23
BAB III METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini dilaksanakan secara eksperimental. Penelitian meliputi preparasi hewan marmut, pencukuran punggung marmut, penyinaran
kulit punggung marmut dengan sinar UV panjang gelombang 254-366 nm, pembuatan sediaan krim ekstrak kulit manggis, pemeriksaan terhadap sediaan uji
homogenitas, uji stabilitas sediaan, uji pH, penentuan tipe emulsi serta pembuktian kemampuan sediaan sebagai anti-aging.
3.1 Alat -alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pisau cukur, kandang pemasungan,rotary evaporator, freeze dryer, lampu UV-VIS panjang
gelombang 254- 366nm,skin analyzer aramo, lumpang porselen, stamfer, cawan
porselen, alat-alat gelas,penangas air, pot plastik, aluminium foil, pH meter Hanna Instrument, neraca listrik Boeco Germany.
3.2 Bahan-bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Air suling,
parafin liq, setil alkohol, asam stearat, etanol 70, TEA, nipagin, parfum, metil biru, alkohol,kulit manggis.
3.3 Pengolahan sampel
Kulit manggis dipotong kecil-kecil, dikeringkan dengan oven selama 10 jam pada suhu 50 - 60
o
C. Lalu dihaluskan hingga berbentuk serbuk. Serbuk kulit
Universitas Sumatera Utara
24
manggis diekstraksi menggunakan etanol 70 dengan metode perkolasi. Setelah diperoleh hasil ektraksi dimasukkan ke dalam alat rotary evaporator. Kemudian
hasil dari rotary evaporator dimasukkan ke dalam freeze dryer.
3.4 Hewan percobaan
Marmut betina 15 ekor masing-masing dengan berat sekitar 400 - 500 gram.
3.5 Prosedur kerja 3.5.1 Preparasi hewan percobaan
Sebanyak15 ekor marmut betina yang masing-masing dengan berat sekitar 400-500 gram dicukur bulu pada punggungnya dengan luas 2,5cm x 2,5cm.
Kemudian diukur kondisi kulit dengan menggunakan skin analyzer dan dicatat
hasilnya. 3.5.2 Formulasi sediaan krim
3.5.2.1 Formula standar
Sediaan krim dibuat berdasarkan formula dasarsunblock yang
menggunakantipe dasar krim minyak dalam air Lachman, dkk., 1994. R Asam stearat
13 Gliserin
10 Kalium hidroksida
0,9 Propil paraben
0,15 Setil alkohol
1 Stearil alkohol
1 Air suling
73,95
Universitas Sumatera Utara
25
3.5.2.2 Formula modifikasi Bahan-bahan yang digunakan adalah:
Formulasi dasar krim R
Asam stearat 3,00
Nipagin 1,00
Parafin liq 10,00
Parfum qs
Setil alkohol 0,50
TEA 1,80
Ekstrak kulit manggis 2, 3, 4 dan 5
Air suling 50,00
Jumlah ekstrak kulit manggis yang divariasikan dalam sediaan krim: Krim A = blanko tanpa ekstrak kulit manggis
Krim B = konsentrasi ekstrak kulit manggis 2 Krim C = konsentrasi ekstrak kulit manggis 3
Krim D = konsentrasi ekstrak kulit manggis 4 Krim E = konsentrasi ekstrak kulit manggis 5
3.5.2.3 Pembuatan sediaan krim
Cara pembuatan basis ditimbang masing-masing bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam formula dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu fase
minyak dan fase air. Fase minyak terdiri dari parafin liq, setil alkohol, dan asam stearat dipanaskan dengan cawan porselin diatas penangas air dengan suhu 70
- 75
C. Fase air yang terdiri dari air suling, TEA dan nipagin. Masukkan fase minyak yang telah dilebur ke dalam lumpang dan alu yg telah dipanaskan.
Tambahkan fase air sedikit demi sedikit sampai terbentuk massa krim.
Universitas Sumatera Utara
26
Tambahkan parfum secukupnya lalu gerus hingga homogen. Masukkan ekstrak kulit manggis ke dalam lumpang, tambahkan basis krim untuk masing-masing
formula sedikit demi sedikit kemudian digerus hingga homogen. Lalu masing- masing formula disimpandalam wadah krim.
3.5.3 Pemeriksaan terhadap sediaan 3.5.3.1 Pemeriksaan homogenitas
Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen
dan tidak terlihat adanya butiran kasar Ditjen POM, 1979.
