87
4.2. Hasil Penelitian
Dalam hasil penelitian ini disajikan tentang proses implementasi regrouping sekolah, faktor-faktor
yang mempengaruhi program regrouping sekolah, dampak yang timbul dari program regrouping sekolah
dan peningkatan efektifitas dan efisiensi dari program regrouping sekolah di SD Negeri Tukang 01 02
Kecamatan Pabelan Kabupaten Semarang.
4.2.1. Proses Implementasi Program Regrouping
Sekolah a.
Latar Belakang dan Perencanaan Regrouping Sekolah
Regrouping sekolah dasar dilaksanakan bukan hanya karena kedua sekolah tersebut tergolong sekolah
kurus, tetapi juga merupakan sekolah satu kampus. Pertimbangan lain yang menyebabkan kedua sekolah
diregrouping adalah
karena kekurangan
tenaga pendidik. Hal ini tentunya sesuai dengan Peraturan
yang dikeluarkan oleh Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Pelaksanaan Penggabungan Sekolah tanggal
16 November 1998 yang menjelaskan bahwa:
“1 Penggabungan regrouping SD adalah usaha penyatuan dua unit SD atau lebih menjadi satu kelembagaan
institusi SD dan diselenggarakan dalam satu pengelolaan; 2 Lingkup penggabungan SD meliputi SD yang terdapat
antar
desakelurahan yang
sama dan
atau di
desakelurahan yang
berbatasan dan
atau antar
kecamatan yang berbatasan; 3 Sekolah Dasar kemudian
88 disingkat SD adalah bentuk satuan pendidikan dasar milik
pemerintah yang menyelenggarakan program pendidikan enam tahun; 4 SD inti adalah SD yang terpilih antara
beberapa SD dalam satu gugus sekolah yang berfungsi sebagai pusat pengembangan di dalam gugus SD tersebut;
5 SD imbas adalah anggota satu gugus sekolah yang menjadi binaan SD inti; 6 SD kecil adalah SD di daerah
terpencil yang belum memenuhi syarat pembakuan”.
Dari pedoman pelaksanaan regrouping sekolah yang dikeluarkan oleh Mendagri tersebut sangat jelas
bahwa sekolah yang berada dalam satu kawasan bahkan satu kampus akan dilakukan regrouping.
Kekurangan tenaga pengajar juga menjadi salah satu alasan diadakannya regrouping sekolah, seperti yang
tertuang dalam tujuan regrouping dalam Pedoman Pelaksanaan Penggabungan regrouping Sekolah Dasar
yang dikeluarkan oleh pemerintah melalui Mendagri Nomor 421.22501Bagda1998 menyatakan bahwa:.
”Tujuan Program regrouping sekolah dasar adalah sebagai upaya untuk mengatasi masalah kekuranga tenaga guru,
peningkatan mutu, efisensi biaya bagi perawatan gedung sekolah dan sekolah yang ditinggalkan dimungkinan
penggunaannya untuk rencana pembukaan SMP kecilSMP kelas jauh atau setara sekolah lanjutan sesuai ketentuan
setempat untuk menampung lulusan sekolah dasar
”.
Menurut Kepala Sekolah SD Negeri Tukang 02 Ibu Sri Yuniati, S.Pd.SD tentang proses pelaksanaan
regrouping di SD Negeri 01 02 dari hasil wawancara mengatakan bahwa:
”Regrouping sekolah di SD Negeri Tukang 01 02 sebenarnya sudah direncanakan oleh stekeholder dari
kedua sekolah sejak tahun 2009. Pada saat itu terjadi
89 kekosongan kedudukan kepala sekolah SD Negeri Tukang
01 karena purna tugas. Dan oleh pemerintah kedudukan kepala sekolah diampu oleh Kepala Sekolah SD Negeri
Tukang 02, yaitu saya sendiri terhitung 1 September 2009. Pertimbangan lain adalah karena ke dua sekolah tersebut
juga kekurangan tenaga pengajar khususnya guru Mapel. Jumlah siswa yang relatif sedikit yaitu sekitar 70-80 anak
setiap tahunnya juga menjadi salah satu penyebabnya. Sekolah yang berada pada satu kampus kadangkala
mengakibatkan persaingan yang kurang baik dalam memperebutkan siswa baru maupun dalam proses belajar
mengajar setiap harin
ya”.
Salah satu guru yang sampai saat ini masih mengampu di sekolah tersebut Ibu Dwi Ratna Rizkiyah
yang mengatakan bahwa:
”Rencana regrouping sekolah sudah diketahui oleh semua warga sekolah SD Negeri Tukang 01 02 jauh-jauh hari
sebelum akhirnya diadakan rapat bersama. Regrouping sekolah dilakukan karena jumlah siswa yang sedikit. Setiap
pelaksanaan PPDB kedua sekolah berebut siswa baru, namun karena sekolah satu kampus, maka sering terjadi
rasa saling mencurigai. Di SD Negeri Tukang 01 juga kekurangan tenaga pendidik dan sudah tidak lagi punya
kepala sekolah. Jadi lebih baik kalau kedua sekolah ini diregrouping
”.
Bapak Purnomo, S.Ag salah satu guru senior yang
mengampu mata
pelajaran agama
Islam memberikan keterangan tentang proses pelaksanaan
regrouping SD Negeri Tukang 01 02 sebagai berikut:
”Waktu itu ada kesepakatan antara pihak SDN Tukang 01 dengan pihak SDN Tukang 02 berkenaan dengan
keputusan pemerintah, dimana sekolah-sekolah yang berada pada satu kampus harus diregrouping. Dengan
adanya peraturan tersebut, semua pihak yang terlibat dalam proses pendidikan di SDN Tukang 01 02 mulai
merencanakan pelaksanaan regrouping sekolah. Karena berada pada satu kampus itu, maka kadang-kadang terjadi
perebutan siswa baru. Rata-rata tiap tahun hanya
90 mendapatkan siswa 10-15 anak. Kebetulan SDN Tukang 01
juga kurang tenaga pendidiknya, malahan jabatan kepala sekolah juga kosong. Maka akhinya tahun 2011, kami
sepakat untuk meregrouping”.
Dari beberapa data hasil wawancara dan dokumen diatas dapat dapat dilihat bahwa bahwa
proses implementasi regrouping sekolah di SD Negeri Tukang 01 02 Kec. Pabelan terjadi karena kedua
sekolah tersebut berada pada satu kampus, dimana kedua sekolah tersebut sama-sama memiliki sedikit
siswa sekolah kurus. Keberadaan sekolah dalam satu kampus menyebabkan situasi sekolah mengalami
persaingan yang tidak sehat. Perebutan siswa didik baru dan proses pengajaran masing-masing guru dari
kedua sekolah tersebut menaruh perasaan saling curiga, yang mengakibatkan suasana di sekolah tidak
kondusif. Permasalahan
lain adalah
terjadinya kekosongan pada jabatan Kepala Sekolah di SD Negeri
Tukang 01 sejak tahun 2009. Bukan hanya jabatan kepala sekolah, tetapi juga kekurangan tenaga pendidik
khusunya guru Mapel dan Mulok, sehingga proses belajar mengajar tidak terjadi secara maksimal. Dari
beberapa alasan tersebut stekeholder dari kedua belah sekolah mengadakan rapat bersama sebagai upaya
untuk menyambut program kebijakan pemerintah, yaitu regrouping sekolah.
91
b. Mekanisme Pelaksanaan Regrouping Sekolah