56
sub unit analisis dibagi lagi menjadi beberapa indikator pertanyaan. Interview guide dimaksudkan agar wawancara lebih mengenai sasaran yang ingin digali
dalam penelitian. Wawancara dalam penelitian ini juga dilakukan secara mendalam deep interview. Deep interview ini dilaksanakan dengan cara
melakukan wawancara secara terus-menerus continues dalam kurun waktu yang relatif lama.
Wawancara dilakukan kepada narasumber utama dan nara sumber sekunder. Narasumber utama dalam penelitian ini adalah anggota keluarga pasien
skizofrenia dan para terapis keluarga di RSJD-AGH Semarang. Keluarga pasien meliputi keluarga inti pasien atau keluarga yang tinggal dalam satu rumah
bersama pasien yakni: ayah, ibu, kakak, adik, dan sebagainya. Narasumber sekunder merupakan orang-orang yang hidup di lingkungan disekitar keluarga
pasien skizofrenia seperti: tetangga, ketua RT, dan orang-orang yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan keluarga pasien skizofrenia.
Wawancara dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Narasumber yang pertama kali diwawancarai adalah narasumber utama. Wawancara terhadap
narasumber sekunder dilaksanakan setelah data yang lengkap dari narasumber utama diperoleh. Hal ini dilakukan karena, narasumber sekunder berfungsi
sebagai cross ceck data dari narasumber utama. Alat bantu yang digunakan dalam wawancara ini yaitu inerview guide dan recorder.
3.4.2 Observasi
Observasi merupakan metode pengambilan data dengan cara pengamatan terhadap subjek. Observasi memiliki tujuan untuk mendeskripsikan objek yang
57
diamati. Objek tersebut antara lain: setting yang dipelajari, aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam suatu kejadian, dan sebagainya
Purwandari, 1998:64. Guba dan Lincoln dalam Moleong, 2002:125 mengungkapkan beberapa
alasan penggunaan metode observasi sebagai alat pengumpul data, yakni sebagai berikut:
1. Observasi didasarkan kepada pengalaman secara langsung. 2. Observasi memungkinkan peneliti melihat dan mengamati sendiri.
3. Observasi memungkinkan peneliti mencatat objek yang dikaitkan dengan pengetahuan proporsional dan pengetahuan langsung dari data.
4. Observasi digunakan untuk mendampingi wawancara. Hal tersebut digunakan utuk mengecek hal yang kurang atau diragukan dari wawancara.
5. Observasi memungkinkan peneliti memahami hal yang rumit. 6. Observasi digunakan untuk kasus tertentu yang tidak memungkinkan digali
dengan metode lain. Observasi digunakan sebagai alat pengumpul data yang tidak dapat digali
dengan menggunakan teknik lain. Beberapa hal yang tidak dapat diungkap dengan menggunakan metode lain yakni:
1. Tata laksana dan penerapan teknik terapi PMFG. 2. Kondisi selama proses terapi meliputi: kondisi terapis, kondisi keluarga pasien.
Kondisi terapis antara lain perlakuan dan sikap terapis dalam proses terapi. Kondisi keluarga pasien meliputi kondisi fisik pasien, sikap, peran, dan
keaktifan keluarga pasien selama mengikuti proses terapi.
58
3. Kondisi tempat dan setting penelitian meliputi rumah keluarga pasien, ruangan terapi yang ada di RSJD-AGH Semarang, bangsal pasien, dan kondisi rumah
sakit. Data diatas tidak mungkin dapat digali jika menggunakan metode selain
observasi. Observasi juga menyumbangkan data yang cukup banyak. Lebih lanjut, observasi juga digunakan sebagai bahan cross ceck dari metode yang lainnya
yakni wawancara dan dokumentasi. Sebelum
melaksanakan observasi,
peneliti terlebih dahulu menyiapkan rancangan observasi. Adapun tahap-tahap penyusunan rancangan observasi adalah
sebagai berikut: 1. Rancangan observasi dibuat berdasarkan unit analisis yang telah ditetapkan.
2. Unit analisis dibagi menjadi beberapa aspek atau sub unit analisis. 3. Aspek tersebut kemudian dijadikan indikator-indikator perilaku yang lebih
spesifik sesuai dengan hal yang ingin diungkap dari subjek. 4. Pemberian skala intensitas perilaku yang dilakukan subjek tingkat keseringan
subjek melakukan perilaku yang dimaksud. 5. Penetapan norma hasil yang diperoleh untuk mempermudah penganalisisan
data. Melalui beberapa tahapan tersebut dapat diperoleh rancangan observasi
yang tepat. Rancangan observasi ini selanjutnya dikroscekkan dengan nama check list. Pencatatan observasi dilakukan berdasarkan ceck list yang telah dibuat. Hasil
observasi memungkinkan adanya pengubahan dan penambahan materi dalam check list. Hal ini dilatarbelakangi karena penelitian kualitatif memungkinkan
59
adanya konteks tambahan yang mempengaruhi konteks yang diteliti. Berdasarkan hal tersebut, check list terus diperbaharui dan disempurnakan selama penelitian
berlangsung. Observasi yang dilakukan dalam penelitian adalah observasi semi
partisipan. Observasi semi partisipan tidak selalu menuntut partispasi peneliti secara langsung selama proses observasi. Partisipasi aktif dilakukan dengan cara
terjun langsung ke lapangan, bergabung dan menjadi bagian komunitas yang ingin diobservasi beberapa kali saja. Terkait hal tersebut penulis mengikuti proses terapi
yang diikuti oleh keluarga pasien selama tiga bulan dan tiap dua kali seminggu diadakan kunjungan ke rumah keluarga pasien agar diperoleh hasil observasi yang
lebih lengkap dan mendalam. Partisipasi secara terus menerus tidak dapat dilakukan karena untuk menjaga privasi keluarga pasien.
3.4.3 Recilience Quotient RQ Test