79
IV -
- Pada bidang lantai terbuat dari kayu. Hal ini karena warna coklat
dari kayu mendatangkan efek hangat akrab dan alamiah yang tak dapat dijumpai jika menggunakan warna cat coklat.
- Terdapat bukaan yang mengarah keluar, sehingga rehabilitan
tidak merasa bosan ataupun tertekan dengan suasana di dalam. -
Peletakan furniture pada sudut-sudut ruang, hal ini dimaksudkan agar rehabilitan dengan kecenderungan psikologis dan perilaku
labil, mendapatkan sebuat teritori privacy, sehingga ia nyaman berada dalam ruang tersebut dan dapat mengurangi stress yang
timbul akibat pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
c. Ruang Periksa Umum
Ruang periksa umum menampung kegiatan berupa diagnosa kondisi fisik dan pengobatan. Secara umum, ruang periksa yang banyak ditemui
digambarkan sebagai ruang sederhana yang berwarana putih, tanpa ornamen yang menarik, tata ruang yang sederhana dan tata furniture yang kaku. Sehingga
orang akan sungkan untuk masuk dan menimbulkan kesan yang kurang nyaman. Dengan demikian maka ruang periksa yang dibutuhkan adalah ruang
yang mendatangkan rasa nyaman bagi yang membutuhkan, serta tercipta sebuah ruang yang akrab, sehingga orang tidak akan merasa takut untuk masuk
dan tidak meninggalkan kesan yang suram.
Gambar IV.19. Contoh Suasana Ruang Periksa Psikologi [Sumber : DARRC’s.com, 2010]
80
IV -
1. Bentuk Bentuk yang digunakan adalah bentuk bujur sangkar yang
mendatangkan sifat hangat, dengan bukaan jendela yang luas, dimana dapat mendatangkan suasana keterbukaan terutama dalam hal
keterbukaan visual. 2. Tata Ruang
Pada ruang periksa umum pemilihan furniture menggunakan yang bersifat santai dan berstruktur lunak cozy, yaitu sofa, dsb. Untuk
furniture khusus seperti seperti tempat tidur periksa, sebisa mungkin menunjukkan kesan santai dan hangat. Memasukkan unsur alami
berupa bunga-bunga hidup, dalam bentuk vas bunga. Untuk memberi sentuhan lain pada ruang periksa, digunakan
warna-warna pelapis dinding dengan pemilihan seperti warna sejuk dingin yaitu hijau dan biru yang memberikan efek menenangkan, rileks,
dan damai. Selain itu ditambahkan pula unsur kayu yang akan menambahkan kesan alamiah dan bersifat hangat.
d. Ruang Perawatan Karantina Ruang Isolasi
Keberadaan ruangan ini diperuntukkan bagi para rehabilitan dengan tingkat kecanduan yang masih tinggi. Pada tahap kecanduan ini, mereka belum
bisa berinteraksi dengan orang lain secara normal, bahkan sikapnya menunjukkan kecenderungan emosi yang tinggi. Terutama ketika ia mengalami
gejala putus obat sakaw, perilaku mereka bahkan tidak terprediksi. Oleh karenanya mereka membutuhkan ruangan tersendiri. Gangguan privasi
terutama pada hari-hari pertama rehabilitasi akan menimbulkan rasa bingung dan gelisah. Rehabilitan pada ruang isolasi akan mendapatkan pengawasan dan
pengamanan yang kuat dimana hanya petugas yang dapat berhubungan dengan mereka. Meskipun fungsinya sebagai ruang isolasi, diharapkan rehabilitan tidak
merasa terisolasi terpenjara, sehingga perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
81
IV -
1. Bentuk Bentuk menyerupai ruang atau bangsal pada rumah sakit. Karena dalam
ruang rehabilitasi , dirawat untuk menghilangkan gejala withdrawal sehingga kesehatan secara fisik dan psikis menjadi lebih baik. Bangsal
ini akan memiliki bentuk keseluruhan berupa segi empat atau segi banyak, dengan ketinggian ruang yang agak tinggi D1. Sehingga rasa
tertekan karena terisolasi dalam ruang dapat tereduksi. Karena tidak menggunakan bukaan samping, maka disiasati dengan bukaan vertikal,
dalam hal ini diterapkan pada atap. Pada bagian atap, digunakan material transparan seperti polycarbonate, yang difungsikan sebagai
skylight. Selain sebagai satu-satunya sumber cahaya, juga berfungsi sebagai view keluar bagi rehabilitan yang ada di dalamnya, karena
bentuk ruang isolasi yang hampir seluruhnya berupa bidang massif. Diharapkan mereka dapat merenung, merefleksikan diri, bahkan dapat
mengendalikan rasa sakit akibat sakaw tersebut. 2. Tata Ruang
Desain pintu menggunakan kaca yang tidak mudah pecah, cukup kuat, dan tidak mudah didobrak, hanya dapat dikunci oleh perawat,
sehingga mencegah rehabilitan mengunci atau mengurung diri. Juga diperlukan panel akustik yang diperlukan untuk meredamkan suara para
rehabilitan yang pada umumnya berteriak-teriak. Selain itu, dibutuhkan pelapis dinding yang empuk agar mencegah rehabilitan melukai dirinya
sendiri ketika mereka mengalami gejala putus obat sakaw. Untuk kebutuhan metabolisme, disiasati dengan bentuk lantai yang agak
diturunkan dan tanpa sekat, jadi menyatu dengan lantai. Hal ini untuk menghindari agar rehabilitan yang sedang sakaw membenturkan dirinya
ke sebuah benda keras, dan memudahkan aksesnya sekalipun kesadaran mereka tidak sepenuhnya bekerja. Desain bed tempat tidur
menyerupai tempat tidur lipat yang biasanya diterapkan pada kapal- kapal. Hal ini untuk menyiasati agar ruang tidak terasa penuh sesak,
dan model tempat tidur ini lebih aman karena seluruh permukaannya
82
IV -
dilapisi busa, sehingga kemungkinan rehabilitan menyakiti diri melalui tempat tidur ini menjadi lebih kecil.
Tata ruang menggunakan bentuk radial karena akan berpengaruh pada kelancaran sirkulasi dan control optimal dibanding koridor tunggal
atau ganda Porteous J.D., 1997. Pemisahan area isolasi dengan ruang-ruang lainnya dimaksudkan agar privasi kegiatan yang lain tidak
terganggu.
e. Ruang Konseling Terapi Kelompok-Individu-Keluarga