commit to user
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini peneliti akan melaksanakan analisis data terhadap data-data yang berkaitan dengan CSR TPS Food SEHATI bidang Kesehatan. Namun,
karena keterbatasan akses dalam mengikuti kegiatan, peneliti hanya dapat melalukan observasi pada kegiatan Posyandu sehingga lebih mendominasi analisis
data pada bab ini. Sedangkan untuk kegiatan Khitanan Massal dan Pengobatan Gratis, peneliti tidak dapat melalukan analisis pada tahap evaluasi kegiatan.
A. Analisis Pemahaman PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. akan
Permasalahan Kesehatan Masyarakat Desa Sepat
Masyarakat Sepat sebagai salah satu publik eksternal PT. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. telah berperan penting dalam pengembangan perusahaan.
Belajar dari pengalaman selama lebih dari setengah abad, TPS Food selalu menjaga hubungan baik dengan masyarakat Sepat. Untuk menjaga hubungan baik
dengan masyarakat Sepat, PR TPS Food hadir melaksanakan tugas tersebut. Pada awalnya PR TPS Food menjalin komunikasi dengan masyarakat Sepat melalui
kegiatan sosial kemasyarakatan. Dalam hal ini, PR TPS Food melaksanakan fungsi komunikasi, yaitu sebagai pelaksana komunikasi perusahaan dengan
masyarakat Sepat secara berkesinambungan agar menciptakan sebuah hubungan yang baik.
commit to user
Mengingat bahwa setiap kegiatan operasional TPS Food tidak dapat dipisahkan dari permasalahan, seperti masalah air dan limbah yang sewaktu-
waktu dapat muncul, maka fungsi PR TPS Food disini me-manage hubungan baik tersebut agar tidak terjadi ketegangan. PR TPS Food melibatkan fungsi
manajemen dalam setiap permasalahan yang muncul dengan masyarakat Sepat sehingga hubungan baik dengan masyarakat Sepat tetap terjaga. Sebagaimana
penuturan Rohmad selaku PR TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa PR TPS Food mengadakan komunikasi dengan masyarakat sekitar
sehingga terjalin suatu hubungan yang baik. Tujuannya agar perusahaan dengan masyarakat
ada komunikasi
yang berkesinambungan. Karena dengan berkomunikasi, masyarakat merasa diperhatikan sehingga masalah dapat
terselesaikan. …. dan hubungan yang baik ini dapat terus berjalan. Dengan demikian PR TPS Food menurut Morissan merupakan fungsi manajemen
membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi kesuksesan atau kegagalan
organisasi tersebut. External relations yang terjalin antara PR TPS Food dengan masyarakat
Sepat diwujudkan dengan membentuk community relations CR. Sebagaimana devinisi CR menurut DeMartinis adalah sebagai cara berinteraksi dengan berbagai
publik yang saling terkait dengan operasi perusahaan maka TPS Food membentuk rapat tiga bulanan yang diikuti oleh stakeholders mulai dari tokoh masyarakat,
Ketua RT, sampai Lurah desa. Sedangkan pihak TPS Food diwakili oleh PR. Dalam rapat tersebut terjadi komunikasi timbal balik antar kedua belah pihak.
commit to user
Sebagai pelaksana komunikasi, PR TPS Food berperan sebagai komunikator dengan menyampaikan program apa yang akan dilaksanakan perusahaan dalam
waktu dekat sehingga dapat mengetahui tanggapan masyarakat. PR TPS Food melakukan bentuk komunikasi berefek psikomotorik, yaitu menginginkan supaya
komunikan masyarakat berbuat seperti apa yang disarankan komunikator PR. Selain itu PR TPS Food dituntut untuk menjadi komunikan, yaitu mampu
mendengar keluh kesah masyarakat dan memberikan tanggapan, sejauh mana perusahaan dapat membantu.
