SEJARAH PERGERAKAN PEREMPUAN DALAM MEMPERJUNGKAN HAK

3. Perempuan berhak untuk memegang jabatan publik dan menjalankan semua fungsi publik,diatur oleh hokum nasional dengan syarat-syarat yang sama dengan laki-laki tanpa ada diskriminasi. Lebih jauh lagi, CEDAW juga mengatur tentang hak politik perempuan, yaitu yang tertuang dalam pasal 7 dan pasal 8, yang menentukan bahwa: 1. Memilih dan dippilih 2. Berpatisipasi dalam perumusan kebijakan pemerintah da imnplementasinya. 3. Memegang jabatan daam pemerintahan dan melaksanakan segala fungsi pemerintah disemua tingkat , 4. Berpartisipasi dalam organisasi-organisasi dan perkumpulan-perkumpulan non- pemerintah yang berhubungan dengan kehidupan politik dan publik. 5. Mewakili pemerintah pada tingkat internasional 6. Berpartisipai dalam pekerjaan organisasi-organisasi internasional. 66

3. SEJARAH PERGERAKAN PEREMPUAN DALAM MEMPERJUNGKAN HAK

POLITIK Tanggal 8 Maret tiap tahunnya, komunitas pergerakan perempuan mengenalnya sebagai Hari Perempuan Internasional. Sebuah peringatan atas penegakan hak-hak sipil dan politik perempuan yang pernah diperjuangkan oleh pergerakan perempuan di Amerika dan beberapa negara Eropa sejak tahun-tahun pertama abad XIX. Partai Sosialis Amerika boleh disebut pencetus gerakan ini. Partai ini mengusulkan agar hari terakhir Februari dijadikan hari demonstrasi untuk persamaan hak politik perempuan, khususnya hak memilih dan dipilih dalam pemilihan umum. Dari sini kemudian muncul solidaritas global dan aksi yag lebih terorganissasi di kalangan aktivis perempuan untuk memperjuangkan hak-hak politik. 66 Achie Sudiarti Luhulima, Op. cit, hal 200. Universitas Sumatera Utara Gerakan yang lebih terorganisasi ini kemudian memunculkan Deklarasi Copenhagen pada tahun 1910 yang menyerukan bersatulah kaum perempuan sedunia untuk memperjuangkan persamaan hak perempuan dan anak-anak, untuk pembebasan nasional dan perdamaian. Satu tahun setelah Deklarasi Copenhagen, pada 19 Maret 1911 Hari Perempuan Internasional diperingati kali pertama oleh beberapa negara Eropa seperti Austria, Denmark, Jerman, dan Swiss. Kala itu lebih dari sejuta perempuan dan laki-laki turun ke jalan menuntut persamaan hak bagi kaum perempuan, penghapusan diskriminasi, dan persamaan hak-hak sipil lain. Perisiwa yang paling dramatis adalah kedua pergerakan perempuan Rusia turun ke jalan pada minggu terakhir Februari 1917. Sebab, empat hari setelah aksi tersebut digelar, Czar raja turun tahta dan pemerintahan sementara mengakui hak perempuan untuk ikut dalam pemilu. Momentum bersejarah ini jatuh pada 23 Februari di Kalender Julian yang digunakan di Rusia atau 8 Maret menurut Kalender Gregorian atau Masehi. Sejak itu Hari Perempuan Internasional diperingati pada tanggal tersebut. Di Tanah Air Hari Perempuan Internasional tampaknya tidak terlalu populer, kecuali oleh beberapa kelompok aktivis perempuan. Walaupun PBB pernah menyerukan kepada komunitas internasional agar membuat satu hari sebagai peringatan Hari PBB untuk Hak Asasi Perempuan dan Hari Perdamaian Dunia PBB sejak 1978 menetapkan 8 Maret dalam daftar hari libur resmi, tidak ada dalam sistem penanggalan nasional yang memuat peringatan Hari Perempuan Internasional. Publik di Tanah Air lebih mengenal Hari Kartini setiap 21 April atau 22 Desember sebagai Hari Ibu. Sayang, peringatan kedua peristiwa tersebut sama sekali tidak mencerminkan semangat perjuangan kaum perempuan. Peringatan Hari Kartini, misalnya, justru mendistorsi substansi perjuangan Kartini dan menjustifikasi Universitas Sumatera Utara peran kaum perempuan pada wilayah domestik sekaligus mengukuhkan tatanan sosial yang patriarkis. 67

4. PERSPEKTIF PEREMPUAN DALAM POLITIK