Diagnosis Diabetes Mellitus Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

2.1.4 Komplikasi diabetes mellitus

Komplikasi diabetes mellitus dibagi 2 yaitu komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Komplikasi jangka pendek antara lain hipoglikemi dan ketoasidosis. Ketoasidosis diabetik KAD dapat dijumpai pada saat diagnosis pertama DM tipe 1 atau pasien lama akibat pemakaian insulin yang salah. Pada anak dengan kontrol metabolik yang jelek, riwayat ketoasidosis diabetik sebelumnya, masa remaja, pada anak dengan gangguan makan, keadaan sosio ekonomi kurang dan tidak adanya asuransi kesehatan, resiko terjadi ketoasidosis diabetik akan meningkat. 16 Komplikasi jangka panjang terjadi akibat perubahan mikrovaskular seperti retinopati, nefropati dan neuropati. Komplikasi yang paling sering ditemukan pada pasien DM tipe 1 adalah retinopati. Faktor resiko dari retinopati adalah kadar gula yang tidak terkontrol dan lamanya pasien menderita diabetes. Nefropati diperkirakan dapat terjadi pada 25-45 pasien DM tipe 1 dan 20-30 akan mengalami mikroalbuminuria subklinis. Mikroalbuminuria adalah manifestasi paling awal dari timbulnya nefropati diabetik. Neuropati jarang ditemukan pada anak dan remaja. 16 Komplikasi jangka panjang dari diabetes adalah retinopati dengan kemungkinan kehilangan pengelihatan. Nefropati menyebabkan gagal ginjal. Neuropati perifer dengan resiko ulser pada kaki, amputasi dan sendi Charcot. Neuropati otonom menyebabkan gejala pada saluran kemih, saluran cerna, jantung, dan disfungsi seksual. Hipertensi dan kelainan metabolisme lipoprotein sering ditemukan pada individu dengan diabetes. 1

2.1.5 Diagnosis Diabetes Mellitus

Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang diabetes. Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan klasik DM seperti dibawah ini : - Keluhan klasik DM berupa : poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Universitas Sumatera Utara - Keluhan lain dapat berupa : lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulvae pada wanita. Diagnosis DM dapat ditegakkan melalui tiga cara : 1. Jika keluhan klasik ditemukan, maka pemeriksaan glukosa plasma sewaktu 200 mgdL sudah cukup untuk menegakkan diagnosis DM. 2. Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mgdL dengan adanya keluhan klasik. 3. Tes toleransi glukosa oral TTGO. Meskipun TTGO dengan beban 75 g glukosa lebih sensitif dan speisfik dibanding dengan pemeriksaan glukosa plasma puasa, namun pemeriksaan ini memiliki keterbatasan tersendiri. TTGO sulit untuk dilakukan berulang-ulang dan dalam praktek sangat jarang dilakukan karena membutuhkan persiapan khusus. 18

