commit to user
Sebagaimana penuturan Suyanto selaku Ketua RT 45 desa Sepat
hasil wawancara dengan peneliti 25092010 berikut ini:
“Alhamdulillah masyarakat sini sudah enak, sudah paham mengenai sistem kerja di TPS Food. Sekarang kan ada sistem kontrak kerja, kalau
memang kerjaan di TPS Food sepi tetap dikurangi karyawayannya, kalau memang sedang ramai kerjaan tetap dipakai lagi. Jadi selama ini
masyarakat yang bekerja disitu dipermudah semua”.
5
2. Pemahaman TPS Food akan Permasalahan Kesehatan Masyarakat Sepat
TPS Food terus berupaya untuk selalu peka pada stakeholders-nya karena prinsip saling memiliki. Masalah masyarakat Sepat adalah masalah TPS
Food juga. Teutama masalah kebersihan dan kesehatan, TPS Food selalu berupaya menciptakan lingkungan kerja yang bersih dan sehat. Desa Sepat
yang padat penduduk serta tanaman yang tumbuh sangat banyak, menyebabkan masyarakat kurang peduli pada kebersihan lingkungan. Akibatnya wabah
demam berdarah DB pun sering melanda masyarakat Sepat. TPS Food berusaha menanamkan arti penting kebersihan bagi kesehatan kepada
masyarakat Sepat. Agar wabah tersebut tidak meluas ke daerah lain, TPS Food bekerjasama dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen melakukan
pemberantasan sarang nyamuk PSN dengan fogging. Pemantauan juga dilakukan TPS Food bekerja sama dengan Bidan, Kader, dan perangkat desa,
yang setiap bulan rutin melakukan kunjungan ke rumah-rumah masyarakat Sepat untuk pemeriksaan jentik-jentik nyamuk. Pemahaman akan kebersihan
dan kesehatan lingkungan terus ditanamkan pada masyarakat Sepat melalui penyuluhan yang dilakukan pada saat PKK, Posyandu, dan rapat rutin RT.
5
Kutipan wawancara peneliti dengan Suyanto selaku Ketua RT 45 desa Sepat 25092010.
commit to user
Hasilnya benar-benar
dirasakan masyarakat
Sepat, dengan
meningkatnya kondisi kesehatan masyarakat Sepat. Wabah DB yang sering melanda sudah dapat dicegah. Sebagaimana penuturan Sri Supadmi selaku
Bidan desa Sepat hasil wawancara dengan peneliti 25092010 berikut ini: “Dulu sering ada DB berturut-turut melanda masyarakat Sepat dari
rumah ke rumah. Tapi sekarang sudah berkurang. Kondisi kesehatan masyarakat sini juga sudah relatif baik, mereka jarang sakit. Sebagian
besar masyarakat sini bekerja sebagai petani sehingga mereka setiap hari seperti berolahraga menggarap sawah gitu. Puskesmasnya pun juga
mudah diakses oleh masyarakat karena lokasinya yang strategis dan tenaga medis dokter, bidan yang sudah mencukupi”.
6
Namun, TPS Food melihat kondisi kesehatan masyarakat Sepat dari sisi yang lain. Walaupun masyarakat Sepat relatif sehat, tetapi kualitas SDM
sumber daya manusia masyarakat Sepat tidak seperti masyarakat lain. Hal ini terlihat jelas bahwa tingkat pendidikan masyarakat Sepat rata-rata hanya
sampai pada jenjang SMP. Agar mendapatkan keterangan yang lebih pasti, PR TPS Food mengadakan pertemuan dengan komunitas guru sekolah sekitar desa
Sepat. Melalui pertemuan tersebut, TPS Food mendapatkan fakta bahwa anak- anak di desa Sepat tidak melanjutkan sekolahnya ke jenjang SMA, bahkan ada
yang sampai SD saja. Faktor biaya menjadi faktor penting, karena memang kultur mereka adalah “jika ada uang lebih baik digunakan untuk makan sehari-
hari”. Guru-guru sekitar desa Sepat juga menyatakan bahwa anak-anak sekolah yang berada di desa Sepat memiliki prestasi yang kecil di kelas, tidak seperti
desa lain.