3.5.3.2 Pengamatanstabilitas sediaan
Masing-masing formula sediaan dimasukkan ke dalam pot plastik, ditutup bagian atasnya dengan aluminium foil. Selanjutnya pengamatan dilakukan pada
saat sediaan telah selesai dibuat, penyimpanan 1, 4, 8, dan 12 minggu dilakukan pada temperatur kamar, bagian yang diamati adalah pemisahan fase, perubahan
warna dan bau dari sediaan.
3.5.3.3 Pengukuran pH Sediaan
Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar standar netral pH
7,01 dan larutan dapar pH asam pH 4,01 hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudiaan elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan
tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1 yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dengan air suling hingga 100 ml. Kemudian elektroda dicelupkan
dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan.Sediaan krim diukur
Universitas Sumatera Utara
27
nilai pH-nya menggunakan pH meter setiap minggu selama dua belas minggu pada suhu kamarRawlins, 2003.
3.5.3.4 Penentuan tipe emulsi sediaan
Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan menggunakan pengenceran dengan air dan perubahan warna. Pengenceran dengan air dilakukan
dengan cara mengencerkan 100 mg sediaan krim, bila emulsi mudah diencerkan dengan air, maka emulsi tersebut adalah tipe ma Ditjen POM, 1985.
Pengecatan atau pewarnaan dilakukan dengan menambahkan larutan metilen biru sebanyak 1 tetes pada 500 mg sediaan di atas objek gelas. Bila metil
biru tersebar merata berarti sediaan tersebut tipe emulsi ma, tetapi bila hanya
bintik-bintik biru berarti sediaan tersebut tipe emulsi am Syamsuni, 2006.
3.6 Pengujian aktivitas Anti- Aging
Marmut yang digunakan dibagi dalam 5 kelompok, yaitu: a.
kelompok I sebanyak 3 ekor marmut untuk blanko tanpa pengolesan krim
b. kelompok II sebanyak 3 ekor marmut untuk konsentrasi krim ekstrak kulit
manggis 2 c.
kelompok III sebanyak 3 ekor marmut untuk konsentrasi krim ekstrak kulit manggis 3
d. kelompok IV sebanyak 3 ekor marmut untuk konsentrasi krim ekstrak
kulit manggis 4 e.
kelompok V sebanyak 3 ekor marmut untuk konsentrasi krim ekstrak kulit manggis 5
Universitas Sumatera Utara
28
Kelimabelas marmut yang telah dicukur bulu punggungnya disinari di bawah sinar UV pada panjang gelombang 366nm selama 5 jam. Selanjutnya
diukur kondisi kulit dengan skin analyzer. Setelah mendapatkan kulit yang telah aging,pemulihan mulai dilakukan denganpengolesan krim hingga merata seluas
area yang telah dicukur. Jenis krim yang dioleskan berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan diatas dan dilakukan pengolesan sebanyak 2 kali sehari yaitu
dipagi hari dan malam. Perubahan kondisi kulit diamati selama 4 minggu dengan menggunakan skin analyzer. Dihitung rata-rata kondisi kulit tiap kelompok dan
diamati apakah memberikan perubahan yang signifikan. Bandingkan kondisi kulit masing-masing kelompok pada minggu keempat dengan kondisi kulit marmut
sebelum disinari dengan sinar UV.
Universitas Sumatera Utara
29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Penentuan mutu fisik sediaan 4.1.1 Homogenitas sediaan
Homogenitas dilakukan dengan mengoleskan sediaan pada sekeping kaca,
lalu diratakan, jika tidak ada butiran-butiran maka sediaan dapat dikatakan
homogen Ditjen POM, 1979. Dari percobaan yang telah dilakukan pada sediaan krim anti-aging, tidak
diperolehbutiran-butiran pada kepingan kaca. Perlakuan yang sama juga
dilakukan pada pengukuran setiap minggu dan sediaan tetap tidak juga
menunjukkan butiran-butiran pada kepingan kaca, maka sediaandikatakan
homogen.
4.1.2 Stabilitas sediaan
Menurut Ansel 1989, suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat
penggumpalan dari pada globul-globul dari fase terdispersi. Rusak atau tidaknya
suatu sediaan emulsidapat diamati dengan adanya perubahan warna danperubahan bau.Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan
dengan penambahan suatu antioksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh jamur atau mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan
penambahan pengawet. Pengawet yang digunakan dalam penelitian ini adalah natrium metabisulfit.Hasil pengamatan stabilitas masing-masing formula selama
penyimpanan 12 minggu dapat dilihat pada Tabel 4.1
Universitas Sumatera Utara