2.1.6 Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

Penatalaksanaan diabetes mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas DM, yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2 target utama, yaitu : 1. Menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran normal 2. Mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi diabetes. 17 Dalam penatalaksanaan DM, langkah pertama yang harus dilakukan adalah penatalaksanaan tanpa obat berupa pengaturan diet dan olah raga. Apabila setelah dilakukan langkah pertama ini tujuan penatalaksanaan belum tercapai, dapat dikombinasikan dengan langkah farmakologis berupa insulin atau terapi obat hipoglikemik oral, atau kombinasi keduanya. Diet yang baik merupakan kunci keberhasilan penatalaksanaan diabetes. Diet yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal karbohidrat, protein dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut : - Karbohidrat : 60-70 - Protein : 10-15 - Lemak : 20-25 Universitas Sumatera Utara Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan fisik, yang pada dasarnya ditujukan untuk mencapai dan mempertahankan berat badan ideal. 17 Penurunan berat badan telah dibuktikan dapat mengurangi resistensi insulin dan memperbaiki respons sel-sel β terhadap stimulus glukosa. Dalam salah satu penelitian dilaporkan bahwa penurunan 5 berat badan dapat mengurangi kadar HbA1c sebanyak 0,6 dan setiap kilogram penurunan berat badan dihubungkan dengan 3-4 bulan tambahan waktu harapan hidup. 17 Berolah raga secara teratur dapat menurunkan dan menjaga kadar gula darah tetap normal. Olahraga yang disarankan adalah yang bersifat CRIPE Continuous Rhytmical, Interval, Progrssive, Endurance Training. Disesuaikan dengan kemampuan dan kondisi penderita. Beberapa contoh olah raga yang disarankan, antara lain jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang dan lain sebagainya. Olah raga akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin dalam tubuh dan juga meningkatkan penggunaan glukosa. 17 Terapi farmakologis diabetes mellitus dibagi menjadi 2 yaitu terapi dengan obat antidiabetes oral ADO dan insulin. Berdasarkan cara kerjanya obat antidiabetes oral dapat dibagi menjadi 6 kelompok besar yaitu : a. Biguanida Metformin adalah obat yang paling sering digunakan untuk terapi lini pertama diabetes mellitus. Selama ini metformin telah terbukti efektif dalam menurunkan kadar gula darah, meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan resiko kardiovaskular dan hipoglikemi. Efek reduksi glukosa dari metformin kebanyakan melalui proses reduksi hasil glukosa hepatik seperti glukoneogenesis dan glikogenolisis dan meningkatkan penyerapan glukosa yang di stimulasi insulin dan glikogenesis pada otot rangka. Metformin memiliki peran penting dalam mengaktivasi AMP-activated protein kinase AMPK. Perlu diingat bahwa metformin harus digunakan secara hati-hati pada pasien diabetes yang sudah tua. Metformin tidak boleh digunakan pada pasien dengan insufisiensi ginjal kronis atau akut dan harus dihentikan ketika level kreatinin mencapai 1.4 mgdL 120 µmolL pada wanita atau 1.5 mgdL 130 µmolL pada pria. 19 Universitas Sumatera Utara b. Sulfonilurea Sulfonilurea adalah agen lini kedua yang sering digunakan untuk pasien diabetes mellitus tipe 2 yang tidak mengalami obesitas berat. Obat ini beraksi langsung pada sel beta untuk menutup K + channel ATP sensitif dan menstimulasi sekresi insulin. Efek samping dari sulfonilurea adalah kemungkinan hipoglikemi yang tinggi, terutama pada orang tua dengan gangguan fungsi ginjal, disfungsi hepar dan pasien yang kecanduan alkohol. Hipoglikemi yang disebabkan oleh sulfonilurea dapat diperparah oleh interaksi dengan berbagai obat seperti aspirin, oksidase inhibitor, dan fenilbutazon. Sulfonilurea dapat menyebabkan kenaikan berat badan. 19 c. Thiazolidindion TZDs Thiazolidindion memiliki aksi yang lebih tahan lama dalam meregulasi hiperglikemi dibandingkan fonylureas dan metformin, dan tidak meningkatkan resiko hipoglikemi ketika digunakan secara monoterapi. TZDs sangat manjur ketika digunakan bersamaan dengan insulin untuk mengurangi dosis insulin yang tinggi dan meningkatkan kontrol glikemik pada diabetes mellitus tipe 2. Tetapi, TZDs memliki beberapa efek samping yaitu meningkatkan resiko kanker kandung kemih, kenaikan berat badan dan retensi cairan yang menyebabkan edema. Penggunaan obat ini harus dibatasi pada pasien yang sudah tua dengan gagal jantung kongestif atau kelas III-IV. Rosiglitazon dan troglitazon telah ditarik dari pasar karena resiko miokard infark yang meningkat. 19 d. Penghambat α-glukosidase Penghambat α -glukosidase seperti acarbose, voglibose dan miglitol terbukti efektif untuk hiperglikemi postprandial. Obat ini menghambat enzim mukosa usus α-glucosidase yang mengkonversi polisakarida kompleks menjadi monosakarida sehingga mengurangi penyerapan karbohidrat. Efek samping seperti perut kembung, diare dan flatulens selalu diperiksa setelah penggunaan obat jenis ini. Penggunaan obat ini terbatas untuk orang tua karena efek samping saluran pencernaan. Penggunaan secara teratur dilarang pada pasien dengan gangguan ginjal. 19 Universitas Sumatera Utara e. Terapi inkretin Inkretin adalah hormon yang menstimulasi sekresi insulin. Hormon ini di sekresi dari sel endokrin usus, termasuk glucose-dependent insulinotropid polypeptide GIP dan glucagon-like peptide-1 GLP-1. Terapi berbasis inkretin sangat ideal untuk manajemen diabetes mellitus tipe 2 karena efisien, tolerabilitas yang baik, resiko yang rendah dari hipoglikemi dan penurunan berat badan. Obat ini mempunyai efek yang positif pada kesehatan jantung, hati dan sistem saraf pusat. 19

2.2 Terapi Insulin

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pemberian Ekstrak Segar Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Ginjal Mencit Jantan (Mus musculus L.)

3 91 49

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Gambaran Histologis Limpa Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

1 107 58

Pengaruh Pemberian Ekstrak N-Heksan Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Terhadap Perkembangan Struktur Kraniofacial Fetus Mencit (Mus musculus L.) Strain DDW

2 104 74

Efek Perlakuan Ekstrak Andaliman (Zanthoxyllum Acanthopodium) Pada Tahap Praimplantasi Terhadap Fertilitas Dan Perkembangan Embrio Mencit (Mus Musculus)

5 106 5

Efek Pemberian Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit Model Diabetes Mellitus Tipe 1

1 1 13

Efek Pemberian Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit Model Diabetes Mellitus Tipe 1

0 1 2

Efek Pemberian Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit Model Diabetes Mellitus Tipe 1

2 2 5

Efek Pemberian Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit Model Diabetes Mellitus Tipe 1

2 4 13

Efek Pemberian Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit Model Diabetes Mellitus Tipe 1

0 1 3

Efek Pemberian Ekstrak Buah Andaliman (Zanthoxylum acanthopodium) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah pada Mencit Model Diabetes Mellitus Tipe 1 Appendix

0 0 32