Pengertian dan Latar Belakang Kredit Pemilikan Rumah

BAB III KREDIT PEMILIKAN RUMAH

A. Pengertian dan Latar Belakang Kredit Pemilikan Rumah

Dalam kehidupan sehari-hari, kata kredit bukan merupakan perkataan yang asing bagi masyarakat Indonesia. Perkataan kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat di kota-kota besar, tetapi sampai di desa-desa pun kata kredit sudah sangat populer. Kata kredit berasal dari bahasa Romawi, “credere” dalam bahasa Belanda: vertrouwen, Inggris: believe, trust, confidence yang artinya percaya. Kepercayaan ini merupakan dasar dari setiap perikatan, yaitu seseorang berhak menuntut sesuatu dari orang lain. Elemen dari kredit adalah adanya 2 dua pihak, kesepakatan pinjam-meminjam, kepercayaan, prestasi, imbalan, dan jangka waktu tertentu. 65 65 Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, Penerbit Alumni, Bandung, 1994, Hal. 137 Pengertian kredit menurut Pasal 1 angka 11 UU No.10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan UU Perbankan, yaitu: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” Universitas Sumatera Utara Dari pengertian tersebut dapat ditemukan adanya unsur-unsur dalam kredit, yaitu antara lain: 66 1 Kepercayaan, yaitu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa kredit tersebut akan dibayar kembali oleh si penerima kredit dalam jangka waktu tertentu yang telah diperjanjikan; 2 Waktu, yaitu bahwa pemberian kredit dengan pembayaran kembali tidak dilakukan pada waktu yang bersamaan melainkan dipisahkan oleh tenggang waktu; 3 Resiko, yaitu bahwa setiap pemberian kredit mempunyai resiko akibat adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian kredit dengan pembayaran kembali. Semakin panjang jangka waktu kredit semakin tinggi resiko kredit tersebut; 4 Prestasi, atau objek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi juga dapat berbentuk barang atau jasa. Namun, dalam objek kredit yang menyangkut uanglah yang sering dijumpai dalam praktek perkreditan. Dapat dilihat bahwa objek yang dapat menjadi prestasi maupun kontraprestasi di dalam kredit dapat berupa barang, uang atau jasa. Dengan akan diterimanya kontraprestasi pada masa yang akan datang, maka jelas tergambar bahwa kredit dalam arti ekonomi adalah penundaan pembayaran dari prestasi yang diberikan sekarang, baik dalam bentuk barang, uang maupun jasa. Disini terlihat pula bahwa faktor waktu merupakan faktor utama yang memisahkan prestasi dan kontraprestasi. Sehingga dapat diartikan bahwa pihak kesatu memberikan prestasi baik berupa uang, barang atau jasa, sedangkan kontraprestasi akan diterima kemudian dalam jangka waktu tertentu. 67 66 Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Panduan Bantuan Hukum di Indonesia, YLBHI, Jakarta, 2007, Hal. 131 67 Thomas Suyatno, dkk, Dasar-Dasar Perkreditan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1997, Hal.12 Pengertian kredit menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 72PBI2005 tentang Penilaian Kualitas Aktiva Bank Umum, Pasal 1 angka 5, adalah: Universitas Sumatera Utara “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga, termasuk: a. Cerukan overdraft, yaitu saldo negatif pada rekening giro nasabah yang tidak dapat dibayar lunas pada hari akhir; b. Pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan anjak piutang; c. Pengambilalihan atau pembelian kredit dari pihak lain.” Kredit yang diberikan oleh bank didasarkan atau kepercayaan sehingga pemberian kredit merupakan pemberian kepercayaan kepada nasabah. Oleh karena pemberian kredit bank dimaksudkan sebagai salah satu usaha untuk mendapatkan keuntungan, maka bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit jika ia betul-betul yakin bahwa si debitur akan mengembalikan pinjaman yang diterimanya sesuai dengan jangka waktu dan syarat-syarat yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Hal tersebut menunjukkan perlu diperhatikannya faktor kemampuan dan kemauan, sehingga tersimpul kehati-hatian dengan menjaga unsur keamanan dan sekaligus unsur keuntungan dari suatu kredit. 