Melalui model komunikasi dua arah yang seimbang Two Way Symmetrical Communication, rapat tiga bulanan ini dapat menciptakan
kesepahaman dan pengertian antar kedua belah pihak sehingga tercipta keuntungan timbal balik guna mendukung tujuan perusahaan. Dukungan serta
partisipasi stakeholders dalam setiap kegiatan perusahaan merupakan salah satu kunci sukses TPS Food dalam mencapai visi misinya.
Komunikasi timbal balik antara TPS Food dengan masyarakat Sepat yang terus-menerus berlangsung menimbulkan pemahaman perusahaan terhadap
karakteristik publik eksternalnya. Pemahaman TPS Food terhadap karakteristik masyarakat Sepat adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat Sepat dapat diajak duduk bersama dalam menyelesaikan masalah
tanpa harus menggunakan kekerasan. Karena melalui komunikasi dua arah, masyarakat Sepat merasa diperhatikan.
2. Permasalahan yang paling vital pada masyarakat Sepat adalah air bersih yang
merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat ditunda dan polusi pabrik yang
commit to user
dapat merugikan masyarakat. TPS Food akan selalu berhati-hati pada kedua hal tersebut dan terus memberikan pemahaman kepada masyarakat.
3. Sebagian besar masyarakat Sepat bekerja sebagai petani. Namun, kondisi tanah
desa Sepat yang tidak subur menyebabkan masyarakat banyak yang bekerja serabutan. Masyarakat menjadi berpenghasilan kurang sehingga menimbulkan
culture dimasyarakat Sepat bahwa “jika ada uang lebih baik digunakan untuk makan sehari-hari”. Akhirnya masyarakat Sepat mengesampingkan kebutuhan
akan kesehatan dan pendidikan. Melalui pemahaman TPS Food terhadap karakteristik masyarakat Sepat,
TPS Food dapat memahami pula permasalahan yang terjadi pada masyarakat Sepat. TPS Food memahami bahwa permasalahan masyarakat Sepat lebih
mengarah pada kwalitas SDM sumber daya manusia yang rendah. Sebagai perusahaan yang beretika dalam berbisnis Good Corporate Governance, sudah
semestinya TPS Food bertanggungjawab mengatasi masalah tersebut. TPS Food wajib melaksanakan peraturan UU PT No. 40 pasal 74 Tahun 2007, mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan. Maka TPS Food berkomitmen untuk meningkatkan kualitas SDM masyarakat Sepat. Sebagaimana penuturan Tantri
Kurniawati selaku staff HRD TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi Good Corporate Governance,
TPS Food menjalankan etika bisnis dengan turut serta membangun sumber daya manusia disekitar perusahaan, maka diwujudkan dengan salah satu misinya yaitu
pengembangan SDM desa Sepat. Pengembangan SDM ini dilihat dari tingkat pendidikan dan kondisi kesehatannya. Dua hal yang saling berhubungan ini
commit to user
menjadi bekal manusia dimasa depan. Jika manusia tidak sehat sehingga pendidikan yang didapat tidak bagus maka manusia tersebut tidak akan
berkembang. Pemikiran ini yang melatarbelakangi responsibility TPS Food sebagai sebuah tanggung jawab yang wajib diwujudkan.
Dengan adanya responsibility dalam diri TPS Food berarti perusahaan mampu menunjukkan bahwa mereka merupakan good corporate responsibility.
Sebagaimana telah dikutip pada bab terdahulu bahwa good corporate responsibility dapat diwujudkan melalui program pembangunan masyarakat
community development. Langkah TPS Food untuk membangun masyarakat Sepat dilakukan melalui:
1. Membeli tanah masyarakat Sepat yang tidak subur. Setelah melalui
pembicaraan dengan Lurah dan perundingan harga dengan masyarakat, TPS Food membeli tanah tersebut dengan harga berlipat dan menukarnya dengan
tanah yang produktif. TPS Food menjelaskan manfaat yang dapat dirasakan masyarakat bahwa masyarakat dapat bertani dengan mudah. TPS Food pun
mendapatkan lahan untuk perluasan pabrik. 2.
