KONSEPSI POLITIK Anak Perempuan

“Setiap orang mempunyai hak atas semua hak dan kebebasan yang termaktub di dalam pernyataan ini, tanpa kekecualian macam apapun, seperti asal usul keturunan, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pendirian politik atau pendirian lainnya, kebangsaan atau asal usul sosial, hak milik, status kelahiran ataupun status lainnya”. 57

1. KONSEPSI POLITIK

Konvensi Internasional yang memberi perlindungan terhadap hak-hak perempuan antara lain adalah Konvensi Internasional Hak-hak Sipil dan Politik International Covenan on Civil and Political Rights ICCPR, Konvensi Internasional Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya International Covenan on Economic, Social and Cultural Rights ICESCR, Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain Yang Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment , Konvensi Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Wanita Convention for the Elimination of Discrimination Againts Women CEDAW, dan lain-lainnya. Konvensi-konvensi tersebut di atas merupakan positivikasi terhadap perlindungan hak-hak asasi perempuan yang sudah mendapat pengakuan dari masyarakat internasional dan sekaligus menunjukkan keseriusan masyarakat internasional dalam upaya mencegah, menanggulangi dan mengakhiri segala bentuk tindakan diskriminatif terhadap perempuan dalam rangka mengangkat harkat dan martabat perempuan sebagai manusia seutuhnya. Politik merupakan salah satu kata yang paling banyak di bicarakan di tengah-tengah masyarakat. Biasanya mereka mengartikan politik sebatas halhal yang menjadi urusan partai partai politik, masalah-masalah yang dihadapi oleh tokoh politik, segala hal yang bertalian 57 Ibid, hlm. 239. Universitas Sumatera Utara dengan pemilihan dan pemberia suara, dan seterusnya. Secara realita menunjukkan bahwa semua itu adalah aktivitas politik yang termasuk dalam kandungan makna politik. Politik menurut Aristoteles 58 adalah segala sesuatu yang sifatnya dapat merealisasikan kebaikan di tengah masyarakat. Ia meliputi semua urusan yang ada dalam masyarakat; sudut pandang ini meletakkan politik sebagai bagian dari moral atau akhlak Dalam terminologi Arab, secara umum dipahami bahwa kata siyasah politik berasal dari bahasa as saus yang berarti ar riasah kepengurusan. Jika dikatakan saasa al amra berarti qaama bihi menangani urusan. Syarat bahwa seseorang berpolitik dalam konteks ini adalah ia melakukan sesuatu yang membawa keuntungan bagi sekumpulan orang. 59 Sebagian masyarakat Barat memahami politik sebagai suatu proses yang berjalan terkait dengan penyelenggaraan negara atau sistem pemerintahan. Politik didefinisikan sebagai seni mengatur negara, hubungan antar negara, juga hak-hak warga negara dalam mengatur urusan kenegaraan.Ada juga yang mengaitkan politik sebagai aktivitas kelompok dalam masyarakat, misalnya partai politik. 60 Menurut Iswara politik adalah “perjuangan untuk memperoleh kekuasaan” atau teknik menjalankan kekuasaan-kekuasaan” atau “masalah-masalah pelaksanaan dan pengawasan kekuasaan,” atau “pembentukan dan penggunaan kekuasaan.” 61 58 Cahyadi Takariawan, Fikih Politik Kaum Perempuan. Yogyakarta: Tiga Lentera Utama, 2002, hal 48. 59 Ibid, hal 49. 60 Ibid, hal 47. 61 F. Isjwara, SH,LLM, Pengantar Ilmu Politik, Bandung: Bina Cipta, 1982, hal 42. Dalam hal ini hakekat dari politik adalah kekuasaan dan dengan begitu proses politik merupakan serentetan peristiwa yang hubungannya satu sama lain didasari atas kekuasaan. Universitas Sumatera Utara Banna menyebutkan politik adalah hal memikirkan persoalan-persoalan internal maupun eksternal umat. Sisi internal adalah mengurus persoalan pemerintahan, menjelaskan fungsi-fungsinya, merinci kewajiban dan hak-haknya, melakukan pengawasan terhadap para penguasa untuk kemudian dipatuhi jika mereka melakukan kebaikan dan dikritisi jika mereka melakukan kekeliruan. 62 Sedangkan sisi eksternal dalam wacana Banna adalah memelihara kemerdekaan dan kebebasan bangsa, menghantarkannya mencapai tujuan yang akan menempatkan kedudukannya di tengah-tengah bangsa lain serta membebaskannya dari penindasan dan intervensi pihak lain dalam urusanurusannya. Karena persepsi semacam inilah Banna dengan tegas mengatakan bahwa seorang muslim belum sempurna keislamannya kecuali jika ia menjadi politikus, mempunyai pandangan jauh ke depan dan memberikan perhatian penuh kepada persoalan bangsanya. Keislaman seseorang menuntutnya untuk memberikan perhatian kepada persoalan-persoalan bangsa. Perbedaan-perbedaan defenisi di atas oleh Budiardjo dikatakan sebagai akibat pandangan sarjana dalam meneropong politik dari satu aspek atau unsur dari politik saja. Menurutnya konsep-konsep pokok dari politik seperti yang di kemukakan oleh para ahli di atas sebenarnya terdiri dari konsep negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijaksanaan, dan pembagian atau alokasi. 63

2. HAK POLITIK PEREMPUAN