari satu inang dalam siklus hidupnya.

Serkaria berubah

Telur keluar

menjadi larva

bersama

metaserkaria

Dimakan oleh

kotoran ternak

ternak

Telur menetas menjadi larva mirasidium

Serkaria keluar dari tubuh siput dan menempel pada

rumput

Masuk ke tubuh siput

menjadi sporokis dan

Gambar 6.10

bermetamorfosis

menjadi redia

Sumber: www.endosparasite.net

Siklus hidup asciola hepatica .

Siklus hidup cacing hati kambing, dimulai ketika cacing dewasa bereproduksi secara seksual dan melepaskan telurnya bersama feses kambing. Jika telur sampai ke kolam atau danau, telur-telur akan menetas menjadi larva mirasidium. Dalam 8 jam, larva-larva tersebut harus menemukan inang sementara, yaitu siput. Larva akan masuk ke dalam tubuh siput dan tumbuh menjadi sporokis. Sporokis berkembang menjadi redia

Kingdom Animalia 109 Kingdom Animalia 109

Anggota kelas Trematoda lainnya adalah Schistosoma, Chlonorchis sinensis, Fasciliopsis buski , dan Parahonimus westermani. Semuanya merupakan parasit dan memiliki inang tetap maupun sementara.

c. Kelas Cestoda (Cacing Pita)

Cestoda atau cacing pita merupakan cacing berbentuk pipih yang hidup

Kata Kunci

parasit. Di kepala cacing pita terdapat kait yang mengait pada usus organisme

• Metaserkaria

inang. Tidak seperti cacing lainnya, cacing pita memiliki tubuh yang terbagi-

• Mirasidium • Partenogenesis

bagi menjadi beberapa bagian yang disebut proglotid. Cacing pita terus

• Proglotid

membuat proglotid-proglotid baru di belakang kepalanya. Proglotid adalah

• Sporokis

calon individu baru, sama dengan satu individu yang utuh. Cacing pita bervariasi dalam hal panjang dan banyaknya proglotid. Beberapa cacing pita memiliki ribuan proglotid.

Larva Kista

Mulut pengisap (sucker) Kait

Skoleks

Proglotid dengan

Telur

banyak

sel telur

Gambar 6.11

Siklus hidup aenia solium . Sumber: Biologi: Evolusi, Kepelbagaian, dan Persekitaran , 1995

Siklus hidup cacing pita mirip dengan cacing pipih (Gambar 6.11). Mereka melibatkan satu, dua, atau tiga organisme inang. Beberapa cacing pita pada manusia dapat ditularkan melalui daging babi atau daging sapi yang terinfeksi atau tidak dimasak dengan baik. Daging-daging tersebut mengandung larva cacing pita.

Contoh cacing pita yang biasa dikenal adalah Taenia solium dan Taenia saginata . Larva Taenia solium hidup di tubuh babi, sedangkan larva Taenia saginata hidup di tubuh sapi.