SYARAT MUTU BIODIESEL BAHAN BAKU CRUDE PALM OIL CPO

13 metanol akan lebih cepat menguap sedangkan jika temperatur dibawah 50 o C menyebabkan viskositas metil ester tinggi [26]. Semakin tinggi temperatur, konversi yang diperoleh akan semakin tinggi untuk waktu yang lebih singkat. Temperatur yang rendah akan menghasilkan konversi yang lebih tinggi namun dengan waktu reaksi yang lebih lama [29].

2.6 SYARAT MUTU BIODIESEL

Biodiesel akan berguna dan bermanfaat apabila produk yang dihasilkan sesuai dengan spesifikasi syarat mutu yang telah ditetapkan dan berlaku di daerah pemasaran biodiesel tersebut. Persyaratan mutu biodiesel di Indonesia sudah dibakukan dalam SNI-04-7182-2006, yang telah disahkan dan diterbitkan oleh Badan Standarisasi Nasional BSN tanggal 22 Februari 2006. Parameter yang menunjukkan keberhasilan pembuatan biodiesel dapat dilihat dari kandungan gliserol total dan gliserol bebas maksimal 0,24-b dan 0,02-b serta angka asam maksimal 0,8 dari biodiesel hasil produksi. Terpenuhinya semua persyaratan SNI-04-7182-2006 oleh suatu biodiesel menunjukkan bahwa biodiesel tersebut tidak hanya telah dibuat dari bahan mentah yang baik, melainkan juga dengan tatacara pemrosesan serta pengolahan yang baik pula. Persyaratan kualitas biodiesel yang diinginkan dapat di lihat pada tabel 2.7. Tabel 2.3 Persyaratan Kualitas Biodiesel menurut SNI-04-7182-2006 [32] Parameter dan Satuannya Batas Nilai Metode Uji Metode Setara Massa jenis pada 40 o C, kgm 3 850 – 890 ASTM D 1298 ISO 3675 Viskositas kinematik pada 40 °C, mm 2 s cSt 2,3 – 6,0 ASTM D 445 ISO 3104 Angka setana min. 51 ASTM D 613 ISO 5165 Titik nyala mangkok tertutup, °C min. 100 ASTM D 93 ISO 2710 Angka asam mg-KOHg maks.0,8 AOCS Cd 3-63 FBI-A01-03 Gliserol bebas -massa maks. 0,02 AOCS Ca 14-56 FBI-A02-03 Gliserol total -massa maks. 0,24 AOCS Ca 14-56 FBI-A02-03 Kadar ester alkil -massa min. 96,5 Di hitung FBI-A03-03 Universitas Sumatera Utara 14

2.7 BAHAN BAKU CRUDE PALM OIL CPO

Minyak sawit mentah atau Crude Palm Oil CPO merupakan minyak yang di peroleh dari hasil fraksinasi danging sawit berbentuk lemak semi padat pada suhu kamar. Baik atau tidaknya nilai CPO di tentukan oleh standar mutu yang harus di capai pada pengolahannya [33]. CPO yang di gunakan sebagi bahan baku pembuatan biodiesel metil ester ini harus di perhatikan ALB nya yaitu yang kadar asam lemak bebas ALB nya rendah 1. Apabila ALB lebih, maka perlu dilakukan pretreatment karena dapat mengakibatkan efisiensi proses rendah Proses Esterifikasi. Padahal standar perdagangan minyak nabati dunia mengizinkan kadar ALB hingga 5 persen. Sehingga minyak nabati dengan kadar 1, perlu dilakukan proses deasidifikasi dapat pula dilakukan reaksi metanolisis atau dengan gliserol kasar. Tabel 2.4 Sifat-sifat Kimia dan Fisika CPO [33] Sifat Nilai Bobot jenis pada suhu kamar 0,900 Indeks bias pada 40 C 1,4505 - 1,4565 Bilangan Iod 48 – 56 Bilangan Penyabunan 195 – 205 Lengas dan Kotoran 0,4 - 0,5 Bilangan tak tersabun 0,2 - 0,5 Titik leleh C 30,5 - 37,5 Pada umumnya minyak sawit mengandung lebih banyak asam-asam palmitat, oleat dan linoleat jika dibandingkan dengan minyak inti sawit. Minyak sawit merupakan gliserida yang terdiri dari berbagai asam lemak, sehingga titik lebur dari gliserida tersebut tergantung pada kejenuhan asam lemaknya. Semakin jenuh asam lemaknya semakin tinggi titik lebur dari minyak sawit tersebut. Komponen penyusun minyak sawit terdiri dari trigliserida dan non trigliserida. Asam-asam lemak penyusun trigliserida terdiri dari asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Tabel 2.5 Komposisi Komponen Trigliserida Asam Lemak pada Minyak Sawit dari Berbagai Sumber [24] Asam Lemak Malaysia Indonesia Zaire Miristik 0,5-0,8 0,4-0,8 1,2-2,4 Palmatik 46-51 46-50 41-43 Stearik 2-4 2-4 4-6 Oleik 40-42 38-42 38-40 Linoleik 6-8 6-8 10-11 Universitas Sumatera Utara 15 Komponen non-trigliserida ini merupakan komponen yang menyebabkan rasa, aroma dan warna kurang baik. Kandungan minyak sawit yang terdapat dalam jumlah sedikit ini, sering memegang peranan penting dalam menentukan mutu minyak. Tabel 2.6 Kandungan Minor Komponen non-Trigliserida Minyak Sawit [24] Komponen Nilai Karoten 500-700 Tokoferol 400-600 Sterol Mendekati 300 Phospatida 500 Besi Fe 10 Tembaga Cu 0,5 Air 0,07-0,18 Kotoran-kotoran 0,01 2.8 DESKRIPSI PROSES Dalam penelitian ini dilakukan dua tahap proses utama untuk menghasilkan metil ester, yaitu proses esterifikasi dan proses transesterifiakasi. Proses ini dipilih karena dalam bahan baku utama yaitu minyak sawit mentah yang memiliki kadar asam lemak bebas yang cukup tinggi, oleh karena itu digunakan proses esterifikasi untuk menguranginya. Kemudian dilakukan proses transesterifikasi untuk menghasilkan metil ester.

