Uji Asumsi Klasik Teknik Analisa dan Uji Hipotesis .1 Regresi Linier Berganda

F dan uji t tidak boleh bias. Menurut Sumodiningrat 2002: 115 sifat blue dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan uji signifikan baku terhadap α dan ß. 2. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran. 3. Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya. 4. Estimate : e diharapkan sekecil mungkin. Menurut Gujarati 1995: 13 untuk menghasilkan keputusan yang BLUE, maka harus dipenuhi oleh regresi linier berganda, yaitu : 1. Nilai tengah mean value dan komponen penganggu e yang ditimbulkan dari variabel eksplanatory harus sama dengan nol. 2. Varian dari komponen penganggu harus konstan dalam memenuhi syarat heteroskedasitas. 3. Tidak terjadi autokorelasi antar komponen penganggu. 4. Variabel eksplanatory harus non stokastik atau kalaupun stokastik harus menyebar bebas dari komponen penganggunya. Yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas atau regresi bersifat BLUE Best, Linier, Unbiased, Estimator artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut betul-betul linier dan tidak bias atau tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan persamaan, seperti: A . Multikolinearitas Tepatnya istilah multikolinearitas berkenaan dengan terdapatnya lebih dari satu hubungan linier pasti dan istilah kolinearitas berkenaan dengan terdapatnya satu hubungan linier Gujarati, 1995: 157 Menurut Widarjono 2003: 131, mengemukakan bahwa multikolinearitas berarti adanya hubungan linier antara variabel independen di dalam regresi linier berganda dalam suatu persamaan .Multikolinearitas merupakan korelasi variabel independen dalam regresi berganda. Deteksi adanya Multikolinearitas : a. Besarnya VIF Variance Inflation Factor Jika VIF melebihi angka 10, maka variabel tersebut mengindikasikan adanya multikolinearitas. b. Nilai Eigenvalue mendekati 0 dan Condition Index melebihi angka 15 Nachrowi dan Usman, 2006: 100

B. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan varian dari residual atau error yang tidak konstan atau berubah-ubah. Model regresi yang baik tidak mempunyai Heteroskedastisitas Nachrowi dan Usman, 2006: 109 Deteksi adanya Heteroskedastisitas : Pada regresi linier nilsai residual tidak boleh ada hubungan dengan variabel X. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank spearman. Menurut Gujarati 1995: 188 rumus rank spearman adalah : Σ d i 2 r s = 1 – 6 NN 2 – 1 Keterangan : di = Perbedaan dalam rank antara residual dengan variabel bebas ke-i N = Banyaknya data

