116 ”Setelah regrouping, dana bos bertambah banyak
jumlahnya. Sehingga
dapat dimanfaatkan
untuk peningkatan fasilitas dan kebutuhan sekolah lainnya.
Semua SPJ dan pelaporan BOS menjadi tanggungjawab SD Negeri Tukang 02.”
Demikian pernyataan Kepala Sekolah SD Negeri Tukang 02 ketika menjelaskan tentang efisiensi
pengelolaan dana BOS setelah regrouping sekolah.
4.3. Pembahasan Hasil Penelitian
4.3.1. Implmentasi Program Regrouping Sekolah
Dua atau lebih sekolah mengalami regrouping karena terjadi permasalahan, khususnya karena letak
sekolah yang berada pada satu wilayah dan sekolah tersebut
tidak mengalami
perkembangan yang
signifikan. Terjadi persaingan tidak sehat antara warga sekolah dan pemangku kepentingan sekolah tersebut
juga akan menjadi salah satu penyebab regrouping sekolah. Selain itu pemerintah memandang sekolah-
sekolah tersebut kurang efektif dan efisien jika terus dibiarkan berdiri. Dengan mengadakan sosialisasi
secara bertahap,
maka implementasi
program regrouping sekolah dipandang perlu untuk dilakukan.
Sesuai dengan ketetapan pemerintah dalam keputusan Mendagri Nomor 421.22501Bangda1998
tentang Pedoman
Pelaksanaan Penggabungan
Regrouping Sekolah Dasar, sangat jelas ditunjukan syarat-syarat sekolah yang harus diregrouping, yaitu:
117 “1 Penggabungan regrouping SD adalah usaha penyatuan
dua unit SD atau lebih menjadi satu kelembagaan institusi SD dan diselenggarakan dalam satu pengelolaan;
2 Lingkup penggabungan SD meliputi SD yang terdapat antar
desakelurahan yang
sama dan
atau di
desakelurahan yang
berbatasan dan
atau antar
kecamatan yang berbatasan; 3 Sekolah Dasar kemudian disingkat SD adalah bentuk satuan pendidikan dasar milik
pemerintah yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun; 4 SD inti adalah SD yang terpilih antara
beberapa SD dalam satu gugus sekolah yang berfungsi sebagai pusat pengembangan di dalam gugus SD tersebut;
5 SD imbas adalah anggota satu gugus sekolah yang menjadi binaan SD inti; 6 SD kecil adalah SD di daerah
terpencil yang belum mem
enuhi syarat pembakuan”.
Peraturan pemerintah
tersebut, dijadikan
pedoman implementasi regrouping sekolah di SD Negeri Tukang 01 dan SD Negeri tukang 02 Kec. Pabelan Kab.
Semarang. Implementasi regrouping sekolah di SD Negeri Tukang 01 dan 02 terjadi sesuai dengan
peratuan pemerintah.
Sebelum dilakukannya
regrouping, stakeholder dari kedua belah pihak sekolah melakukan
pertemuan. Mereka
membahas permasalahan yang terjadi pada kedua sekolah
tersebut. Kurangnya tenaga pengajar di SD Negeri Tukang 01, sedikitnya jumlah siswa dari tahun ke
tahun, persaingan tidak sehat antara kedua sekolah dalam mencari peserta didik baru serta letak sekolah
yang berada pada satu kampus, kedua stakeholder memutuskan untuk melakukan penggabungan sekolah.
Kesepakatan tersebut disosialisasikan kepada warga sekolah dan dilaporkan kepada Kepala UPTD Kec.
Pabelan serta diajukan ke pemerintah kabupaten,
118
supaya kedua sekolah tersebut digabung menjadi satu sekolah. Berdasarkan penelitian di SD Negeri Tukang
02 yang sekarang menjadi SD Negeri Tukang, sudah sesuai dengan peraturan yang barlaku.
Implementasi menurut Riant Nugroho pada prinsipnya adalah cara yang dilakukan agar dapat
mencapai tujuan yang dinginkan Nugroho, 2003:158. Implementasi merupakan prinsip dalam
sebuah tindakan atau cara yang dilakukan oleh individu atau kelompok orang untuk pencapaian tujuan
yang telah dirumuskan. Hal ini terlihat jelas dalam implementasi program regrouping sekolah di SD Negeri
Tukang 01 dan SD Negeri Tukang 02 Kec. Pabelan Kab. Semarang. Jadi program regrouping sekolah di SD
Negeri Tukang
ini bertujuan
untuk mengatasi
permasalahan yang ada. Suparlan dalam “Merger sekolah dasar, begitu
perlukah?” yang ditayangkan pada 21 November 2006 menjelaskan langkah-langkah regrouping antara lain
sebagai berikut; 1 Mengadakan sosialisasi kebijakan merger sekolah kepada semua pemangku kepentingan
stakeholders. Langkah pertama ini dilakukan agar para pemangku kepentingan memiliki pemahaman
mendalam tentang manfaat regrouping bagi semua pihak, terutama bagi peserta didik. Benar-benar untuk
meningkatkan pemahaman
secara kritis
tentang manfaat kebijakan regrouping sekolah sebagai strategi
119
untuk meningkatkan mutu pendidikan; 2 Membentuk tim atau kepanitiaan, dengan melibatkan komponen
yang terkait. Pembentukan tim atau kepanitiaan ini terdiri dari pengawas sekolah, kepala desa, komite
sekolah, kepala sekolah dan dewan guru kedua belah sekolah yang bersangkutan; 3 Mengajukan atau
memasukkan program regrouping sekolah ke dalam program dan kegiatan dinas pendidikan, untuk
disetujui oleh pemerintah dan legislatif; 4 Pelaksanaan program
dan monitoring
pelaksanaan program
melibatkan semua stakeholder yang sejak awal dilibatkan dalam program ini.; 5 Pelaporan dan
pertanggungjawaban jika program itu telah dapat diselesaikan. Kelima langkah tersebut sudah dijalankan
oleh SD Negeri Tukang Kec. Pabelan Kab. Semarang sesuai aturan yang berlaku.
Penggabungan sekolah di SD Negeri Tukang 01 dan SD Negeri Tukang 02 Kec. Pabelan Kab. Semarang
sudah dilaksanakan sejak tahun 2011, dengan hasil keputusan bahwa sekolah yang tetap berdiri adalah SD
Negeri Tukang 02, sedangkan SD Negeri Tukang 01 ditutup. Berdasarkan usulan dari stakeholder kedua
belah pihak, mengajukan usulan kepada pemerintah untuk dilakukan regrouping sekolah. Namun dari
permohonan yang diajukan oleh panitia regrouping sekolah tahun 2011, SK resmi penggabungan sekolah
120
baru turun pada tahun 2014 dengan nama sekolah yang baru yaitu SD Negeri Tukang.
4.3.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi