Usaha ternak ayam ras mulai berkembang di Indonesia sekitar tahun 1970 karena produksi daging dan telur ayam kampung belum dapat
memenuhi konsumsi masyarakat. Usaha peternakan ayam ras yang semakin berkembang berkaitan dengan perkembangan teknologi. Hal ini dibuktikan
dengan penemuan alat yang mampu menetaskan telur ayam dalam waktu yang relatif singkat. Penerapan teknologi ini didukung oleh program
pemerintah untuk meningkatkan nilai gizi masyarakat dalam hal ini kebutuhan protein hewani.
Indonesia merupakan negara potensial bagi industri pakan ternak, melihat itu maka salah satu perusahaan asing yaitu PT. Charoen Pokphand yang
berpusat di Thailand mewujudkan minatnya untuk menanamkan modalnya dalam jumlah yang besar secara patungan dengan pengusaha Indonesia.
Sebagai akibat dari peningktan konsumsi dan pertambahan jumlah penduduk Indonesia yang demikian pesat, maka kebutuhan pakan ternak juga
meningkat. Menaggapi perkembangan tersebut PT. Charoen Pokphand Indonesia memperluas usaha dan juga pasarnya dengan mendirikan pabrik
baru yang berlokasi di Surabaya dan Medan.
2.2. Ruang Lingkup Perusahaan
PT. Charoen Pokphand Indonesia cabang Medan yang berlokasi di Jl. Pulau Sumbawa No. 5 KIM-II Mabar, bergerak dalam industri pengolahan pakan
ternak darat agrofeed, meliputi pakan ternak ayam dan babi dengan kapasitas produksi 300.000 ton.
2.3. Lokasi Perusahaan
Lokasi perusahaan PT. Charoen Pokphand Indonesia cabang Medan di Jl. Pulau Sumbawa No.5 KIM-II Mabar.
2.4. Daerah Pemasaran
PT. Charoen Pokphand Indonesia merupakan produsen pakan unggas, bibit ayam, dan daging ayam terkemuka di Indonesia dengan suatu jaringan
produksi, fasilitas penelitian pembibitan, pertambakan dan pembekuan udang yang terbesar di penjuru tanah air.
Pasar-pasar PT. Charoen Pokphand Indonesia meliputi daerah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau dan Aceh. Sedangkan untuk Eksport terutama ke
India, Srilanka, Bangladesh, Dan Vietnam.
2.5. Dampak Sosial Ekonomi Terhadap Lingkungan
Masyarakat sekitar memperoleh dampak yang positif dengan berdirinya PT. Charoen Pokphand Indonesia, khususnya dari segi sosial ekonomi. Dampak
yang diperoleh diantaranya adalah: 1.
Terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat sehingga mengurangi jumlah pengangguran.
2. Mengembangkan usaha skala mikro, dengan banyaknya usaha yang tumbuh
di sekitar pabrik.
3. Pengembangan jalan disepanjang jalan industri menuju pabrik PT. Charoen
Pokphand Indonesia. 4.
Pemasukan listrik di sepanjang jalan industri menuju PT. Charoen Pokphand Indonesia.
2.6. Bahan yang Digunakan
2.6.1. Bahan Baku
Bahan baku adalah bahan yang ikut dalam proses produksi dan memiliki persentase terbesar dalam produk akhir. Bahan baku yang digunakan adalah:
1. Jagung Kuning
Jagung kuning mengandung zat karbohidrat yang tinggi, selain itu jagung juga memiliki zat protein sehingga dapat menjadi sumber makanan yang baik. Jenis
jagung yang digunakan pada PT. Charoen Pokphand Indonesia dibedakan atas jagung lokal dan juga jagung impor. Agar memenuhi standard mutu yang
ditetapkan, maka kadar air dari jagung harus 16 dan kadar toksin yang rendah. Jagung yang digunakan dalam proses produksi ini sebanyak 60dari
semua bahan yang digunakan. 2.
Bungkil Kacang Kedelai BKK Bungkil kacang kedelai mengandung nilai protein yang tinggi, karena di
dalamnya terkandung asam amino lisin, yaitu asam amino yang paling esensial diantara asam-asam amino yang lainnya.
3. Tepung Ikan Guar Meal
Tepung ikan merupakan hasil dari pengolahan ikan menjadi berbentuk tepung. Kandungan tepung ikan meliputi protein, lemak dan juga kalsium.
4. Tepung batu dan biji batu
Alat bantu bagi pencernaan ayam dan sumber kalsium utama bagi hewan ternak.
5. Corn Gluten Meal MealCGM
Corn Gluten Meal merupakan produk olahan jagung yang telah dilengkapi dengan protein. Bahan baku ini digunakan pada pakan untuk unggas.
6. Dedak
Dedak yang digunakan sebagai bahan baku untuk produksi pakan ternak adalah dedak padi. Dedak padi merupakan kulit ari beras yang diperoleh dari
proses penyosohan beras.
2.6.2. Bahan Penolong
Bahan penolong adalah bahan yang digunakan untuk meningkatkan mutu produk menjadi bernilai namun bahan tersebut tidak ikut dalam proses produksi.
Bahan penolong yang digunakan di PT. Charoen Pokphand Indonesia adalah karung dan benang jahit.
2.6.3. Bahan Tambahan
Bahan tambahan adalah bahan yang ditambahkan dalam suatu proses produksi sehingga dapat meningkatkan mutu produk menjadi lebih baik. Bahan
tambahan yang digunkan di PT. Charoen Pokphand Indonesia antara lain: 1.
Liquid a.
CPO b.
Fish Oil c.
CC-Clorit d.
Oil mesh e.
Air 2.
Aditif a.
Premix + Vitamin b.
Garam c.
Monocalsium d.
L-lysine e.
Calsium sulfat f.
Sodium bicarbonat Besarnya kebutuhan masing-masing bahan baku, bahan tambahan dan
bahan tambahan dan bahan penolong dalam kondisi proses produksi yang berjalan normal disesuaikan dengan jenis dan banyaknya pesanan.
Produksi rata-rata yang dapat dikerjakan oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia yaitu 1500 tonhari dengan waktu kerja tiap bulannya rata-rata 22 hari,
yang terdiri dari beberapa jenis pakan ternak. Satu kali produksi menghasilkan 5
ton, yang terdiri dari 100 bags karung, dan tiap karung terdiri dari 50 kg. Dalam hal mutukualitas produk, perusahaan sangat mengutamakannya, seperti seluruh
jenis bahan baku dan hasil produksi yang sangat dijaga ukuran serta takarannya, dimana setiap waktu petugas bagian Quality Control selalu mengadakan
pemeriksaan.
2.7. Uraian Proses Produksi
Proses produksi pakan ternak di PT. Charoen Pokphand Indonesia Medan dilakukan melalui beberapa tahapan, mulai dari proses penuangan bahan baku
sampai kepada produk jadi. Tahap-tahap proses produksi di lantai produksi dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Penuangan intake section
Proses pengolahan pakan ternak dimulai dengan menuangkan bahan baku yang disebut dengan Intake section. Intake section terbagi dua bagian yaitu
intake jagung dan intake bahan baku yang berbentuk tepung. Jagung yang dituang melalui intake akan dimasukkan ke cylo dengan menggunakan bucket
elevator, sedangkan bahan baku yang berbentuk tepung akan dimasukkan ke bin raw material dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator.
2. Penyaringan
Proses penyaringan dilakukan untuk membersihkan bahan baku dari kotoran. Sebelum masuk ke dalam bin, bahan baku akan melewati sistem magnet untuk
memisahkan kotoran besi dan logam-logam dari bahan baku. Setelah itu,
bahan baku akan melalui drum pengayak drum shiever sehingga bahan baku dibersihkan dari kotoran seperti plastik, kayu dan benda keras lainnya.
3. Pengeringan
Proses pengeringan dilakukan hanya untuk bahan baku jagung basah yang memiliki kadar air 18 - 25, dimana standar kualitas jagung yang
digunakan dalam proses produksi memiliki kadar air 15. Oleh karena itu, jagung harus dikeringkan terlebih dahulu sebelum diolah agar tidak busuk dan
dapat bertahan lama. Jagung basah yang masuk melalui intake, dimasukkan ke wet cylo kemudian dikeringkan dengan menggunakan dryer, kemudian dibawa
ke dry cylo dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator. Selanjutnya udara akan dialirkan ke dry cylo dengan menggunakan blower
agar jagung tidak panas akibat bertumpuknya jagung-jagung, dan dari dry cylo, jagung ini akan dibawa ke bin raw material dengan menggunakan chain
conveyor dan bucket elevator. 4.
Penimbangan Dosing Bahan baku yang berada di bin raw material kemudian ditimbang terlebih
dahulu sesuai dengan formula yang diinginkan sampai mencapai kuantitas 1 batch 3 ton. Bahan baku ditimbang dengan menggunakan 2 buah timbangan,
yaitu timbangan I dengan kapasitas 3000 kg dan timbangan II dengan kapasitas 1500 kg. Bahan yang telah ditimbang dibawa ke bin hopper dengan
menggunakan chain conveyor dan bucket elevator. 5.
