BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap organisasi tentu ingin mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, peranan manusia yang terlibat di
dalamnya sangatlah penting untuk diperhatikan. Untuk menggerakkan manusia agar sesuai dengan yang dikehendaki oleh organisasi, maka haruslah dipahami
motivasi manusia yang bekerja di dalam organisasi tersebut, karena motivasi inilah yang menentukan perilaku orang-orang untuk bekerja, atau dengan kata lain
perilaku merupakan cerminan yang paling sederhana dari motivasi. Motivasi merupakan suatu faktor yang mendorong seseorang untuk
melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi sering kali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap aktivitas yang dilakukan
oleh seseorang pasti memiliki suatu hal yang mendorong. Dengan kata lain, faktor pendorong dari perilaku seseorang tersebut adalah suatu kebutuhan yang
terkait dengan orang tersebut. Kebutuhan yang dimiliki oleh setiap orang pastilah berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh proses mental yang dilalui oleh setiap
orang juga berbeda. Proses mental itu merupakan pembentukan persepsi pada diri orang yang bersangkutan dan proses pembentukan persepsi diri ini pada
hakikatnya merupakan proses belajar seseorang terhadap segala sesuatu yang dilihat dan dialami dari lingkungan yang ada di sekitarnya.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dalam meningkatkan produktivitas pegawainya, lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta pastilah mempunyai cara dan strategi yang berbeda-beda.
Organisasi harus memahami karakter dan juga kebutuhan dari para pegawai. Ketepatan dalam memberikan produk motivasi merupakan hal yang sangat
menentukan semangat kerja para pegawai dalam hal meningkatkan produktivitas. Apabila organisasi telah mampu memberikan ketepatan motivasi terhadap para
pegawainya, maka secara tidak langsungmemungkinkan untuk membentuk iklim dan suasana kerja yang nyaman bagi para pegawai. Di saat yang bersamaan,
keterikatan emosional dan rasa memliki terhadap organisasi akan muncul dan biasanya para pegawai akan selalu memberikan yang terbaik kepada
organisasinya. Secara tidak langsung sikap mental untuk selalu berkarya dengan lebih baik akan muncul dari para pegawai dan akan membawa kemajuan bagi
organisasi. Sikap mental yang demikian akan memacu para pegawai untuk tidak cepat puas dalam setiap perolehan hasil sebuah pekerjaan dan akan selalu
berusaha mendapatkan hasil yang sebaik mungkin. Ada tiga aspek utama yang perlu ditinjau dalam menjamin produktivitas yang tinggi, yaitu : 1 aspek
kemampuan manajemen tenaga kerja, 2 aspek efisensi tenaga kerja, 3 aspek lingkungan kondisi lingkungan pekerjaan. Ketiga saling terkait dan terpadu dalam
suatu system dan dapat diukur dengan berbagai ukuran yang relative sederhana Sutrisno, 2009 : 172.
Terkait dengan produktivitas kerja para pegawai, maka bisa kita temukan relita di lapangan bahwa tingkat produktivitas dari instansi pemerintahan belum
berada pada keadaan yang maksimal. Masih banyak terlihat para pegawai
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
pemerintahan yang kurang termotivasi untuk melakukan kewajibannya. Ini juga bisa disebabkan oleh situasi kerja yang stagnan dan hanya bersifat rutinitas sehari-
hari. Para pegawai merasa jenuh dengan situasi kerja yang terkesan datar dan cenderung berpikir tidak akan memberikan sesuatu yang memuaskan apabila
dikerjakan dengan sebaik mungkin dan dalam waktu singkat. Misalnya, pekerjaan yang seharusnya dikerjakan hari ini cenderung akan ditunda-tunda sampai hari
esok tanpa alasan yang rasional. Dalam menunjang peningkatan produktivitas kerja pegawai, ada hal-hal
yang sangat memperngaruhi yaitu perilakutindakan atasan dan aturankebijakan yang diterapkan oleh instansi pemerintahan itu sendiri. Atasan menjadi sebuah
peran penting dalam peningkatan produktivitas kerja pegawai. Melalui atasan produktivitas kerja para pegawai dapat meningkat ata malah menurun. Atasan
harus bijak dalam melihat kondisi dan situasi kerja para pegawai. Apabila intensitas semangat kerja para pegawai mulai menurun, maka atasan berperan
sebagai motivator untuk memompa kembali semangat kerja tersebut demi meningkatnnya produktivitas kerja.
Selain itu, faktor lain yang mempengaruhi produktivitas kerja pegawai adalah penerapan aturankebijakan dalam insitansi itu sendiri. Maksudnya adalah
semua aturankebijakan yang menjadi pedoman dalam melakukan pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik. Tidak ada pembedaan perlakuan dalam menjalankan
aturan. Sebagai contoh, apabila pegawai lalai dalam menjalankan tugas sehingga menyebabkan terhambatnya kinerja, maka harus diberikan sanksi sesuai dengan
aturan. Ini diberikan kepada semua pegawai tanpa terkecuali. Secara tidak
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
langsung sebuah aturan dapat menjadi sebuah motivasi eksternal pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerja.
Kecamatan Medan Helvetia merupakan salah satu instansi pemerintahan yang sudah selayaknya memiliki para pegawai yang produktif dalam menjalankan
tugas dan kewajibannya. Dalam menjalankan tugasnya, para pegawai dituntut untuk mempunyai semangat kerja yang tinggi dan juga motivasi yang kuat agar
tujuan dapat tercapai. Motivasi yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh para pegawai adalah motivasi internal atau dari dalam diri masing-masing pegawai
agar semangat kerja dapat tetap konsisten. Untuk itu penulis tertarik untuk melihat realita dari iklim kerja di
Kecamatan Medan Helvetia. Realita yang ingin diketahui oleh penulis lebih mengarah kepada sebuah keadaan di mana para pegawai sudah memiliki sebuah
motivasi tersendiri ataukah memang belum. Selain itu peneliti juga ingin melihat karakteristik dari para pegawai guna memberikan rekomendasi motivasi bagi para
pegawai agar pelayanan prima senantiasa dapat diberikan kepada masyarakat, khususnya masyarakat Helvetia.
Dalam kesempatan ini, peneliti tertarik untuk mengangkat judul
“Pengaruh Motivasi terhadap Peningkatan Produktivitas Kerja Pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia”.
B. Perumusan Masalah