Aspek Pengembangan Rami Program Jangka Menengah

Sebanyak 57 dari produksi TPT Nasional dihasilkan dari Jawa Barat, maka kedudukan Daerah Bandung merupakan sentra TPT Nasional sangat strategis API, 2006. Luas wilayah Kabupaten Garut sekitar 3.065,19 km 2 , dengan jumlah penduduk kurang lebih 2.260.478. Sebanyak 36 dari luas Garut merupakan wilayah kehutanan. Secara geografis Garut berdekatan dengan wilayah Kota Bandung yang merupakan sentra TPT nasional. Oleh karena itu, pengembangan serat rami di Kab Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok bahan baku tekstil, khususnya bagi industri pemintalan. Luas areal pengembangan hutan rakyat pada tahun 2004 melalui program gerakan nasional rehabilitasi hutan lindung GNRHL seluas 3.750 ha, gerakan rehabiltasi lahan kritis GRLK seluas 1.063,88 ha dan rehabiltasi hutan lindung RHL seluas 200 ha. Pada tahun 2005 luas areal pengembangan hutan melalui program gerakan nasional rehabilitasi hutan lindung GNRHL seluas 2.850 ha dan gerakan rehabiltasi lahan kritis GRLK seluas 3.705 ha Tabel 14. Tabel 14. Luas areal pengembangan hutan rakyat pada tahun 2004 – 2005 ha No. Kegiatan 2004 2005 1. GNRHL 3.750,00 2.850 2. GRLK 1.063,88 3.705 3. RHL 200,00 - Jumlah 5.013,88 6.555 Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Garut, 2006. Pada tahun 2001 Kementerian Negara Koperasi dan UKM membentuk tim pengembangan serat rami, yang melibatkan Departemen Perindustrian dan Departemen Pertanian. Kementerian Negara Koperasi dan UKM telah memprogramkan pengembangan budidaya rami di Garut Jawa Barat Koppontren Darussalam seluas 20 ha melalui dana bergulir Rp. 17 juta per ha Aminah, 2007. Beberapa daerah yang telah mengembangkan tanaman rami, antara lain Garut, Wonosobo, Malang, Sukabumi, Lampung, Sumatera Utara, Bengkulu, Jambi dan Sumatera Selatan. Produk dari berbagai daerah pengembangan ini sudah dimanfaatkan oleh industri tekstil. Permasalahan utama yang dihadapi pengusaha adalah permodalan. Sebagai ilustrasi, pada tahun 2005, Departemen Perindustrian memfasilitasi pengembangan long staple fibe r rami di Garut seluas 300 ha 40 ha untuk inti dan 260 ha petani plasma dan telah ditawarkan kepada Pemda setempat untuk pengembangan- nya Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia, 2007. Departemen Perindustrian membantu pengembangan dalam hal pelatihan dan bantuan peralatan. Pelatihan yang diberikan adalah peningkatan kemampuan sumber daya manusia SDM dalam pengolahan rami. Peralatan yang diberikan, antara lain mesin dekortikator alat pemisah serat rami dan batang rami, fiber opening, staple fiber, mesin carding dan mesin roving. Sedangkan pada tahun 2005, Departemen Pertanian memprogramkan pemberdayaan petani rami melalui pelatihan dan temu usaha di Garut Jawa Barat. Perhatian dari lembaga teknis terkait sudah cukup memberikan dukungan terhadap prospek pengembangan rami dan Perbankan sebagai lembaga yang terkait dalam permodalan diharapkan lebih mendukung, sehingga Koppontren Darussalam dan Usaha Kecil di bawah binaannya dapat meningkatkan produktifitasnya. Koppontren Darussalam telah memiliki peluang pasar rami staple fibre sebanyak 99 tonbulan atau 1.188 tontahun, suplai bahan baku China grass sebanyak 1.117 tonbulan dengan dukungan lahan perkebunan mono kultur 613 ha. Dari kebutuhan luas areal 613 ha, luas tanam yang dimiliki Koperasi Usaha Kecil Menengah KUKM mitra Koppontren Darussalam yang berlokasi di Garut, Bandung, Bogor dan Sukabumi baru tercatat seluas 318 ha dengan pola tumpang sari setara 159 ha pola monokultur. Target produksi optimal tersebut akan tercapai pada tahun 2008. Untuk pemenuhan ketersediaan bahan baku sesuai peluang pasar, masih diperlukan perluasan area 454 ha lahan monokultur. Pemasaran serat rami, baik dalam maupun luar negeri memberikan prospek cerah di masa mendatang. Industri serat rami cukup potensial, maka memerlukan acuan yang dapat memberikan prospek masa depan untuk dapat dikembangkan dan diusahakan, peluang pasar yang masih cukup luas, kebutuhan bahan baku cukup besar dan luas tanah yang diperlukan untuk budidaya masih luas, sehingga investor dapat memanfaatkan investasinya pada Tabel 15. Tabel 15. Peluang pasar tahun 2005 berdasarkan jenis produk Nama Produk Peluang pasar Kebutuhan bahan baku China Grass Luas tanah yang diperlukan ha Ekspor China Grass tonbulan tontahun 24 288 24 288 119 Ekspor Staple Fibre tonbulan tontahun 50 600 62,5 750 329 Konsumsi Staple Fibre Nasional tonbulan tonbahun 25 300 31,2 375 165 Total Peluang tonbulan tontahun 99 1.188 613 Dengan asumsi batang 9 tonha, maka rendemen setiap 1 ha tanaman rami 3,5 China Grass dan 60 rendemen Staple Fiber Sulaiman, 2005. Kandungan selulosa memiliki fungsí dan kemampuan degradasi-bio, degradasi termal dan penyerapan kandungan air. Kemampuan ini harus dapat dikendalikan, agar dihasilkan serat dengan mutu tinggi, baik dari segi mekanis maupun termal dan biodegradasi. Rami juga memiliki nama lain, yakni China-grass Direktorat Binpro Dirjen Perkebunan Departemen Pertanian dan PT Agung Sinaji, 1997. Pemanfaatan serat rami memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai berikut : a. Tahan terhadap serangan bakteri dan jamur. b. Penyerap air yang baik. c. Mampu dicelup untuk pewarnaan dengan mudah. d. Kekuatan tarik meningkat ketika basah. e. Tahan terhadap suhu tinggi. Dalam mengurangi ketergantungan impor bahan baku TPT, Departemen Perindustrian bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Jawa Barat mengembangkan rami di Garut. Iklim di Jawa Barat sangat mendukung dan tersedia lahan memadai untuk mengembangkan usaha rami. Industri TPT merupakan salah satu industri padat karya yang terbukti mampu memberikan kontribusi cukup besar dari perolehan devisa ekspor dan tenaga kerja. Kebutuhan rami dunia diperkirakan 1 juta ton per tahun dan dalam sepuluh tahun mendatang Indonesia menargetkan dapat memasok 20 dari kebutuhan rami dunia. Untuk menghasilkan 200 ribu ton rami per tahun dibutuhkan areal tanam seluas 100 ribu hektar, yang dapat menciptakan lapangan kerja bagi 200.000 KK atau 600.000 jiwa. Untuk mempercepat pengembangan dan pemanfaatan serat rami sebagai bahan baku industri tekstil, saat ini telah dikembangkan tanaman rami di beberapa lokasi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Bengkulu, Sumatera Selatan, Jambi dan Sumatera Utara yang dilengkapi dengan peralatan fiber opening yang sangat sederhana. Sebagai ilustrasi, pilot project di Jawa Tengah Wonosobo memiliki mesin pengolahan yang sudah lengkap dan baik, sehingga stafle fiber yang dihasilkan sesuai dengan permintaan pasar Direktorat Jenderal Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian, 2007. Pemerintah propinsi Jawa Barat dan Pemerintah Kabupaten Garut menyiapkan pabrik pemintalan benang rami berkapasita terpasang 2.500 mata pintal setara 1 ton benang setiap 8 jam beroperasi dan memerlukan ketersediaan bahan baku mencapai sekitar 260 ha, biaya yang diperlukan untuk keperluan tersebut Rp. 56 miliar. Penyediaan mesin dari pemerintah cq Departemen Perindustrian, pabrik dan lahan inti seluas 300 ha dari pemerintah Propinsi Jawa Barat sedangkan Pemerintah Kabupaten Garut menyiapkan aspek penunjang. Penyerapan tenaga kerja dari kegiatan tersebut sekitar 5.000 orang tenaga kerja baru, kemudian secara bertahap diarahkan pada pengelolaan komersial melalui Badan Usaha Milik Daerah BUMD dan telah melakukan studi banding ke China, serta selanjutnya melakukan uji coba produksi, dengan hasilnya produk benang serat rami Garut masuk pada ”grade A” Direktorat Jenderal Industri, Agro dan Kimia Departemen Perindustrian, 2007.