68 Secara umum praktek saat ini dikenal 2 dua jenis kredit yang diberikan kepada masyarakat, yaitu : 69 1 Kredit ditinjau dari segi tujuan penggunaannya dapat berupa : a. Kredit Produktif, yaitu kredit yang diberikan kepada usaha-usaha yang menghasilkan barang dan jasa sebagai kontribusi daripada usahanya. Kredit ini terdiri dari: 1 Kredit Modal Kerja, yaitu kredit yang diberikan untuk membiayai kebutuhan usaha-usaha termasuk guna menutup biaya produksi dalam rangka peningkatan produksi atau penjualan; 2 Kredit Investasi, yaitu kredit yang diberikan untuk pengadaan barang modal maupun jasa yang dimaksudkan untuk menghasilkan suatu barang dan ataupun jasa bagi usaha yang bersangkutan. 68 Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti Bandung, 2000, Hal. 299 69 Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia, Op.Cit., Hal.131-132 Universitas Sumatera Utara b. Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang diberikan kepada orang-perorangan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat umumnya. 2 Kredit ditinjau dari jangka waktunya dapat berupa: a. Kredit Jangka Pendek, yaitu kredit yang diberikan dengan tidak melebihi jangka waktu 1 tahun. b. Kredit Jangka Menengah, yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 1 tahun tetapi tidak lebih dari 3 tahun. c. Kredit Jangka Panjang, yaitu kredit yang diberikan dengan jangka waktu lebih dari 3 tahun. Pembangunan ekonomi, sebagai bagian dari pembangunan nasional, merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan rakyat yang adil dan makmur. Dalam rangka memelihara kesinambungan pembangunan tersebut, para pelakunya meliputi pemerintah maupun masyarakat sebagai orang perseorangan dan badan hukum, sangat memerlukan dana dalam jumlah besar. Hal ini berakibat meningkatnya kegiatan pembangunan, meningkat pula keperluan akan tersedianya dana yang sebagian besar diperoleh melalui kegiatan perkreditan. Sandang, pangan dan papan sudah menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari. Sandang dan pangan merupakan suatu kebutuhan yang selalu berulang dibutuhkan dalam jangka waktu yang panjang, namun dapat diperoleh dalam jangka waktu yang relatif singkat serta mudah diperoleh setiap saat. Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan akan papan masih dirasakan berat oleh sebagian besar masyarakat. Secara umum, ada 2 dua pola dalam upaya pemenuhan akan kebutuhan perumahan, yakni dalam bentuk kredit pemilikan rumah atau melalui sewa. 70 Pada saat sekarang ini, banyak sekali para pengembang penjual mendirikan bangunan perumahan segala jenis tipe untuk ditawarkan kepada 70 Sugondo, Op.Cit., Hal. 54 Universitas Sumatera Utara masyarakat. Namun, yang menjadi persoalan adalah tidak semua masyarakat sanggup untuk membeli rumah secara kontan. Hal itu dikarenakan keterbatasan keuangan sebagai penyebab utamanya. Semakin tingginya harga tanah dan bangunan di daerah-daerah perkotaan, membuat pembelian rumah tanpa kredit bagaikan mimpi di siang bolong. Oleh karena itu, diadakanlah fasilitas Kredit Pemilikan Rumah KPR sebagai alternatif menarik untuk memiliki rumah bagi mereka yang tidak memiliki dana tunai. 