C. Autokorelasi

Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu. Prosedur untuk menguji autokorelasi yang sebenarnya dapat dijelaskan lebih baik dengan bantuan gambar dibawah ini, yang menunjukkan batas d adalah 0 dan 4. Gambar 2. Statistik d Durbin – Watson, Gujarati, 1995: 216 Menolak Ho Daerah Daerah Menolak Bukti auto Keragu- Keragu- Ho Bukti korelasi raguan raguan auto kore- positif lasi negatif Menerima Ho atau Ho atau kedua-duanya dL dU 2 4-dU 4-dL 4 d Mekanisme tes Durbin-Watson adalah sebagai berikut, dengan mengasumsikan bahwa asumsi yang mendasari tes dipenuhi : a. Untuk ukuran sampel tertentu dan banyaknya variabel yang menjelaskan tertentu dapatkan nilai kritis d L dan d u . b. Jika hipotesis Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi positif, maka jika d d L : menolak Ho d d u : tidak menolak Ho d L d d u : pengujian tidak meyakinkan c. Jika hipotesis nol Ho adalah bahwa tidak ada serial korelasi korelasi negatif, maka jika d 4 – d L : menolak Ho d 4 – d u : tidak menolak Ho 4 – d u d 4 – d L : pengujian tidak meyakinkan d. Jika Ho adalah dua-ujung, yaitu bahwa tidak ada serial autokorelasi baik positif ataupun negatif, maka jika d d L : menolak Ho d 4 – d L : menolak Ho d u d 4 – d u : tidak menolak Ho d L d d u atau pengujian tidak meyakinkan 4 – d u d 4 – d L Seperti langkah tadi menunjukkan, kelemahan besar dari tes d adalah bahwa jika d tadi jatuh dalam daerah yang meragukan atau daerah ketidaktahuan, orang tidak dapat menyimpulkan apakah autokorelasi ada atau tidak ada. Dalam kasus ini orang bisa mungkin terpaksa melakukan tes lain beberapa diantaranya diberikan dalam bentuk soal latihan atau mendapatkan data tambahan data atau sampel yang berbeda. Harus juga diperhatikan bahwa banyaknya observasi minimum yang diperlukan sehubungan dengan tabel Durbin Watson adalah 15. Alasannya adalah bahwa suatu sampel yang lebih kecil dari 15 observasi akan menjadi sangat sulit untuk bisa menarik kesimpulan yang pasti definitif mengenai autokorelasi dengan memeriksa residual yang ditaksir. 3.4.3. Uji Hipotesis 3.4.3.1. Uji Kecocokan Model Analisis ini digunakan untuk menetahui apakah model analisis tersebut cukup layak digunakan dengan variabel Profitabilitas Industri X 1 , Rasio leverage keuangan tertimbang X 2 terhadap ROE Perusahaan Y digunakan uji F dengan prosedur sebagai berikut : 1. H : b j = 0 tidak terdapat pengaruh X 1, X 2, X 3 terhadap Y H 1 : b j ≠ 0 terdapat pengaruh X 1, X 2, X 3 terhadap Y Dimana j = 1, 2, 3, k : variabel ke j sampai ke k 2. Dalam penelitian ini digunakan tingkat signifikan 0,05 dengan derajat bebas [n-k], dimana n : jumlah pengamatan, dan k : jumlah variable 3. Dengan F hitung sebesar 2 2 1 1 hit R k F R n k − = − − Keterangan : F hit = F hasil perhitungan R 2 = koefisien variabel k = jumlah variabel n = jumlah sampel 4. Kriteria pengujian sebagai berikut a. Jika F hitung F tabel maka Ho di tolak dan Hi diterima berarti secara simultan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terkait. b. Jika F hitung F tabel maka Ho di terima dan Hi ditolak berarti secara simultan variabel bebas tidak berpengaruh terhadap variabel terkait.

3.4.3.2. Uji Parsial Uji t

Uji t adalah uji yang digunakan untuk melihat pengaruh masing- masing variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat Widarjono, 2005: 58.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas Industri, Rasio Leverage Keuangan Tertimbang Dan Intensitas Modal Tertimbang Terhadap " ROA " Dan " ROE" Pernsahaan Kayu Dan Pengolahannya Di Bursa Efek Jakarta

0 25 120

Pengaruh Rasio Leverage Dan Rasio Intensitas Modal Terhadap Profitabilitas Perusahaan Automotive Yang Go-Public Di Bursa Efek Indonesia

2 29 114

PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP PERUBAHAN LABA PADA PERUSAHAAN KEUANGAN DAN PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Perubahan Laba Pada Perusahaan Keuangan Dan Perbankan Yang Go Public Di Bursa Efek Indonesia Tahun

0 1 12

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN ROKOK DI BURSA EFEK ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS DAN LEVERAGE TERHADAP RETURN SAHAM PERUSAHAAN ROKOK DI BURSA EFEK JAKARTA.

0 0 13

PENGARUH LEVERAGE DAN LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 78

ANALISIS PENGARUH RASIO LEVERAGE KEUANGAN TERTIMBANG DAN PANGSA PASAR TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

0 2 128

ANALISIS PENGARUH RASIO LEVERAGE KEUANGAN TERTIMBANG, INTENSITAS MODAL TERTIMBANG DAN PANGSA PASAR TERTIMBANG TERHADAP ROA DAN ROE PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG GO PUBLIC DI BEJ PERIODE 1999 - 2002 Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 111

ANALISIS PENGARUH RASIO LEVERAGE KEUANGAN TERTIMBANG DAN PANGSA PASAR TERHADAP RETURN ON EQUITY (ROE) PADA PERUSAHAAN ROKOK YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

0 0 23

KATA PENGANTAR - ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS INDUSTRI DAN RASIO LEVERAGE KEUANGAN TERTIMBANG TERHADAP “ROE” TERHADAP PERUSAHAAN ROKOK YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 15

ANALISIS PENGARUH PROFITABILITAS INDUSTRI, RASIO LEVERAGE KEUANGAN TERTIMBANG, RASIO INTENSITAS MODAL TERTIMBANG DAN PANGSA PASAR TERHADAP ROA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2013-2015

0 0 18