Mempekerjakan karyawan dari masyarakat sekitar dengan sistem outsourcing yang kemudian berkembang menjadi karyawan tetap. Tanpa disadari, TPS
Food mendapat
banyak kemudahan
dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya. TPS Food tidak perlu menyediakan fasilitas antar jemput, serta
mempunyai karyawan yang sudah mengenal karakter perusahaan, begitu juga sebaliknya. Kemudahan juga dirasakan oleh masyarakat Sepat terutama
meningkatnya taraf hidup karena mereka mendapatkan penghasilan tetap.
commit to user
Sebagaimana penuturan Mujiono selaku warga Sepat yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa dari hasil menjual tanah ke TPS Food sehingga warga
mendapat tanah yang bisa ditanami dan bisa membeli motor. Begitu juga dengan warga lain juga senang dapat bekerja di TPS Food, merasa nyaman
karena tempat kerja yang dekat rumah. Warga juga banyak yang sudah mempunyai ponsel dan motor, dibandingkan dengan dulu.
Dengan upaya TPS Food membangun masyarakat sekitar community development, maka dapat menciptakan hubungan timbal balik yang bersifat
simbiosa mutualisme antara TPS Food dengan masyarakat Sepat. Melihat hubungan yang saling menguntungkan tersebut, TPS Food ingin
memaksimalkan karyawan dari masyarakat sekitar. TPS Food juga menginginkan karyawan yang memiliki kualitas SDM yang baik sehingga TPS Food
memperhatikan kesejahteraan karyawannya yang mana merupakan masyarakat sekitar perusahaan sendiri. Berdasarkan pemahaman TPS Food terhadap
permasalahan masyarakat Sepat maka TPS Food lebih memperhatikan faktor penentu kualitas SDM rendah yang diukur dari tingkat pendidikan serta kondisi
kesehatan. Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa TPS Food mengharapkan karyawan
maksimal dari masyarakat sekitar. Jika kualitas SDM masyarakat sekitar rendah, sama halnya TPS Food mendapatkan input yang tidak bagus. Kualitas SDM dapat
dilihat melalui tingkat pendidikan dan kesehatan. …. Dengan masyarakat yang semakin sehat dan semakin pintar, ditunjang dengan SDA yang potensuial, maka
commit to user
suatu saat dapat membantu TPS Food dengan menjadi karyawan yang semakin bagus. Impact-nya dapat dirasakan TPS Food untuk investasi jangka panjang. ….
Terutama untuk kondisi kesehatan masyarakat Sepat, dapat dikatakan baik walaupun sempat mewabah DB demam berdarah. Sehingga dapat dikatakan
bahwa kondisi masyarakat Sepat yang sehat tapi memiliki kualitas SDM yang rendah. Untuk menelusuri hal tersebut, PR TPS Food melalukan fact finding
dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1.
Penentuan skala prioritas. Desa Sepat terdiri dari lima kebayanan
Sepat, Gandu, Tekikrejo, Jatirejo, dan Selorejo
yang memiliki 46 RT. Mengingat rapat tiga bulanan bersama stakeholders yang terdiri dari 16 RT, maka PR TPS Food memprioritaskan fact
finding pada area tersebut sebagai sasaran utama atau kelompok primer. Kelompok primer ini merupakan desa yang letaknya paling dekat dengan TPS
Food disebut dengan Ring I. Sedangkan kelompok sekunder atau Ring II merupakan desa yang letaknya jauh dengan TPS Food desa Wonorejo,
Nglelangan, Ndawungan, dan Pucuk dan kelompok tersier atau Ring III merupakan desa yang letaknya paling jauh dengan TPS Food desa Tembok
Rejo, Krebet, Mojoroto, dan Bendungan. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa Ring I
adalah yang paling utama karena benar-benar daerah yang mengelilingi TPS Food. Jika TPS Food membangun yang jauh terlebih dahulu sedangkan yang
terdekat masih tidak bagus, akan menjadi hal yang sia-sia. Maka Ring I adalah wilayah sekitar TPS Food yang lebih dahulu diperbaiki, kemudian melebar ke
commit to user
Ring II-IV. Program yang sifatnya spesifik dikonsentrasikan dan difokuskan pada Ring I, Ring II – IV merupakan program yang sifatnya umum.