71 Berdasarkan survei Bank Indonesia pada triwulan ketiga tahun 2012, hanya sekitar 8,47 dari pembeli properti yang melakukan pembelian dengan metode tunai. Sebanyak 80,5 membeli properti lainnya menggunakan fasilitas KPR dari bank. Memilih mengambil fasilitas KPR dari bank tentu memiliki keuntungan dibandingkan membeli rumah secara tunai. Salah satu keuntungannya adalah, dengan KPR, kita membeli aset bernilai besar dengan bantuan bank. Sementara jika kita menabung untuk membeli properti yang kita inginkan, maka besar kemungkinan properti yang kita taksir sudah dibeli orang lain pada saat uang terkumpul. Selain itu, nilai rumah pun selalu merangkak naik, yang terkadang jauh di atas kenaikan tabungan. Keuntungan KPR yang lain adalah surat-surat kepemilikan yang lebih aman. Pasalnya, properti yang dibeli melalui KPR berarti telah melalui proses seleksi di bank. Pihak bank biasanya hanya mau membiayai properti dengan surat-suratsertifikat kepemilikan yang lengkap, IMB yang legal, dan pembayaran pajak yang sesuai. 72 71 Ibid. 72 Hasto Prianggoro, Mengenal Kredit Pemilikan Rumah, http:www.tabloidnova.comNovaGriyaTips-GriyaMengenal-Kredit-Pemilikan-Rumah, diakses pada Rabu, 29 Mei 2013 Universitas Sumatera Utara Selain keuntungan, tentu ada pula kerugian memilih KPR. Yang paling terutama adalah komitmen cicilan yang bisa meningkat. Harus diakui, untuk nasabah KPR yang sudah berusia di atas 3 tahun, umumnya harus membayar biaya bunga yang cukup besar. Suku bunga KPR umumnya cukup rendah di tahun 1-3 dan seringkali fixed , tapi setelah itu, bunga KPR bisa floating dengan kenaikan antara 3-5 dari suku bunga awal. 73 KPR Kredit Pemilikan Rumah adalah kredit yang digunakan untuk membeli rumah atau untuk kebutuhan konsumtif lainnya dengan jaminanagunan berumah rumah. Walaupun penggunaannya mirip, KPR berbeda dengan kredit konstruksi dan renovasi. Agunan yang diperlukan untuk KPR adalah rumah yang akan dibeli itu sendiri. 74 Komponen utama KPR adalah sebagai berikut : 75 1. Kreditur KPR Kreditur adalah lembaga keuangan misalnya bank yang mengucurkan dana kepada debitur untuk membeli objek KPR. 2. Debitur KPR Debitur adalah seseorang atau sebuah badan hukum misalnya PT yang akan membeli objek KPR. 3. Objek KPR Objek KPR disini merupakan lahan dan rumah yang hendak dibelidiakuisisi oleh pihak debitur. 4. Jangka waktu KPR KPR merupakan jenis kredit jangka panjang. KPR merupakan satu-satunya kredit yang memiliki waktu pelunasan terpanjang, yakni bisa mencapai beberapa puluh tahun. Di Indonesia, saat ini dikenal ada 2 jenis KPR, yaitu: 76 73 Ibid. 74 Wikipedia, Kredit Pemilikan Rumah, http:id.wikipedia.org wikiKredit_pemilikan_rumah, diakses pada Selasa, 28 Mei 2013 75 Kredit Pemilikan Rumah, Kredit Pemilikan Rumah, http:kredit-kepemilikan- rumah.blogspot.com201108kredit-kepemilikan-rumah.html?m=1, diakses pada Selasa, 28 Mei 2013 Universitas Sumatera Utara 1. KPR Subsidi Suatu kredit yang diperuntukkan kepada masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah dalam rangka memenuhi kebutuhan perumahan atau perbaikan rumah yang telah dimiliki. Bentuk subsidi yang diberikan berupa : subsidi meringankan kredit dan subsidi menambah dana pembangunan atau perbaikan rumah. Kredit subsidi ini diatur tersendiri oleh pemerintah, sehingga tidak setiap masyarakat yang mengajukan kredit dapat diberikan fasilitas ini. Secara umum batasan yang ditetapkan oleh pemerintah dalam memberikan subsidi adalah penghasilan pemohon dan maksimum kredit yang diberikan. 2. KPR Non Subsidi Suatu KPR yang diperuntukkan bagi seluruh masyarakat. Ketentuan KPR ditetapkan oleh bank, sehingga penentuan besarnya kredit maupun suku bunga dilakukan sesuai kebijakan bank yang bersangkutan.

B. Tinjauan Terhadap UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan