Pengomposan dapat terjadi secara alamiah maupun dengan bantuan manusia. Pengomposan secara alamiah yaitu dengan cara
penumpukan sampah di alam, sedangkan pengomposan dengan bantuan manusia yaitu dengan cara menggunakan teknologi modern maupun
dengan menggunakan bahan bioaktivator dan menciptakan kondisi ideal sehingga proses
pengomposan dapat
terjadi secara
optimal dan
menghasilkan kompos berkualitas tinggi. Untuk
dapat membuat
kompos dengan
kualitas baik,
diperlukan pemahaman proses pengomposan yang baik pula. Proses pengomposan secara sederhana dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu tahap
aktif dan tahap pematangan. Selama tahap awal proses, oksigen dan senyawa-senyawa yang mudah terdegradasi akan segera dimanfaatkan
oleh mikroba mesofilik yang kemudian akan digantikan oleh bakteri termofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepat,
kemudian akan diikuti dengan peningkatan pH kompos. Suhu akan meningkat hingga mencapai 70
o
C. Suhu akan tetap tinggi selama fase pematangan.
2.10.2 Manfaat Pengomposan
Pengomposan sampah organik memiliki banyak manfaat yang dapat menguntungkan masyarakat. Keuntungan yang dapat diperoleh dari
pengomposan dapat ditinjau dari beberapa aspek, antara lain:
a. Aspek Ekonomi
a. Menghemat biaya
transportasi sampah
ke TPA
dan penimbunan limbah.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
b. Mengurangi volume sampah. c. Memiliki nilai ekonomi lebih dari bahan asalnya.
d. Menambah penghasilan.
b. Aspek Lingkungan
a. Mengurangi polusi udara karena pembakaran sampah b. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
c. Menghindaritidak menjadi sumber penyakit karena lalat dan bakteri-bakteri yang merugikan.
c. Aspek bagi TanahTanaman
a. Meningkatkan kesuburan tanah b. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
c. Meningkatkan kapasitas jerap air tanah d. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
e. Meningkatkan kualitas hasil panen rasa, kandungan gizi, dan jumlah panen
f. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
g. Menekan pertumbuhan serangan penyakit tanaman h. Meningkatkan retensi ketersediaan hara di dalam tanah.
d. Aspek bagi MasyarakatSosial
a. Membuka kesempatan kerja bagi masyarakat usaha padat karya
b. Menciptakan lingkungan yang sehat bagi masyarakat. c. Mengubah pandangan masyarakat bahwa sampah merupakan
masalah menjadi sesuatu yang berkah.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
2.10.3 Proses Pembuatan Kompos Komposting 2.10.3.1 Bahan Untuk Pembuatan Kompos
Pada dasarnya semua bahan organik dapat dikomposkan, seperti: sampah organik pasar, limbah organik rumah tangga,
kotoran limbah peternakan, limbah pertanian, limbah agroindustri, limbah pabrik gula, dan sebagainya yang bersifat fibrous berserat.
Namun ada juga bahan organik yang perlu dihindari sebagai bahan baku kompos ialah bahan organik yang memiliki kadar air tinggi
seperti: semangka, melon, mentimun, tomat, dll karena akan mempertinggi kadar air pada kompos.
2.10.3.2 Proses Pengomposan
Pengomposan dapat terjadi secara alamiah maupun dengan bantuan manusia. Pengomposan secara alamiah yaitu
dengan cara
penumpukan sampah
di alam,
sedangkan pengomposan dengan bantuan manusia yaitu dengan cara metode
tertentu, atau menggunakan teknologi modern maupun dengan menggunakan bahan bioaktivator dan menciptakan kondisi ideal
sehingga proses pengomposan dapat terjadi secara optimal dan menghasilkan kompos berkualitas tinggi.
Adapun cara pengomposan secara umum terdiri dari beberapa tahapan, diantaranya:
a. Pemilahan sampah
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik. Pemilahan harus dilakukan dengan teliti
karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan.
b. Pengecilan Ukuran Pencacahan. Pengecilan ukuran pencacahan dilakukan untuk memperluas
permukaan sampah, sehingga sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos.
c. Penyusunan Tumpukan
•
Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecilan ukuran kemudian disusun menjadi
tumpukan.
•
Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang dengan ukuran panjang x lebar x
tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
•
Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu windrow yang berfungsi mengalirkan udara di
dalam tumpukan. d. Pembalikan.
Pembalikan dilakuan
untuk membuang
panas yang
berlebihan, memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, gunanya untuk meratakan proses pelapukan di setiap
bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
e. Penyiraman
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
•
Penyiraman dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu kering kelembaban kurang
dari 50.
•
Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras segenggam bahan dari
bagian dalam tumpukan.
•
Apabila pada saat digenggam dan diperas tidak mengeluarkan air, maka tumpukan sampah harus
ditambahkan air. Sedangkan jika sebelum diperas sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh
karena itu perlu dilakukan penyirman. f.
