Keuangan Negara Indonesia Keuangan Provinsi di Indonesia

luas total Indonesia, hanya dihuni sekitar 2 persen penduduk. Kondisi ini tidak berubah banyak di tahun 2005 Statistik Indonesia, 2000-2005.

5.3. Keadaan Keuangan

5.3.1. Keuangan Negara Indonesia

Dampak krisis moneter yang terjadi selama lebih dari delapan tahun yang telah membawa sebagian besar masyarakat pada kondisi kehidupan sosial yang makin memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya pengangguran, harga barang meningkat, dan rendahnya daya beli masyarakat. Dalam kondisi yang demikian terpuruknya, pemerintah melalui kebijakan anggaran negara memberikan perlindungan dan memulihkan kondisi sosial ekonomi masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah. Sejak tahun 2000, kebijaksanaan keuangan negara tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara APBN didasarkan kepada anggaran defisit, artinya bahwa defisit anggaran dibiayai dengan sumber-sumber pembiayaan dari dalam dan luar negeri. APBN tahun 2006 masih seperti APBN tahun sebelumnya dimana penerimaan negara masih mengandalkan sumber penerimaan pajak, yaitu 66,97 persen dari seluruh penerimaan negara dalam negeri. Anggaran belanja pemerintah yang sebesar 647.668 milyar rupiah melebihi penerimaan negara yang besarnya 625.237 milyar rupiah, hal ini menyebabkan defisit anggaran sebesar 22.431 milyar rupiah. Kekurangan anggaran defisit oleh pemerintah, pembiayaannya diusahakan dari sumber penerimaan lain yang berasal dari dalam negeri. Adapun anggaran pendapatan negara pada tahun 2006 tercatat sebesar 625.237 milyar rupiah, yang terdiri dari penerimaan dalam negeri dan penerimaan dari hibah. Pada tahun 2006 penerimaan dari hibah dianggarkan sebesar 3.632 milyar rupiah.

5.3.2. Keuangan Provinsi di Indonesia

Total penerimaan provinsi di seluruh Indonesia dari tahun 2000-2004 mengalami peningkatan, dengan total penerimaan sebesar 15.718 milyar rupiah pada tahun 2000, 29.681 milyar rupiah pada tahun 2001, 39.260 milyar rupiah pada tahun 2002, 39.546 milyar rupiah pada tahun 2003, dan 46.220 milyar rupiah pada tahun 2004. Peningkatan ini selain disebabkan naiknya penerimaan yang berasal dari dana perimbangan, juga karena adanya berbagai upaya provinsi yang telah dilakukan sejak tahun 2000, serta perkembangan ekonomi khususnya perkembangan basis penerimaan daerah yang ada. Dalam rangka menghasilkan penerimaan daerah, ditempuh berbagai kebijakan baik di bidang perpajakan maupun bukan pajak Statistik Indonesia, 2000-2005. Sumber penerimaan daerah berasal dari: Pendapatan Asli Daerah PAD, Dana Perimbangan, dan lain-lain penerimaan yang sah. Dari ketiga sumber penerimaan tersebut, penerimaan PAD merupakan salah satu sumber penerimaan yang penting bagi daerah karena penerimaan ini seluruhnya digali dan berasal dari daerah sendiri, oleh karena itu daerah mempunyai kewenangan penuh untuk memanfaatkan PAD ini sesuai kebutuhan dan prioritas daerah. Daerah yang berhasil meningkatkan PAD-nya secara nyata berarti bahwa daerah tersebut telah dapat memanfaatkan semua potensi yang ada di daerah secara optimal. Selama periode 2000-2004, perkembangan PAD terus mengalami kenaikan, yaitu masing- masing menjadi sebesar 6.029 milyar rupiah, 10.151 milyar rupiah, 14.191 milyar rupiah, 17.755 milyar rupiah, dan 22.495 milyar rupiah Statistik Keuangan Provinsi, 2000-2004.

5.4. Pertumbuhan Ekonomi