Resiliensi Keluarga Pasien Skizofrenia di RSJD-AGH

162 Secara otomatis apabila keluarga pasien telah memahami hakikat dari gangguan skizofrenia maka keluarga pasien akan memahami bagaimana cara merawat pasien gangguan jiwa di rumah. Hal ini akan berlanjut dengan peningkatan kepercayaan diri efikasi diri keluarga pasien dalam merawat pasien dan mengusahakan kesembuhan pasien. Dengan banyak mengenal orang-orang baru dengan permasalahan yang sama, keluarga pasien dapat saling bertukar pengalaman tentang bagaimana mengusahakan pengobatan yang terbaik bagi pasien. Keluarga pasien juga menjadi mengtahui kemana harus meminta tolong apabila ada permasalahan tertentu yang dialaminya. PMFG mengajarkan keluarga bagaimana merawat pasien di rumah. Di samping itu PMFG juga memberikan pemahaman tentang penyebab sesungguhnya dari perilaku atau tindakan pasien gangguan jiwa yang terkadang dianggap ganjil atau aneh oleh keluarga. PMFG hadir untuk memberikan solusi- soluisi atas permasahalah yang dihadapi keluarga pasien skizofrenia dalam merawat angggota keluarganya yang menderita gangguan skizofrenia. Dengan sasaran meningkatkan aspek-aspek resiliensi keluarga pasien PMFG menjadi salah satu sarana yang efektif untuk mengurangi kemungkinan pasien kambuh dan kembali ke rumah sakit lagi.

5.1.2 Resiliensi Keluarga Pasien Skizofrenia di RSJD-AGH

Ketiga subjek utama dalam penelitian ini yakni Ibu Sri Ismawati, Ibu Titik Winarsih, dan Pak Kholik merupakan pribadi yang memiliki resiliensi tinggi. Hal ini ditunjukkan para subjek dengan tetap merawat anak mereka yang mengalami 163 gangguan skizofrenia dan sementara itu di sisi lain dalam kehidupannya mereka tetap produktif. Terdapat tujuh aspek psikologis yang membangun kemampuan resiliensi seseorang Tujuh aspek tersebut adalah: regulasi emosi, pengendalian Impuls, optimisme, analisis kausal, empati, efikasi diri, reaching out. Ketiga narasumber utama dari keluarga pasien dalam penelitian ini setidaknya menunjukkan lima dari tujuh aspek yang disebutkan sebelumnya. Namun, resiliensi keluarga pasien skizofrenia ini tidak semata-mata hanya dipengaruhi oleh kemampuan pribadi dari individu, tetapi juga akibat dari faktor- faktor yang turut mendukung mereka menghadapi segala permasalahan hidup. Faktor tersebut meliputi dukungan eksternal I have dan sumber-sumbernya yang ada pada diri seseorang misalnya keluarga, lembaga-lembaga pemerhati dan sebagainya. Kekuatan personal yang berkembang dalam diri seseorang I am seperti self-esteem, capacity for self monitoring, spritualitas dan altruism. Kemampuan sosial I can seperti mengatasi konflik dan kemampuan berkomunikasi. Pada ketiga subjek ditemukan bahwa tingginya resiliensi mereka tidak hanya dipengaruhi oleh satu faktor saja, namun ketiga faktor yang disebutkan diatas turut memperkuat resiliensi keluarga pasien skizofrenia. Keluarga pasien tidak hanya memiliki kapasitas pribadi yang mumpuni namun juga dukungan lingkungan sekitar serta kemampuan mereka dalam mengumpulkan dukungan tersebut menjadikan keluarga pasien skizofrenia dalam penelitian ini tetap resilien dalam menghadapi cobaan hidup yang dihadapinya. 164 Resiliensi keluarga pasien skizofrenia sebelum adanya PMFG dapat disimpulkan berada dalam taraf yang rendah. Hal ini ditunjjukan dengan banyaknya keluarga yang meninggalkan pasien gangguan jiwa di RSJD-AGH. Bahkan ketika akan dipulangkan oleh pihak rumah sakit keluarga menghindari kepulangan pasien dengan pindah rumah agar tidak bisa ditemukan oleh pihak RSJD-AGH. Setelah diadakan PMFG, pasien yang kembali lagi ke RSJD-AGH akibat kambuh telah menurun. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat kekambuhan pasien yang awalnya berada pada taraf 30 kini turun menjadi 5. Disamping itu keluarga yang datang berkonsultasi di poli psikologi juga telah berkurang. Hal ini disebabkan oleh segala hal yang membingungkan keluarga pasien skizofrenia dapat ditanyakan dan didiskusikan bersama dalam proses PMFG. Beberapa keluarga pasien juga saling bertukar informasi tentang bagaimana merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan skizofrenia.

5.2. Saran