II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karakteristik Sapi Perah Fries Hollands FH
Sapi Fries Hollands merupakan salah satu bangsa sapi perah yang paling banyak dipelihara di Indonesia yang berada di perusahaan peternakan dan peternakan kecil.
Sapi perah ini berasal dari daerah propinsi Friesland Barat dan Holland Utara. Menurut se-jarahnya nenek moyang bangsa sapi Fries Hollands berasal dari Bos taurus yang
mendiami daerah beriklim sedang di dataran Eropa. Nama lain dalam bahasa Inggris untuk sapi perah Fries Hollands adalah Holstein Friesian atau Holstein Blakely dan
Bade, 1985; Pane, 1986. Ciri-ciri sapi perah Fries Hollands yaitu rambut ujung ekor dan lutut ke bawah
berwarna putih dengan tubuh hitam bercak putih. Di dahi kadang-kadang terdapat tanda segi tiga putih. Tanda lainnya ialah dada dan perut bawah berwarna putih dengan tanduk
kecil menjurus ke depan. Selain hitam putih ada pula sapi Fries Hollands yang berwarna merah bercak putih yang disebut Brown Holstein. Sapi perah Fries Hollands bertubuh
besar. Standar berat badan sapi perah betina dewasa berkisar antara 570-730 kg sedang jantan minimal 800 kg. Bahkan, ada jantan yang mencapai satu ton Siregar, 1992.
Sapi betina memiliki sifat tenang, merumput baik di padang rumput kualitas tinggi, dan sifat reproduktifnya bagus. Dara dikawinkan pertama kali umur 18-21 bulan dan
beranak umur 28-30 bulan. Tetapi, ada yang lebih lambat lagi. Tubuh tumbuh hingga mencapai maksimum umur 7 tahun dengan kisaran 6-8 tahun. Berat lahir pedet
terentang antara 25-45 kg atau sebesar 10 dari berat induk Bath, dkk., 1978; Ensminger, 1980. Pertumbuhan pedet cepat dan dapat mencapai 0,9 kg per hari
sehingga baik untuk penghasil daging Pane, 1986. Sapi perah Fries Hollands pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1891 dan dibawa
untuk memenuhi kebutuhan konsumsi susu orang Belanda. Lambat laun sapi tersebut bertambah banyak dengan didatangkannya sapi baru sementara yang sudah ada
berkembang biak Sudono dan Sutardi, 1969; Sutardi, 1980. Sapi Fries Hollands murni dipelihara di Jawa Barat tepatnya di daerah Cisarua dan Lembang tahun 1900. Dan, dari
daerah ini sapi Fries Hollands menyebar ke daerah lain Jawa Barat. Sejak disebarnya sapi perah Fries Hollands di beberapa daerah Indonesia khususnya di Pulau Jawa terjadi
perkawinan yang tidak terencana sapi Fries Hollands dengan sapi lokal Siregar, 1992. Kemudian, didatangkanlah sapi jenis baru seperti Sahiwal Cross Sutardi, 1980.
2.2. Produksi Susu Sapi Fries Hollands