Pembakuan NaOH 0,1 N Penentuan panjang gelombang pengamatan alopurinol Pembuatan larutan baku alopurinol

c. Pembuatan seri larutan baku alopurinol. Diambil sejumlah100, 200, 300, dan 400 μL larutan intermediet alopurinol kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL. Masing-masing labu takar diencerkan dengan amonium hidroksida 5 dalam metanol hingga tanda. Masing-masing seri baku alopurinol disaring menggunakan milipore kemudian di-degassing menggunakan ultrasonikator selama 15 menit. Sejumlah 10 μL masing-masing seri larutan baku disuntikkan ke sistem KCKT. Replikasi dilakukan 3 kali. 4. Kurva baku adisi alopurinol dalam matriks jamu a. Pembuatan larutan stok baku alopurinol. Ditimbang secara seksama lebih kurang 25 mg baku alopurinol, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 25 mL dan dilarutkan dengan dengan amonium hidroksida 5 dalam metanol. b. Pembuatan larutan intermediet alopurinol.Dibuat larutan intermediet dengan konsentrasi 500  gmL dengan cara mengambil sebanyak 5 mL dari larutan stok baku alopurinol, dimasukkan labu takar 10 mL dan diencerkan dengan amonium hidroksida 5 dalam metanol hingga tanda. c. Pembuatan seri larutan baku alopurinol. Diambil sejumlah 100, 300, dan 600 μL larutan intermediet alopurinol kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 10 mL. Masing-masing labu takar diencerkan dengan amonium hidroksida 5 dalam metanol hingga tanda, sehingga diperoleh konsentrasi 5, 15, dan 30 μgmL. d. Pembuatan kurva adisi alopurinol dalam matriks jamu Diambil 20 bungkus jamu merek asam urat yang telah dibeli, ditimbang secara seksama 0,5 g jamu merek asam urat yang sebelumnya telah dihomogenkan dengan menimbang 20 bungkus jamu dan dihitung bobot rata- ratanya, kemudian dilarutkan dengan 10 mL NaOH 0,1 N. Ditambahkan sebanyak 200 μL seri larutan baku 5, 15, 30 μgmL dan 100, 200, 300 µL dari larutan intermediet sehingga diperoleh massa alopurinol yang ditambahkan sebanyak 51, 103, 156 µg kemudian diekstraksi dengan kloroform 3 mL sebanyak tiga kali. Didapatkan 2 fase pemisahan, diambil fase air bagian atas, tampung dalam flakon. Fase air ditambahkan HCl 0,1 N hingga pH 2 dan diperoleh volume akhir 4 mL. Sebanyak 1 mL sampel dimasukkan ke dalam catridge MCX yang telah dikondisikan dengan metanol dan air. Kolom SPE MCX dicuci dengan dialiri 2 mL asam asetat 2 dan 2 mL metanol. Selanjutnya elusi dengan 10 mL amonium hidroksida 5 dalam metanol. Fraksi amonium hidroksida 5 dalam metanol ditampung dalam flakon, lalu diuapkan seluruhnya. Kemudian dilarutkan dengan amonium hidroksida 5 dalam metanol sebanyak 10 mLlalu disaring dengan menggunakan milipore kemudian diultrasonifikasi selama 15 menit. Masing-masing diinjeksikan ke dalam sistem KCKT dengan replikasi lima kali. 5. Pengaruh Matriks Jamu pada Penetapan Kadar Alopurinol Untuk mengetahui pengaruh matriks pada penetapan kadar alopurinol dalam jamu, maka dilakukan perbandingan antara slope kurva baku alopurinol dan slope kurva baku adisi alopurinol dalam matriks jamu. 6. Validasi metode analisis dalam jamu Validasi metode analisis dilakukan padadata yang diperoleh di langkah 4 meliputi linearitas, akurasi dan sensitivitas. a. Linearitas. Linearitas ditentukan dengan nilai koefisien korelasi. Luas area diplotkan terhadap massa alopurinol yang ditambahkan ke dalam matriks jamu