Pengolahan dan Produksi Rami

Gambar 9. Serat China Grass hasil dekortikasi hasil proses dekortikasi dari serat kasar yang disebut china grass masih merupakan serat yang bergumpal-gumpal akibat adanya gum dan sel- sel non fibrous. Gum dan sel-sel fibrous ini tidak dapat larut dalam air, maka perlu dipisahkan melalui proses kimiawi yaitu proses degumming. Peralatan yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 10. Proses degumming menghilangkan zat-zat perekat yang merekatkan serat, sehingga serat menjadi terpisah-pisah satu sama lainnya, a. Peralatan untuk pencucian b. Mesin Pengering Gambar 10. Peralatan untuk proses degumming Tahap-tahap dalam proses degumming adalah : a. Merebusmemasak serat satu kali atau berulang kali dalam larutan alkalin dengan atau tanpa tekanan, kemudian dicampur dengan zat penetrant . b. Pencucian dengan air kemudian dinetralisir. c. Pengelantangan dengan hypoclorit encer atau hydrogen peroksida. d. Pembilasan serat dengan air dan selanjutnya dinetralisir. e. Pelepasan serat dengan emultion oil, misalnya hydrocarbon yang mengandung sulfur. Hasil dari proses degumming adalah serat yang masak disebut tow, bersih dari kotoran, lunak, kuat dan tetap utuh atau berupa serabut panjang seperti pada Gambar 11. Gambar 11. Mesin Penyisir dan hasilnya berupa serat panjang halus Tow yang diperoleh dari proses degumming selanjutnya dikeringkan sampai mencapai kekeringan yang dibutuhkan dan kemudian dipotong- potong dengan mesin pemotong cutting, menjadi staple. Panjang staple sesuai dengan ukuran yang dimiliki dalam pemintalan umumnya + 38 mm. Staple merupakan gumpalan-gumpalan potongan serat yang perlu dipisahkan satu sama lain, karena masih adanya sisa-sisa zat perekat. Proses pemisahan ini menggunakan mesin rupping wash oppener RWO dan disebut proses pembukaan Gambar 12. a. Mesin RWO b. Pemisahan serat rami Gambar 12. Mesin pemisahan serat rami Pembukaan dapat berlangsung beberapa kali, sehingga alur prosesnya adalah : pengeringan, pemotongan, pembukaan I, pembukaan II, pembukaan III dan pembukaan IV. Hsil dari proses tersebut dilanjutkan ke proses ballpress yang menghasilkan serat rami dalam bentuk staple seperti pada Gambar 13. Gambar 13. Mesin ballpres dan hasilnya Gambar 14. Serat rami siap pintal Karakteristik serat rami sama dengan kapasrayon, yaitu dapat dipintal dan dapat dicampur dengan serat lain seperti serat kapas, polyester atau wool. Di kalangan perancang busana fashion, rami dikenal memiliki kekuatan dan daya serap air yang lebih tinggi dibandingkan kapas, serta memiliki warna dan kilau serat setara sutera alam STM Pembangunan, 1978. Gambar 15 menunjukkan kain dari serat rami pada show room Kopponten Darussalam. Gambar 15. Bahan baku sampai bahan jadi

4.1.6 Aspek Pengembangan Rami

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan budidaya maupun industri serat rami adalah : 1. Aspek Budidaya Varietas yang ditanam masih belum optimal, cara bercocok tanam masih beragam, pemilihan lokasi masih kurang tepat akibat tidak mempertimbangkan agroklimat sebagai persyaratan tumbuh rami dan lokasi pengembangan jauh dari sarana transportasi yang akan menyebabkan bertambahnya biaya produksi. 2. Aspek SDM Rendahnya tingkat pengetahuan dan pengalaman dalam budidaya rami, kurang memahami dalam perawatan rami yang intensif, minimnya modal petani telah mengakibatkan mengabaikan pemeliharaan, sehingga produktivitas menurun. 3. Aspek Teknologi Teknologi budidaya diharapkan dapat meningkatkan rendemen, efisiensi input produksi dan teknologi pengolahan agar didapatkan mutu serat yang memenuhi standar pasar internasional serta bantuan alat dekortikator untuk menunjang proses dekortikasi. 4. Aspek Kelembagaan Manajemen dan teknik produksi masih lemah, kompetensi dan kapasitas koperasi dari segi teknis masih lemah dan skala produksi belum optimal sehingga produksi belum effisien. 5. Aspek Pendanaan Modal yang menjadi penunjang dalam pengolahan dan produksi rami sangat terbatas, baik koperasi maupun petani. 6. Aspek Pemasaran Pasar rami belum terbentuk di dalam negeri dan umumnya menghargai serat rami sama dengan kapas, sehingga masih diperlukan waktu untuk mengubah paradigma pabrik tekstil yang sudah terbiasa menggunakan bahan baku kapas. Sebanyak 57 dari produksi TPT Nasional dihasilkan dari Jawa Barat, maka kedudukan Daerah Bandung merupakan sentra TPT Nasional sangat strategis API, 2006. Luas wilayah Kabupaten Garut sekitar 3.065,19 km 2 , dengan jumlah penduduk kurang lebih 2.260.478. Sebanyak 36 dari luas Garut merupakan wilayah kehutanan. Secara geografis Garut berdekatan dengan wilayah Kota Bandung yang merupakan sentra TPT nasional. Oleh karena itu, pengembangan serat rami di Kab Garut mempunyai kedudukan strategis dalam memasok bahan baku tekstil, khususnya bagi industri pemintalan. Luas areal pengembangan hutan rakyat pada tahun 2004 melalui program gerakan nasional rehabilitasi hutan lindung GNRHL seluas 3.750 ha, gerakan rehabiltasi lahan kritis GRLK seluas 1.063,88 ha dan rehabiltasi hutan lindung RHL seluas 200 ha. Pada tahun 2005 luas areal pengembangan hutan melalui program gerakan nasional rehabilitasi hutan lindung GNRHL seluas 2.850 ha dan gerakan rehabiltasi lahan kritis GRLK seluas 3.705 ha Tabel 14. Tabel 14. Luas areal pengembangan hutan rakyat pada tahun 2004 – 2005 ha No. Kegiatan 2004 2005 1. GNRHL 3.750,00 2.850 2. GRLK 1.063,88 3.705 3. RHL 200,00 - Jumlah 5.013,88 6.555 Sumber : Dinas Kehutanan Kab. Garut, 2006. Pada tahun 2001 Kementerian Negara Koperasi dan UKM membentuk tim pengembangan serat rami, yang melibatkan Departemen Perindustrian dan Departemen Pertanian. Kementerian Negara Koperasi dan UKM telah memprogramkan pengembangan budidaya rami di Garut Jawa Barat Koppontren Darussalam seluas 20 ha melalui dana bergulir Rp. 17 juta per ha Aminah, 2007. Beberapa daerah yang telah mengembangkan tanaman rami, antara lain Garut, Wonosobo, Malang, Sukabumi, Lampung, Sumatera Utara, Bengkulu, Jambi dan Sumatera Selatan. Produk dari berbagai daerah pengembangan ini sudah dimanfaatkan oleh industri tekstil. Permasalahan utama yang dihadapi pengusaha adalah permodalan. Sebagai ilustrasi, pada