Pematangan
•
Setelah pengomposan berjalan antara 30 hingga 40 hari, suhu tumpukan akan semakin menurun hingga
mendekati suhu ruangan atau suhu di tempat.
•
Pada saat itu tumpukan telah lapuk, yaitu berwarna coklat tua atau kehitaman. Kompos masuk pada tahap
pematangan selama ± 14 hari. g. Penyaringan
•
Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran butiran partikel kompos sesuai dengan kebutuhan
serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan
di awal proses.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
•
Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang baru, sedangkan bahan yang
tidak terkomposkan dibuang sebagai residu. h. Pengemasan dan Penyimpanan
•
Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan kebutuhan pemasaran.
•
Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang
aman dan
terlindung dari
kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit jamur dan
benih gulma atau benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin terbawa oleh angin.
Potensi pembuatan kompos dengan mengolah sampah organik pasar dengan melakukan pengomposan ini cukup besar,
maka pengomposan membutuhkan sistem pengolahan yang baik. Salah
satu pasar
yang telah
berhasil melakukan
pengolahan sampah dengan pengomposan adalah pasar bunder sragen Jawa tengah, dan menjadi pasar percontohan di Indonesia.
Sampah Pasar Pemilahan
Sampah Pengecilan
ukuran
Penyusunan tumpukan
Pematangan Penyiraman
Pembalikan Tumpukan
Penyaringan Pengemasan
Penyimpanan Gambar 2.2 Skema Alur Pengomposan secara umum.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
Proses pembuatan kompos pupuk organik dari sampah pasar di unit pengolahan sampah pasar bunder sragen dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Pengumpulan Sampah dan Pemilahan Sampah.
Sampah dikumpulkan dari dalam pasar dan ditampung di ruang penampungan. Di tempat ini sampah non organik
dipisahkan dengan sampah organik. Karena sebagian besar sampah pasar Bunder adalah sampah organik, tahapan ini bisa
dilakukan secara manual.
Gambar. 2.3. Pemilahan Sampah pasar Di Pasar Bunder Sragen, pemilahan dilakukan secara manual
menggunakan para petugas pengelola pasar. Sampah dipisah dipilah antara sampah organik dan anorganik untuk selanjutnya
dilakukan proses pencacahan.
2. Pencacahan Sampah
Sampah organik yang sudah terpisah dengan sampah non organik
selanjutnya dicacah dengan menggunakan mesin Gambar 2.1 pengumpulan dan pemilahan sampah
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
pencacah. Tujuan dari
pencacahan ini
adalah untuk
memperkecil dan
menyeragamkan bahan
baku kompos
sehingga mempermudah proses fermentasi. Bila dianggap terlalu basah, sampah yang telah dicacah dapat dipress lagi
untuk mengurangi kadar air.
Setelah sampah dicacah dan menjadi bagian-bagian kecil maka tahapan selanjutnya adalah menyiapkan aktivator pengurai.
3. Penyiapan Aktivator PROMI
Dalam proses pengomposan di Pasar Bunder untuk mempercepat
proses pengomposan
digunakan aktivator
PROMI dari
Balai Penelitian
Bioteknologi perkebunan
Indonesia. Untuk setiap 1 Ton sampah mentah dibutuhkan 1 kg PROMI. Saat
musim kemarau
di mana
sampah pasar relatif kering Promi tersebut dicampurkan bersama 20
Gambar 2.4 Pencacahan Sampah Organik
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
liter air dan 1 liter tetes tebu. Namun di musim penghujan di mana kadar air sampah dari pasar cukup tinggi maka PROMI
dicampurkan dengan pasir atau tanah kering. Kalo perlu sampah yang akan diolah dipress dulu.
4. Pencampuran PROMI di dalam Bak Pengomposan
. Selanjutnya sampah yang telah dicacah dicampurkan
dengan PROMI dan ditampung di bak-bak pengomposan. Sampah tidak boleh diinjak-injak, karena akan menyebabkan
menjadi padat dan kandungan udara di dalam kompos berkurang.
Gambar 2.5 Promi
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
Dalam pencampuran
dengan promi,
perlu diperhatikan
tumpukan, kepadatan serta temperaturnya.
5. Pengadukan Pembalikan.
Unit Pengolahan
Sampah Pasar
Bunder dalam
memproduksi kompos menggunakan sistem aerob dengan udara terbuka . Jadi 3 hari setelah sampah dimasukkan ke bak
pengomposan kemudian dilakukan pemeriksaan suhu kompos di dalam bak.
Bila di rasa terlalu panas perlu dilakukan proses pengadukan atau pembalikan untuk memberikan sirkulasi udara yang
bertujuan agar proses pengomposan bisa merata. Pengadukan dilakukan minimal 3 hari sekali.
Gambar 2.6 Pengadukan pembalikan
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
6. Panen Kompos
Setelah 14 hari sampah akan berubah warna menjadi kehitaman dan menjadi lebih lunak. Kompos sampah telah
cukup matang. Kompos selanjutnya dipanen dan dibawa ke tempat pengolahan lebih lanjut.
Kompos selanjutnya akan dicacah sekali lagi untuk kemudian diayak
menggunakan saringan
yang lebih
kecil untuk
menyeragamkan ukuran dan mempercantik tampilan kompos.
7. Pengolahan Paska Panen
Setelah kompos
yang sudah
jadi diayak, proses
selanjutnya adalah
memasukkan kompos
ke gudang
penyimpanan sebelum di lakukan pengemasan. Selain produksi dalam bentuk kompos curah, kompos hasil ayakan juga bisa di
Gambar 2.7 Hasil kompos curah
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
proses lagi menjadi pupuk organik bentuk granular atau butiran.
8. Proses Membuat Pupuk Organik Granular
Untuk membuat pupuk organik granular, kompos yang sudah disaring tadi dimasukkan ke dalam mesin molen yang
berputar stasioner dengan dicampur air dan kalsit sebagai bahan perekat.
Untuk membuat kompos curah menjadi bentuk granular menggunakan mesin molen membutuhkan waktu sekitar 30-45
menit dimana sekali proses bisa dihasilkan sekitar 100 kg pupuk organik granular. Pupuk organik berbentuk granular
tersebut kemudian dijemur sampe kering. Setelah kering pupuk organik granular tersebut bisa dikemas.
9. Pengemasan
Gambar 2.8 Pembuatan Kompos Granular
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
Setelah itu
dilakukan pengemasan
sesuai dengan
permintaan konsumen. Untuk kompos curah kita kemas dalam karung berisi 20 kg. Sedangkan untuk pupuk organik bentuk
granular 1 sakkarung berisi 25 kg. Setelah dikemas kompos dan pupuk organik granular tersebut siap untuk dijual.
Dengan mengacu pada pengolahan sampah yang telah diterapkan di pasar bunder sragen, diharapkan setiap pasar di kota Medan mampu melakukan
pengolahan sampahnya untuk mengurangi permasalahan yang ada saat ini.
2.11 Daur Ulang Non Organik
Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang
sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku yang baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi,
Gambar 2.9 Pembuatan Kompos Granular
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
dan emisi gas rumah kaca jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru. Wikipedia.
Daur ulang ini dapat dilakukan pada sampah organik maupun non- organik. Hasil olahan sampah organik dapat berupa kompos, sedangkan
yang non-organik dapat berupa, tas, mainan, kerajinan, alat rumah tangga, hiasan, dan lain-lain.
2.12 Potensi Ekonomi Pengolahan Sampah Pasar
Pada dasarnya, sampah yang dibuang setiap harinya pada suatu pasar akan terus meningkat apabila tidak dikelola dan diolah kembali
dengan baik. Hal ini akan menyebabkan beberapa masalah pada lingkungan, seperti tumbuhnya wabah penyakit, pencemaran lingkungan
oleh bau, dan lain sebagainya. Maka dari dilakukan pengolahan, selain akan mengurangi masalah-masalah yang diakibatkan oleh sampah, pengolahan
ini ternyata bisa menghasilkan keuntungkan bagi pengelolanya, seperti pembuatan kompos, ataupun daur ulang bahan non organiknya.
Keuntungan dari pengolahan sampah ini tidaklah sedikit, apabila pengelolaan dilakukan pada skala besar dan dengan manajemen yang baik.
Maka sangat diharapkan agar setiap pasar dapat melakukan pengomposan secara komunal untuk menghasilkan potensi ekonomi yang besar,
sebagaimana yang telah diterapkan di pasar Bunder Sragen.
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian tugas akhir ini dilakukan di pasar Setia Budi Tanjung Rejo, kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan,
yang dilaksanakan selama 3 kali dalam satu minggu. Alasan memilih lokasi tersebut karena:
2.4.2 Lokasi adalah pasar yang sudah cukup lama beroperasi, sudah
begitu dikenal masyarakat dan belum pernah dilakukan penelitian.
2.4.2 Aktifitas pasar ramai dan padat didatangi oleh pembeli konsumen.
Pasar ini juga menyediakan beragam kebutuhan pokok sehari-hari.
2.4.2 Kondisi pasar cukup baik untuk diteliti, dan diperkirakan dapat
mewakili kondisi pasar-pasar yang ada di Kota Medan.
3.2 PERALATAN DAN BAHAN
Peralatan dalam melakukan penelitian ini antara lain sebagai berikut:
1. Timbangan. 2. Kotak Kayu 100x100x50cm3
3. Meteran. 4. Sekop, plastik dan sarung tangan.
Sedangkan untuk bahan yang digunakan adalah sampah yang berasal dari Pasar Setia Budi Medan.
3.3 PELAKSANAAN PENELITIAN
Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer
Universitas Sumatera Utara