Penggilingan grinding
Bahan baku yang berada di bin hopper dibawa ke dalam vibrator shifter saringan bergetar dengan menggunakan chain conveyor melalui slide gate
untuk memisahkan bahan baku yang kasar dengan bahan baku yang halus. Bahan baku yang halus akan langsung jatuh ke dalam bin tower hammer mill
sedangkan bahan baku yang kasar akan melalui proses penggilingan terlebih dahulu sebelum masuk ke dalam bin tower hammer mill. Proses penggilingan
dilakukan dengan menggunakan mesin hammer mill dengan kapasitas 22 tonjam , kecepatan putar 3000 rpm, dan daya 132 kW. Putaran yang terjadi
dalam mesin, membuat bahan baku terpukul dan terlempar ke sepanjang sisi mesin penggiling. Proses penggilingan yang terjadi pada mesin akan
menghasilkan udara panas, dimana udara panas ini akan dihisap oleh blower melalui jet filter dan dibuang ke udara.
6. Pencampuran mixer
Bahan baku yang berada di bin tower hammer mill masuk ke mixer melalui slide gate untuk dicampur hingga rata. Pada proses ini, terjadi penambahan
obat-obatan seperti Rhodimet, CPO, Choline, garam, dan zat additive sampai tercampur dengan semua bahan. Mesin mixer yang digunakan berkecepatan 22
rpm dan kapasitas 4 tonjam dengan daya 30 kW. Pisau-pisau pengaduk pada mesin ini berbentuk solenoide yang berputar pada sumbunya secara
berlawanan. Hasil pencampuran pada mesin ini berbentuk mess yang kemudian akan dibawa ke bin finish product dengan menggunakan chain
conveyor dan bucket elevator. Akan tetapi, untuk produk berbentuk pellet, maka bahan campuran dari mixer ini akan mengalami proses pelletizing dan
untuk produk yang berbentuk crumble, maka mess tepung hasil olahan mesin ini akan melalui proses pelletizing dan crumbling sebelum masuk ke bin
finish product. 7.
Pembutiran pelletizing Pelletizing atau pembutiran merupakan pengolahan lebih lanjut terkhusus
untuk produk yang berbentuk pellet. Campuran yang berbentuk mess tepung dibawa ke pellet mill melalui bin pellet. Sebelum mengalami pemanasan,
tepung yang masuk ke bin pellet disaring terlebih dahulu, kemudian dipanaskan pada suhu 85
pada tekanan 8-9 bar. Panas yang digunakan berasal dari uap kering yang dihasilkan dari boiler. Bahan yang telah dipanaskan
kemudian dibentuk menjadi pellet dengan menggunakan mesin press yang terdiri dari ring die press yang mempunyai lubang-lubang dengan ukuran
tertentu yang disesuaikan dengan produk yang akan dihasilkan. Die ring berputar dengan kecepatan 1500 rpm dan kapasitas 15tonjam dengan daya
200 kW, pada bagian tengahnya terdapat 2 buah rol yang berputar searah dengan putaran die ring press dengan kecepatan yang sama dan saling
menekan. Dengan demikian bahan campuran yang masuk akan berputar dan ditekan keluar melalui lubang-lubang yang terdapat pada ring die press.
Selanjutnya, di luar ring die press terdapat pisau yang akan memotong hasil pellet, sehingga ukuran panjang sesuai dengan yang diinginkan. Hasil
pemotongan dari pellet mill dibawa ke mesin cooler untuk didinginkan sampai pada batas temperatur yang telah ditentukan oleh alat sensor. Hasil dari mesin
cooler akan dibawa ke bin finase untuk disemprotkan cairan finase yang
bertujuan untuk menghaluskan permukaan pellet, selanjutnya produk ini dibawa ke bin finish product.
8. Proses Crumble crumbling
Crumbling merupakan pengolahan lebih lanjut terkhusus jika produk yang diinginkan dalam bentuk crumble. Pellet yang dihasilkan melalui pellet mill
akan dibawa ke mesin crumble. Pada mesin ini, terjadi proses pemotongan pellet menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan yang diinginkan. Mesin
crumble ini berputar dengan kecepatan 22 rpm dan daya 1,5 kW. Crumble yang dihasilkan kemudian disaring menggunakan vibrator. Hasil penyaringan
dibawa ke bin finase untuk disemprotkan cairan finase yang bertujuan untuk menghaluskan permukaan crumble dan selanjutnya dibawa ke bin finish
product. Sementara abu yang dihasilkan dari vibrator dibawa kembali ke mixer dengan menggunakan chain conveyor dan bucket elevator untuk diolah
kembali. 9.
Pengepakan sacking Produk jadi dari proses pengolahan pakan ternak ini terdiri atas 3 bentuk yaitu
mash, pellet, dan crumble, dimana semuanya akan masuk ke bin finish product yang telah ditentukan sesuai dengan jenisnya. Produk jadi ini akan dicurahkan
ke karung plastik melalui slide gate sebanyak 50 kgkarung. Proses ini berlangsung secara otomatis melalui sebuah mesin yang telah di program
terlebih dahulu. Karung yang telah diisi kemudian dijahit dengan menggunakan sewing machine dan kemudian dibawa ke gudang produk jadi
dengan menggunakan alat angkut forklift untuk disimpan sementara sebelum dilakukan proses pengiriman.
2.8. Utilitas