kehomogenan dan kecilnya ukuran partikel dapat meningkatkan luas permukaan serbuk yang dapat terbasahi dan terekstraksi oleh perlarut. Pelarut yang digunakan
adalah NaOH 0,1 N. Analisis kuantitatif untuk mengetahui kadar alopurinol pada sediaan
tablet dilakukan dengan dengan cara perhitungan berdasarkan persamaan kurva baku yang diperoleh dari proses validasi yakni Y = 0,052 x + 0,045. Berikut
disajikan kadar alopurinol dalam sediaan tablet serta nilai CV.
Tabel XI. Kadar alopurinol pada tablet
Sampel Abs
alopurinol konsentrasi
µgmL Berat alopurinol
dalam tablet mg Kadar alopurinol
dalam tablet mgg
Replikasi 1 0,537
9,5 95,1
310,8 Replikasi 2
0,538 9,5
95,2 311,1
Replikasi 3 0,542
9,5 96,0
313,7 Replikasi 4
0,539 9,6
95,2 311,1
Replikasi 5 0,540
9,5 95,3
311,4 rata-rata
0,539 9,5
95,4 311,6
CV 0,4
0,5 0,4
0,4
Berdasarkan Tabel XI di atas data penetapan kadar yang diperoleh rata- rata kadar alopurinol per tablet adalah 311,6 mgg dengan CV 0,4 . Pada
penelitian ini menggunakan tablet alopurinol dengan dosis 100 mgtablet. Berdasarkan persyaratan dari Dirjen POM RI 1995, kadar alopurinol yang harus
terkandung dalam tablet dalam rentang 93-107. Oleh karena itu tablet alopurinol yang dianalisis telah memenuhi persyaratan yang ditentukan.
Menurut Gonzales and Herrador 2007 CV yang baik 2 , maka CV yang diperoleh pada penelitian ini telah memenuhi syarat yang ditentukan.
B. Validasi metode Analisis Alopurinol Secara Kromatografi Cair Kinerja Tinggi fase Terbalik
Pada penelitian ini juga dilakukan penetapan kadar alopurinol dalam jamu. Menurut Sari 2014, batas kuantifikasi alopurinol dalam jamu yang harus
dicapai yang diturunkan dari NOAEL No Observed Adverse Effect Level adalah 0,52 µgmg sehingga metode spektrofotometri tidak dapat digunakan untuk
penetapan kadar alopurinol dalam jamu. Oleh karena itu untuk penetapan kadar alopurinol dalam jamu digunakan metode KCKT.
Metode KCKT untuk penetapan kadar alopurinol dalam jamu perlu dilakukan validasi untuk menjamin bahwa metode analisis memenuhi spefikasi
yang dapat diterima. Proses validasi metode analisis dilakukan menurut tata cara berikut :
1. Penentuan Panjang Gelombang Pengamatan
Penentuan panjang gelombang pengamatan bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang alopurinol yang memiliki serapan maksimum. Analisis suatu
senyawa menggunakan KCKT memerlukan panjang gelombang maksimum dimana suatu senyawa memberikan serapan maksimum untuk dapat terbaca pada
detektor UV pada alat KCKT. Pada panjang gelombang maksimum ini diharapkan semua kadar alopurinol dalam sampel dapat terdeteksi dengan baik oleh detektor
UV. Pada penetapan alopurinol dalam jamu asam urat diperlukan pembacaan
serapan dilakukan pada rentang panjang gelombang 200-400 nm dengan
menggunakan pelarut amonium hidroksida 5 dalam metanol. Penggunaan pelarut amonium hidroksida 5 dalam metanol ini karena pelarut ini dapat
melarutkan dengan baik alopurinol dan pelarut ini digunakan dalam proses elusi pada clean up menggunakan solid phase extraction Waters, 2008.
Pada penelitian ini digunakan lima level konsentrasi. Konsentrasi yang digunakan adalah 5; 7,5; 10; 12,5 dan 15
μgmL.
Tabel XII. Panjang gelombang maksimum alopurinol dengan pelarut amonium hidroksida 5 dalam metanol
Konsentrasi gmL
maks
terukur Rata-rata
maks
terukur
5,0 272,9
273,7 ≈ 274 nm
7,5 273,9
10,0 273,7
12,5 274,0
15,0 273,8
Pada Tabel XII di atas menunjukkan bahwa maks terukur rata-rata yang diperoleh adalah 274 nm, digunakan sebagai panjang gelombang
maksimum. Berikut spektrogram alopurinol :