6
Kutipan wawancara peneliti dengan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat 25092010.
commit to user
Survey yang dilakukan TPS Food, khususnya oleh PR terhadap masyarakat Sepat menunjukkan bahwa memang kualitas SDM masyarakat
Sepat, terutama anak-anak sekolah, lebih rendah dibandingkan dengan desa lain. TPS Food menangkap faktor asupan gizi masyarakat sebagai salah satu
penyebab kualitas SDM yang rendah. Setelah melalui proses komunikasi dengan Puskesmas dan Bidan desa Sepat secara bertahap, PR TPS Food
melakukan observasi terhadap pelaksanaan Posyandu desa Sepat. Ternyata selama ini Posyandu kekurangan sarana prasarana dan pemberian program
makanan tambahan PMT yang jauh dari angka kecukupan gizi AKG. PMT dari pemerintah sangat minim padahal setiap Posyandu rata-rata terdiri dari 50–
60 orang. Bidan desa pun menyatakan bahwa tingkat gizi masyarakat Sepat terutama anak-anak sekolah sangat rendah. Data yang diperoleh dari setiap
pelaksanaan Posyandu, keikutsertaan masyarakat dalam Posyandu sangat minim serta berat badan balita yang rendah. Sebagaimana penuturan Sri
Supadmi selaku Bidan desa Sepat hasil wawancara peneliti 25092010 berikut ini:
“Dana dari Pemerintah untuk Posyandu cuma sedikit, padahal jumlah Balitanya banyak. Sementara saya jajake dulu tapi yaa tidak mewah
karena tidak satu Posyandu tok sing tak openi. Kadang juga Kader yang membelikan PMT, jadi bisa gantian. Tapi terus terang kalau membebani
Kader kasian. Kader itu sudah ngayai Posyandu, tidak digaji, dikon jajake meneh. Saya kalau ada uang pasti saya kasih Kader untuk PMT.
Paling-paling dapatnya jajanan anak kecil. Yaa yang penting ada PMT nya, Posyandu bisa agak hidup”.
7
7
Kutipan wawancara peneliti dengan Sri Supadmi selaku Bidan desa Sepat 25092010.
commit to user
Hasil survey PR TPS Food ini disampaikan pada Manager TPS Food agar dapat ditindak lanjuti. Sudah menjadi komitmen TPS Food untuk ikut
bertanggungjawab meningkatkan
kualitas SDM
masyarakat Sepat.
Sebagaimana penuturan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food hasil wawancara dengan peneliti 12082010 berikut ini:
“Sebagai perusahaan yang menjunjung tinggi Good Corporate Governance, TPS Food menjalankan etika bisnis dengan turut serta
membangun sumber daya manusia disekitar perusahaan, maka kami wujudkan dengan salah satu misi yaitu pengembangan SDM desa
Sepat. Pengembangan SDM ini kami lihat dari tingkat pendidikan dan kondisi kesehatannya. Dua hal yang saling berhubungan ini yang
menjadi bekal manusia dimasa depan. Kalau manusia tidak sehat sehingga pendidikan yang didapat tidak bagus maka manusia tersebut
tidak akan berkembang. Pemikiran ini yang melatarbelakangi Responsibility kami sebagai sebuah tanggung jawab yang wajib kita
wujudkan”.
8
Responsibility TPS Food dituangkan dalam program CSR corporate social responsibility yang mempunyai misi utama untuk meningkatkan SDM
masyarakat Sepat, mulai dari perbaikan gizi sejak dini dan peningkatan jenjang pendidikan. TPS Food ingin berupaya untuk mengembangkan masyarakat agar
dapat memperbaiki taraf hidupnya baik dibidang kesehatan, pendidikan, maupun kesejahteraan ekonomi. TPS Food berharap untuk ke depannya,
masyarakat Sepat sudah memiliki SDM yang berkualitas sehingga dapat membantu dan mengembangkan TPS Food dengan menjadi karyawan tetap.