2.8.1 Proses Esterifikasi

Esterifikasi adalah tahap konversi dari asam lemak bebas menjadi ester. Esterifikasi mereaksikan minyak lemak dengan alkohol. Katalis-katalis yang cocok adalah zat berkarakter asam kuat dan karena ini asam sulfat, asam sulfonat organik atau resin penukar kation asam kuat merupakan katalis-katalis yang biasa terpilih dalam praktek industrial. Untuk mendorong agar reaksi bisa berlangsung ke konversi yang sempurna pada temperatur rendah misalnya paling tinggi 120 °C, reaktan metanol harus ditambahkan dalam jumlah yang sangat berlebih biasanya lebih besar dari 10 kali nisbah stoikiometrik dan air produk ikutan reaksi harus disingkirkan dari fasa reaksi, yaitu fasa minyak [29]. Reaksi esterifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.3: Universitas Sumatera Utara 16 RCOOH + CH 3 OH RCOOCH 3 + H 2 O Asam Lemak Metanol Metil Ester Air Gambar 2.3 Reaksi Esterifikasi dari Asam Lemak menjadi Metil Ester [34] Esterifikasi dilakukan apabila minyak mengandung asam lemak bebas yang tinggi. Asam lemak bebas yang terlalu banyak akan membentuk banyak sabun sehingga akan mengurangi produksi biodiesel metil ester [35]. Pengguna bahan baku dengan kadar ALB 1 tidak memberikan reaksi yang nyata untuk transesterifikasi trigliserida. Kadar ALB yang tinggi mengakibatkan meningkatnya reaksi samping pada reaksi transesterifikasi yaitu reaksi penyabunan yang dapat mengakibatkan pembentukan emulsi pada campuran ester dan gliserol sehingga proses pemisahan fasa sulit terjadi [35]. Oleh karena itu Esterifikasi dilakukan untuk menurunkan kandungan FFA menjadi kurang dari 1 sehingga minyak yang dihasilkan siap ditransesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel metil ester [1].

2.8.2 Proses Transesterifikasi

Transesterifikasi biasa disebut dengan alkoholisis merupakan reaksi minyak dan lemak dengan alkohol untuk membentuk ester dan gliserol. Katalis biasanya di gunakan untuk mempercepat laju reaksi dan yield. Alkohol berlebih juga di gunakan untuk kesetimbangan sehingga rekasi bergeser ke arah produk karena ini merupakan reaksi reversibel. Untuk tujuan inilah alkohol monohibrid alifatik primer dan sekunder mempunyai 1-8 atom karbon yang di gunakan. Jadi, ketika NaOH, KOH, K 2 CO 3 atau sejenisnya dicampur dengan alkohol maka akan terbentuk larutan alkalinitas [20]. Di antara alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi kandidat sumberpemasok gugus alkil, metanol adalah yang paling umum digunakan, karena harganya murah dan reaktifitasnya paling tinggi sehingga reaksi disebut metanolisis. Jadi, di sebagian besar dunia ini biodiesel metil ester praktis identik dengan ester metil asam-asam lemak. Transesterifikasi juga menggunakan katalis dalam reaksinya. Tanpa adanya katalis, konversi yang dihasilkan maksimum namun reaksi berjalan dengan lambat. Katalis yang biasa digunakan pada reaksi transesterifikasi adalah katalis basa, karena katalis ini dapat mempercepat reaksi [29]. Universitas Sumatera Utara 17 Metil Ester Biodiesel metilester Katalis Katalis Katalis Gliserol Katalis Berdasarkan kadungan FFA dalam minyak nabati maka proses pembuatan biodiesel metil ester dapat dibedakan atas dua bagian yaitu: 1. Transeseterifikasi dengan menggunakan katalis basa untuk refined oil atau minyak nabati dengan kandungan FFA rendah 2. Esterifikasi dengan katalis asam untuk minyak nabati dengan kandungan FFA yang tinggi di lanjutkan dengan transesterifikasi dengan katalis basah Reaksi transesterifikasi dapat dilihat pada Gambar 2.2. H 2 C O C R 1 R 1 C OCH 3 H 2 C OH HC O C R 2 + 3 CH 3 OH R 2 C OCH 3 + HC OH H 2 C O C R 3 R 3 C OCH 3 H 2 C OH Gambar 2.4 Reaksi Transesterifikasi dari Trigliserida Menjadi Metil Ester [19] Reaksi transesterifikasi sebenarnya berlangsung dalam 3 tahap yaitu sebagai berikut: 1. Trigliserida TG + ROH Digliserida DG + R ’ COOR 2. Digliserida DG + ROH Monogliserida MG + R ’’ COOR 3. Monogliserida MG + ROH Gliserol GL + R ’’’ COOR Gambar 2.5 Tahap Reaksi Transesterifikasi [20] Trigliserida Metanol O O O O O O Universitas Sumatera Utara 18

2.9 ANALISIS EKONOMI