43 banyak dan lebih optimal. Pada jumlah katalis 2 terjadi penurunan hal ini
dikarenakan ion kalium yang dilarutkan dengan metanol kurang berlangsung dengan sempurna sehingga reaksi tidak berjalan dengan baik.
4.7 ANALISA GLISERIDA DARI METIL ESTER
Berdasarkan penelitian yang dilakukan gliserida dari metil ester dipengaruhi oleh jumlah konsentrasi katalis yang digunakan yang dapat di lihat pada gambar 4.7.
Gambar 4.7 Hubungan Jumlah Katalis dari Abu Pembakaran Kulit buah kelapa terhadap Gliserida pada Metil Ester Pada Pembakaran 550
o
C Dari gambar 4.7 dapat di lihat hubungan jumlah katalis kulit buah kelapa
terhadap gliserida pada metil ester pada temperatur tetap 550
o
C. Kandungan mono-, di- dan trigliserida yang masih terdapat dalam produk metil ester yang disebut
sebagai gliserol terikat. Trigliserida sisa pada setiap katalis sama besarnya yaitu 0,48 namun kandungan digliserida pada jumlah katalis 3 sedikit lebih banyak yaitu 3,36.
Kandungan monogliserida pada jumlah katalis 2 lebih banyak yaitu sebesar 0,82. Hal ini disebabkan oleh katalis yang digunakan yaitu katalis dari abu kulit buah
kelapa sehingga terjadi kemungkinan banyak pengotor di dalamnya dan jenis pelarut yang digunakan yaitu metanol teknis sehingga kemungkinan metanol tersebut tidak
murni sehingga banyak pengotor atau zat-zat lain juga kemungkinan metanol menguap pada reaksi transesterifikasi sehingga mengurangi jumalah metanol dan
0,1 0,6
1,1 1,6
2,1 2,6
3,1 3,6
1 2
3
G li
se ri
d a
Jumlah Katalis
Trigliserida Digliserida
Monogliserida
Universitas Sumatera Utara
44 reaksi balik lagi ke kiri atau ke arah reaktan. Adapun tahapan-tahapan reaksi yang
berlangsung pada reaksi transesterifikasi adalah sebagai berikut:
Gambar 4.8 Mekanisme Tahapan Reaksi Transesterifikasi [48] Dengan besarnya digliserida pada sampel metil ester, hal ini menunjukkan
bahwa tahapan reaksi transesterifikasi dikendalikan oleh reaksi tahap 2 karena pada tahap ini nilai digliserida sisa cukup tinggi. Menurut Standar Nasional Indonesia
[32], gliserol terikat adalah maksimum 0,24. Hal ini menunjukkan bahwa metil ester yang di hasilkan kurang sesuai dengan standar biodiesel secara SNI. Hal ini
disebabkan oleh semakin besarnya jumlah abu kulit kelapa yang menyebabkan penurunan aktivasi ion kalium yang terdapat pada abu kulit kelapa. Ketika ion
kalium tidak teraktifkan secara optimal dengan adanya temperatur yang tinggi maka reaksi pun tidak akan bergeser ke arah produk. Berdasarkan penelitian D.Darnoko
dan Munir [49] yang melakukan studi kinetika transesterifikasi minyak kelapa sawit tahap konversi Trigliserida TG menjadi Digliserida DG merupakan tahap penentu
laju reaksi karena merupakan tahap paling lambat. Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Freedman dkk [27] yang melakukan transesterifikasi minyak nabati,
tahap penentu laju reaksi adalah tahap konversi Monogliserida MG menjadi Metil Ester sedangkan tahap paling cepat adalah tahap konversi Trigliserida TG menjadi
Universitas Sumatera Utara
45 Digliserida DG. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian ini dapat di lihat bahwa
keberadaan DG lebih tinggi dibandingkan TG artinya pada waktu tertentu konversi TG menjadi DG berlangsung dengan cepat namun konversi DG menjadi MG itu
lebih lambat dimana dapat di lihat bahwa keberadaan DG lebih besar daripada MG. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tahap penentu laju reaksi adalah tahap
konversi Digliserida DG menjadi Monogliserida dan tahap yang paling cepat adalah tahap konversi Monogliserida MG menjadi metil ester. Hasil penelitian ini
sama dengan berdasarkan penelitian Surachai dan Gumpon [14] bahwa konversi TG menjadi DG terjadi pada menit pertama reaksi kemudian DG menjadi MG
merupakan tahap penentu reaksi sehingga konversi ME dan GL tergantung pada konversi reaksi TG, DG dan MG tersebut.
4.8 ANALISA GLISEROL DARI METIL ESTER