Tahap awal yang diambil TPS Food sebelum melaksanakan program CSR yaitu dengan mengklasifikasi sasaran CSR. Klasifikasi ini dibuat
berdasarkan desa di kecamatan Masaran, kabupaten Sragen, yang letaknya
8
Kutipan wawancara peneliti dengan Tantri Kurniawati selaku staff HRD TPS Food 12082010
.
commit to user
dekat, jauh, dan paling jauh dengan TPS Food yang disebut dengan “Ring”. TPS Food mengklasifikasikannya menjadi tiga Ring, yaitu
a. Ring I: desa yang letaknya dekat dengan TPS Food, yaitu desa Sepat
meliputi satu kebayanan Sepat, Gandu, Tekikrejo, Jatirejo, dan Selorejo.
b. Ring II: desa yang letaknya jauh dengan TPS Food, yaitu desa Wonorejo,
Nglelangan, Ndawungan, dan Pucuk. c.
Ring III: desa yang letaknya paling jauh dengan TPS Food, yaitu desa Tembok Rejo, Krebet, Mojoroto, dan Bendungan.
TPS Food lebih mengkhususkan program CSR-nya untuk masyarakat Ring I. Sebagaimana penuturan Rohmad selaku PR TPS Food hasil wawancara
dengan peneliti 14082010 berikut ini: “Ring I adalah yang paling utama karena benar-benar daerah yang
mengelilingi TPS Food. Kalau kita membangun yang jauh dulu sedangkan yang terdekat masih tidak bagus, percuma saja. Jadi benar-
benar Ring I ini adalah wilayah sekitar TPS yang kita perbaiki dulu, baru kemudian melebar ke Ring II-III. Program yang sifatnya spesifik
kita konsentrasi dan fokus pada Ring I, Ring II – III benar-benar program yang sifatnya umum”.
9
Setelah TPS Food menetapkan sasaran utamanya, selanjutnya strategi yang ditempuh PR TPS Food dengan berkomunikasi secara face to face pada
stakeholders yang menghasilkan rumuskan sebagai berikut: a.
Pelaksanaan Posyandu tidak maksimal, kader Posyandu tidak berperan aktif, fasilitas yang dimiliki Posyandu tidak memadai, serta balita-balita yang ada
di Posyandu tidak mendapat makanan pendamping PMT sehingga angka kecukupan gizinya AKG tidak terpenuhi.
9
Kutipan wawancara peneliti dengan Rohmad selaku PR TPS Food 14082010.
commit to user
b. Kondisi masyarakat Ring I yang tidak bisa melanjutkan sekolah ke jenjang
yang lebih tinggi sehingga banyak masyarakat Ring I yang menjadi pengangguran. Anak-anak sekolah di wilayah Ring I kurang berprestasi.
Kedua hal tersebut yang melatarbelakangi perumusan kebijakan CSR TPS Food bertema Pendidikan dan Kesehatan.
Survey dan observasi yang dilakukan PR TPS Food berikut proses komunikasi dengan stakeholders merupakan sebuah bentuk fact finding yang
digunakan untuk merencanakan strategi komunikasi dalam program CSR TPS Food. Perencanaan strategi komunikasi ini dapat membantu terwujudnya
harapan dari masing-masing pihak, baik dari TPS Food dan masyarakat Sepat dapat terpenuhi, sehingga hubungan yang saling menguntungkan antara
perusahaan dengan masyarakat dapat diwujudkan. Perusahaan dapat memahami apa sebetulnya yang dibutuhkan masyarakat. Karena merasa
terpenuhi kebutuhannya, masyarakat pun senantiasa bersikap positif terhadap perusahaan sehingga dapat membantu tercapainya tujuan perusahaan.
B. Perencanaan Strategi Komunikasi Program CSR TPS Food SEHATI