Tinjauan Terhadap UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

1. KPR Subsidi Suatu kredit yang diperuntukkan kepada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki. Bentuk subsidi yang diberikan berupa : subsidi meringankan kredit dan subsidi menambah dana pembangunan atau perbaikan rumah. Kredit subsidi ini diatur tersendiri oleh pemerintah, sehingga tidak setiap masyarakat yang mengajukan kredit dapat diberikan fasilitas ini. Secara umum batasan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam memberikan subsidi adalah penghasilan pemohon dan maksimum kredit yang diberikan. 2. KPR Non Subsidi Suatu KPR yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank, sehingga penentuan besarnya kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.

B. Tinjauan Terhadap UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Permukiman Mengenai Kredit Pemilikan Rumah Pangan makanan, sandang pakaian, dan papan perumahan adalah 3 tiga kebutuhan pokok yang harus dicukupi dalam kebutuhan hidup. Jika kebutuhan pangan dan pakaian adalah kebutuhan sehari-hari yang dapat dipenuhi setiap harinya, tidak demikian dengan perumahan. Sebagian orang lebih memilih mencukupi kebutuhan akan perumahannya secara tunai atau mengajukan kredit, khususnya ke perbankan. Survei yang dilakukan Bank Indonesia sampai kuartal dua lalu menyebut, hanya enam persen konsumen yang membeli perumahan 76 Bank Indonesia, Memilik Rumah Sendiri dengan KPR, http:id.wikipedia.orgwikiKredit_pemilikan_rumah, diakses pada Selasa, 28 Mei 2013 Universitas Sumatera Utara secara tunai. Mayoritas dari mereka, atau sekira 82,09 persen lebih memilih untuk menggunakan fasilitas KPR dan sisanya 11,91 persen melakukannya secara tunai bertahap. 77 Perumahan dan permukiman merupakan fenomena yang selalu berkembang dan berkelanjutan sesuai dengan dinamika pertumbuhan penduduk, perkembangan ekonomi dan sosial masyarakat. Menurut Prof. Ir. Atyanto Dharoko, M. Phil., Ph.D masalah pokok perumahan dan permukiman di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam aspek-aspek demografi, pengembangan wilayah termasuk penataan ruang, kelembagaan, pertanahan, pembeayaan, tekhnologi dan industri bahan bangunan, jasa konstruksi, perundang-undangan serta peran masyarakat. 78 Kebutuhan akan rumah atau rumah susun rusun bagi seluruh lapisan masyarakat merupakan salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Menurut sebagian orang belum lengkap kehidupan seseorang apabila belum memiliki rumah sendiri, meskipun dalam bentuk yang sederhana. Oleh karena itu, tepatlah jika politik nasional kita di bidang perumahan yang tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara GBHN 1993 menyatakan perlunya pemerataan kebutuhan rakyat di bidang perumahan. 79 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pasal 28H ayat 1 menyebutkan, bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat. 77 Gina Nur Maftuhah, Makin diatur, Bank Makin Lincah Berbisnis Perumahan, http:m.okezone.comread20120928471696550, diakses pada Selasa 28 Mei 2013 78 Humas UGM, Pembangunan Perumahan Cenderung ke Daerah Pinggiran, http:www.ugm.ac.ididpostpage?id=1241, diakses pada Selasa, 28 Mei 2013 79 Yusuf Shofie, Op.Cit., Hal. 91 Universitas Sumatera Utara Tempat tinggal mempunyai peran yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa sebagai salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri, dan produktif sehingga terpenuhinya kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan dasar bagi setiap manusia, yang akan terus ada dan berkembang sesuai dengan tahapan atau siklus kehidupan manusia. Pasal 1 UU Nomor 11 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman menyebutkan bahwa : “Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh, penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat” Salah satu hal khusus yang diatur dalam Undang-Undang Perumahan dan Permukiman ini adalah keberpihakan negara terhadap masyarakat berpenghasilan rendah MBR. Dalam kaitan ini, pemerintah danatau pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah dengan memberikan kemudahan pembangunan dan perolehan rumah melalui program perencanaan pembangunan perumahan secara bertahap dan berkelanjutan. Kemudahan pembangunan dan peroleh rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah itu, dengan memberikan kemudahan, berupa pembiayaan, pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas umum, keringanan biaya perizinan, bantuan stimulan, dan insentif fiskal. 80 80 Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman Universitas Sumatera Utara Pasal 121 ayat 3 UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman disebutkan ada 2 jenis pembiayaan, yaitu : 1. Pembiayaan Primer Perumahan, yaitu pembiayaan di sisi pasokan pada saat kredit atau pembiayaan pembangunan rumah, perumahan, permukiman dan lingkungan hunian diterbitkan, dan di sisi permintaan kredit atau pembiayaan peroleh rumah diterbitkan yang dilaksanakan oleh bank danatau lembaga keuangan bukan bank. 2. Pembiayaan Sekunder Perumahan, yaitu penyelenggaraan kegiatan penyaluran dana jangka menengah danatau panjang kepada lembaga keuangan penerbit kredit dengan melakukan sekuritisasi. Sekuritisasi yaitu transformasi aset yang tidak likuid menjadi likuid dengan cara pembelian aset keuangan dari lembaga keuangan penerbit kredit dan penerbitan efek beragun aset.

C. Permasalahan yang Terdapat dalam Kredit Pemilikan Rumah