4.2 Penilaian Rasio Laporan Keuangan

Untuk melakukan analisis aspek keuangan diperlukan adanya beberapa asumsi sebagai dasar perhitungan dalam kajian aspek keuangan. Dalam hal ini asumsi yang digunakan ditentukan berdasarkan hasil kajian usaha pengolahan rami. Asumsi usaha pengolahan rami Koppontren disajikan pada Tabel 16. Tabel 16. Asumsi usaha pengolahan rami Koppontren No. Komponen Asumsi 1. Aktivitas Produksi a. Periode produksi jamhari 8 b. Jumlah hari kerja haribulan 26 c. Jumlah bahan baku per produksi kghari 532 d. Rendemen SF 60 e. Jumlah Produksi Staple Fiber kg 319 f. Jumlah tenaga kerja orang 20 2. Tambahan biaya modal kerja dari kredit bank 70

a. Komponen dan Struktur Biaya

Komponen biaya merupakan rincian besarnya biaya yang diperlukan untuk menjalankan aktivitas usaha pengolahan rami. Komponen biaya ini mencakup modal tetap dan modal kerja. Modal tetap adalah semua komponen yang diperlukan dari tahap pra investasi sampai produksi, sedangkan modal kerja adalah pengeluaran untuk membiayai keperluan operasi atau produksi. Tabel 17 menunjukkan kebutuhan investasi pengolahan rami. Tabel 17. Kebutuhan biaya investasi pengolahan rami No. Rincian Biaya Total Biaya Rp 1. Perijinan dan Bangunan a. Biaya perijinan 30.000.000 b. Bangunan 323.834.300 Jumlah 1 353.834.300 2. Biaya Penunjang a. Pengadaan kendaraan 200.000.000 b. Pengadaan mesin 648.750.000 c. Inventaris cantor 20.000.000 d. Instalasi alat proses 20.000.000 e Biaya umum dan administrasi 5 35.000.000 Jumlah 2 923.750.000 3. Total 1 + 2 1.277.584.300