2. Pemahaman tentang need assessment masyarakat.
Untuk mengetahui need assessment taksiran kebutuhan masyarakat Sepat mengenai faktor kesehatan yang menyebabkan kualitas SDM masyarakat
rendah, PR TPS Food melakukan observasi ke Puskesmas dan Posyandu Sepat. PR TPS Food menangkap bahwa masyarakat Sepat kurang mendapat asupan
gizi yang baik. Ternyata selama ini Posyandu kekurangan sarana prasarana dan pemberian program makanan tambahan PMT yang jauh dari angka
kecukupan gizi AKG. PMT dari pemerintah sangat minim padahal setiap Posyandu rata-rata terdiri dari 50 – 60 orang. Sebagaimana penuturan Sri
Supadmi selaku Bidan desa Sepat yang telah dikutip pada bab terdahulu, bahwa dana dari Pemerintah untuk Posyandu hanya sedikit, padahal jumlah
Balita banyak. Untuk sementara Bidan yang membelikan PMT tetapi tidak mewah karena tidak hanya satu Posyandu …. Terkadang juga Kader yang
membelikan PMT sehingga dapat bergantian. …. yang terpenting ada PMT- nya sehingga Posyandu menjadi sedikit hidup. Data yang diperoleh dari setiap
pelaksanaan Posyandu menunjukkan keikutsertaan masyarakat dalam Posyandu sangat minim serta berat badan Balita yang rendah.
Hasil pemahaman PR TPS Food terhadap need assessment masyarakat Sepat, khususnya pada pelaksanaan Posyandu sebagai salah satu tempat
pemeriksaan kesehatan terutama gizi sejak dini, dibedakan menjadi beberapa kategori yaitu:
commit to user
a. Need keperluan
Masyarakat Sepat memerlukan fasilitas Posyandu yang memadai. b.
Desire keinginan Masyarakat Sepat menginginkan pelaksanaan Posyandu berjalan maksimal.
c. Interest ketertarikan
Masyarakat Sepat memiliki ketertarikkan sendiri akan adanya PMT sehingga angka kecukupan gizinya AKG tidak terpenuhi.
d. Wants kebutuhan
Masyarakat membutuhkan Kader Posyandu yang aktif dan berkompeten. 3.
Dialog dengan opinion leader dalam masyarakat. Setelah melakukan observasi ke Posyandu Sepat serta membuat need
assessment masyarakat Sepat mengenai Posyandu, PR TPS Food berkomunikasi dengan opinion leader masyarakat, dalam hal ini adalah petugas
Puskesmas dan Bidan desa Sepat. Melalui proses komunikasi bertahap face to face, PR TPS Food bekerja sama dengan Puskesmas dan Bidan desa Sepat
untuk meningkatkan gizi masyarakat sejak usia dini melalui kegiatan Posyandu.
Sebagai kelanjutan dari pembangunan masyarakat, TPS Food ingin mewujudkan kepeduliannya kepada masyarakat Sepat tersebut melalui program
tanggung jawab sosial perusahaan. Program kegiatan yang dimaksud adalah CSR Corporate Social Responsibility. TPS Food merencanakan program CSR yang
pada intinya mendapatkan manfaat bersama antara perusahaan dengan masyarakat serta mengeratkan hubungan yang sudah terjalin baik karena menurut Sharma S.,
commit to user
Sharma J. and Devi A., CSR dapat berperan memelihara hubungan sosial positif antara perusahaan dan masyarakat.
B. Analisis Perencanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food