4
I -
Tak hanya orang dewasa, narkoba juga telah merambah kehidupan anak- anak dan remaja di Indonesia, saat ini bisa dibilang mereka adalah sasaran empuk.
Dari 3,2 juta korban penyalahgunaan narkoba di tahun 2007, 1,1 juta diantaranya adalah pelajar dan mahasiswa. Dari pelajar, 30-40 nya adalah pelajar SMP dan
SMA. Masa pertumbuhan serta emosi mereka yang masih sangat labil, serta pengaruh pergaulan bebas globalisasi, membuat mereka gampang terjerat dengan
narkoba. Selain itu, biasanya narkoba merupakan alat pelarian dari masalah-masalah seperti sekolah, keluarga, teman, dll. Penggunaan narkoba oleh remaja dan anak-
anak ini ditunjukkan dengan data yang diperoleh dari Badan Narkotika Nasional BNN sebagai berikut.
Merambahnya kasus narkoba kepada anak-anak dan remaja yang merupakan generasi penerus bangsa menjadi hal yang serius dan harus kita waspadai.
Bagaimana nasib bangsa ini apabila generasi mudanya menjadi ketergantungan dan di bawah bayang-bayang jeratan narkotika dan obat-obatan terlarang.
I.3.2. Khusus
Tak hanya di kota-besar, kini peredaran narkoba di Indonesia telah merambah kota yang sedang berkembang maupun kota-kota kecil. Dinamika kota Solo yang
seiring waktu semakin berdetak cepat, membuat kota Solo menjadi salah satu pangsa peredaran narkoba yang menjanjikan di propinsi Jawa Tengah.
[Sumber : Badan Narkotika Nasional, 2008]
Gambar I.3. Diagram Penggunaan Narkoba pada Anak-Anak Tahun 2005-2007
5
I -
Permasalahan ini merupakan salah satu dampak sosial yang negatif dari kota Solo yang sedang berkembang. Hal tersebut menjadi alasan bahwa kota Solo merupakan
salah satu kota terbesar di Jawa Tengah setelah Semarang sebagai ibu kotanya. Perkembangan ini menyebabkan kondisi dimana masyarakatnya menjadi heterogen
yang selanjutnya dimanfaatkan oleh para pengedar Narkoba untuk dijadikan daerah operasinya. Berdasarkan pengamatan yang
dilakukan, jumlah korban
ketergantungan narkoba di Solo cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Letak yang strategis, yaitu berada di daerah persimpangan tiga propinsi, yaitu
Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY membuat peredaran narkoba makin merebak di kota ini. Sebagai salah satu kota wisata dan juga kota budaya, Solo sering
dikunjungi wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri, dengan membawa adat kebudayaan dan kepentingan yang berbeda-beda. Selain itu, di Solo juga terdapat
beberapa perguruan tinggi negeri maupun swasta yang menawarkan berbagai fasilitas dan hiburan yang mengundang seluruh pelajar dari berbagai pelosok tanah
air untuk datang dan belajar. Hal ini tercermin dari posisi Provinsi Jawa Tengah yang termasuk dalam peringkat ke-5 daerah yang rawan narkoba di Indonesia.
Gambar I.4. Peringkat Daerah Rawan Narkoba di Indonesia
[Sumber : Badan Narkotika Nasional, 2008]
6
I -
Hal ini diperparah dengan belum adanya sebuah wadah rehabilitasi narkoba di kota Solo. Yang ada hanyalah para korban penyalahgunaan narkoba dimasukkan ke
rumah sakit, dan ditangani secara medis dan menyatu dengan bagian kejiwaan. Padahal penanganan secara sosial maupun bimbingan after care menjadi kunci
utama yang akan menolong para mantan pengguna narkoba agar tidak ketagihan untuk mencobanya lagi. Penanganan after care ini dapat berupa bimbingan sosial,
pendekatan religi, pembekalan keterampilan, dll.
Tabel I.1 Data Fasilitas Pengobatan Ketergantungan di Surakarta Wadah Ketergantungan Narkoba
Jumlah
Rumah Sakit Pusat 1
Rumah Sakit Umum Swasta 5
Rumah Sakit Jiwa Negeri 1
Rumah Sakit Jiwa Swasta 3
Praktik dokter psikiatri 7
[Sumber : Tim Psikiatri RS. Dr. Moewardi, Surakarta, 2006]
Menurut Direktur RSJD Surakarta Dr.dr.KH Sugiharto SH,MKes,MMR, menyebutkan bahwa sekarang ini di kota Solo, RS yang memiliki fasilitas rehabilitasi
ketergantungan obat milik pemerintah, kurang profesional dan c enderung “kecil”.
Kalaupun ada yang bermutu hanya didominasi oleh yayasan swasta. Selain itu, berangkat dari pusat-pusat rehabilitasi yang ada, tempat tersebut cenderung identik
dengan kesan yang menyeramkan, suram, bahkan menyerupai penjara. Hal tersebut pastinya disesuaikan dengan metode terapi yang digunakannya, ada yang
menggunakan cara kekerasan seperti dipukul, diceburkan ke dalam air, dikucilkandiasingkan,dll, untuk mencegah rasa sakit dan ketagihan ketika korban
narkoba tersebut sakaw atau mengalami gejala putus obat.
I.1.3 Arsitektur Perilaku dan Behaviour Setting